Tragedi Ranjang Kakak Tiri

"Sebenarnya Ares tidak memiliki kekasih tan namun dia memang memiliki seorang wanita yang begitu dicintainya dan aku tidak bisa menyebutnya sekarang, dia ingin dia sendiri yang melakukannya." Jawab Ben.

Agam dan Sarah saling tatap namun tak lama mereka tersenyum. "Baiklah kami akan bicara kembali pada Ares hingga ia terbuka."

"Oke." Lanjut Ben.

"Sebenarnya wanita itu anakmu tan, Naomy Laura." Batin Ben yang tak mungkin ia sebutkan.

Sementara di halaman.

Ares memberikan beberapa arahan saat projek baru nanti dilaksanakan di lapangan, Nao fokus mendengarkan menatap wajah tampan Ares.

"Aku harus ikut juga?."

"Ya, kau bukan hanya sekedar mengaturnya dari perusahaan terjun langsung ke lapangan itu lebih kondusif." Balas Ares yang menentukan rekan untuk nanti lancarnya pemasaran produk baru perusahaan.

"Baiklah." Nao senang ia akan melakukan pekerjaan ini dengan baik apalagi di gabung dengan para senior yang menurutnya bagus. "Bukankah kak Haikal cocok diikut sertakan? karena dia tahu betul lokasi yang akan kita tempati."

"Itu urusanku, yang punya hak untuk memilih." Tegas Ares tak suka saat melihat Nao excited membahas bawahannya.

"Iya baiklah tuan." Nao memutar mata malas ia pasrah daripada posisinya dipersulit.

Ares tersenyum sekilas mendapati Nao patuh karena takut.

Nao menatap lekat wajah tampan itu membiarkan Ares memberi arahan dengan lugas, Nao terdiam entah apa yang ia rasakan namun jantungnya memang kembali berdebar. "Bagaimana jika aku membalas perasaannya? akankah kita...." Nao seketika menggelengkan kepala saat pikirannya kemana-mana.

"Fokus!."

"Hmmm." Nao mengangguk dengan pipinya yang perlahan merona.

***

"Aaahh... Ahh.. Ahhh!.."

Ruangan hotel itu diisi dengan d*sahan yang bersahutan antara sepasang kekasih yang sedang bercinta penuh gairah.

Tubuh Angel terguncang saat Aiden melakukannya dengan cepat.

"K-kau menyukainya-aaah?." Tanya Angel.

"Mmmhh.. Sangat menyukai." Balas Aiden melahap dua gundukan yang naik turun.

Angel menyeimbangi gerakan Aiden, hingga akhirnya tubuh mereka yang sudah basah akan keringat ambruk saat mencapai puncak. "Aaaahh!..."

Keduanya istirahat dengan nafas yang ngos-ngosan.

Angel mencium tangan atas Aiden. "Aku mencintaimu kita akan terus bercinta sampai kapanpun bahkan tua nanti."

Aiden tersenyum seraya kembali melahap bibir Angel dengan rakus, tangan Angel meraba milik Aiden yang masih berdiri.

Wanita itu merubah posisi meng*lum milik Aiden, Aiden memejamkan matanya seraya mendorong kepala Angel. "Faster baby... Mmhhh!."

Angel menambah ritmenya untuk memberikan kepuasan pada Aiden.

Semakin Aiden menekan kepala Angel hingga akhirnya ia mencapai puncak. "Aaaahh Naomy!..."

Aiden masih memejamkan mata dengan nafasnya yang terengah-engah, mendengar nama Nao disebut Angel mengelap bibirnya seraya berdiri dengan perasaan marah tentunya. "What? Nao!!."

Aiden membuka mata menatap Angel.

"Kau bercinta denganku namun membayangkannya jika sedang bersama Nao!?." Pekik Angel tak terima.

"Angel..." Lirih Aiden yang masih lemas, jujur apa yang diucapkan Angel memang benar adanya dan Aiden entah sudah berapa kali membayangkan jika itu Nao.

"Yang melayani-mu aku bukan dia! ternyata benar jika wanita sialan itu masih melekat di hatimu Aiden." Potong Angel cemburu dan marah, ia memungut kembali pakaiannya untuk dikenakan.

"Angel dengar tidak sepenuhnya seperti itu."

"Namun sebagian kan!? bahkan hampir semuanya." Kecewa Angel.

"Ck!." Decak Aiden yang berdiri menghampiri Angel. "Dengar, aku tidak mungkin bergairah jika tidak ada kamu, ingat waktu dulu?." Ucap Aiden meraih wajah wanita itu agar menatapnya.

"Benarkah?." Tanya Angel dengan mata berkaca-kaca.

"Iya." Sengaja Aiden harus bohong, justru karena membayangkan Nao ia bisa t*rangsang bergairah lebih untuk terus melakukannya.