Tiba-tiba saja Alexa menghilang di hari pernikahannya, daripada malu baik pihak laki-laki dan perempuan sepakat menikahkan Gavin dengan Anjani. Anjani sendiri merupakan kakak dari Alexa, tetapi Gavin tidak mencintainya dengan alasan usia yang lebih tua darinya. Selisih usia mereka terpaut 6 tahun, Gavin selalu berlaku kasar.
Suatu hari Alexa kembali, ia ingin kekasihnya kembali. Gavin sendiri sangat senang, mereka berencana mel3nyapkan Anjani? Berhasilkah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dollar Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Setelah pembicaraan selesai, Roy langsung kembali ke tempatnya. Tania pun keluar, ia menatap Roy.
Roy bertanya, "Ada apa?"
"Nggak papa," sahut Tania lalu pergi.
"Aneh," gumam Roy.
"Sudah jangan dianggap," ucap Anjani.
"Iya, saya juga nggak menganggap apa-apa. Oh ya, saya pergi dulu yah."
"Ya sudah, hati-hati."
"Oke." Roy pun pergi meninggalkan toko Anjani.
Sesampainya di rumah, Tania dengan perasaan campur aduknya karena harus jadi saksi di pengadilan nanti.
"Apa yang harus aku lakukan?" gumam Tania yang duduk di sofa sambil gigit jari, "aku telpon Gavin dulu deh."
Namun panggilan tidak tersambung ke Gabin, itu membuat Tania makin pusing.
"Kemana sih, nih anak!" kesal Tania melempar ponselnya ke sofa.
Saat sarapan pagi, Nina melihat anaknya tersenyum.
"Kamu kenapa?" tanya Nina.
"Hah," sahut Roy.
Athar melihat ke arah Roy. "Tumben senyum."
"Biasa aja," ucap Roy.
"Tapi kata Papa kamu benar loh," sambung Nina, "apa sih, yang bikin senyum-senyum kayak gitu?"
"Pasti perempuan," ucap Athar menebak.
"Sok tahu," sahut Roy.
"Begini-begini Papa juga pernah muda, Roy," ujar Athar tidak mau kalah.
Nina sedang minum dan menatap dua pria yang beda usia. "Kalian ini kayak anak kecil aja."
"Suami Mama tuh!" sahut Roy dengan sinis.
"Heleh," ledek Athar.
Roy mempercepat makannya lalu minum. "Sudah ah, Roy berangkat dulu."
"Cepat banget makannya," ucap Athar.
"Iyalah, Roy nggak lelet kayak Papa!" ledek Roy membalas papanya tadi.
"Ish, anak ini!" kesal Athar.
Nina malah tertawa melihatnya. "Hahahah, kalian lucu."
Roy kemudian mencium pipi sang mama. "Roy, pergi dulu."
"Kamu hati-hati sayang," ucap Nina.
"Iya, Ma," sahut Roy.
Sesampainya di kantor, dengan semangat 45 Roy menyapa beberapa karyawan yang berpapasan dengannya.
"Selamat pagi, hey, yang semangat kerjanya, bagaimana dengan tidur kalian tadi malam, kita harus semangat kerjanya!" teriak Roy.
Beberapa karyawan semakin heran dengan tingkah bosnya.
"Itu Pak Roy kenapa?"
"Kayaknya Pak Roy lagi jatuh cinta deh."
"Siapa yang bisa bikin Pak Roy jatuh cinta?"
"Pak Roy itu susah banget senyum."
"Dan hari ini dia senyum."
"Kira-kira ceweknya siapa yah?"
Manager datang dan membubarkan mereka. "Mau sampai kapan kalian disini."
"Eh, Pak Manager!" Mereka semua terkejut.
"Bubar," ucap Pak Manager.
"Yah, Pak Manager," gumam mereka semua saat bubar.
Lalu di apartemen, Gavin dan Alexa benar-benar seperti keluarga bahagia. Padahal mereka belum menikah, tetapi hubungan sudah seperti suami istri.
"Sayang, kamu masak apa?" Gavin mencium pundak Alexa yang putih.
"Aku masak terong balado," ucap Alexa.
"Wah, pasti itu enak."
"Pasti dong, ini masakan aku sendiri."
Gavin kemudian mencium pipi Alexa. "Kamu cantik banget tahu."
"Makasih sayang."
"Sama-sama."
"Ayo makan."
"Oke."
Gavin kembali tidak masuk kantor, ia sama sekali lupa dengan tanggung jawabnya sebagai Ceo.
Selesai makan, Alexa mengajak Gavin bicara. "Aku ingin ketemu sama Mama."
"Kamu beneran mau ketemu sama Mama?" tanya Gavin sekali lagi.
"Iya," sahut Alexa sambil menatap Gavin.
"Baiklah, aku akan membawa mengajak mama kesini nanti."
Namun Alexa memberitahu Gavin. "Jangan kasih tahu papa, kalau aku sudah ditemukan."
"Loh, kenapa?"
"Nggak papa, aku cuma ingin mama aja yang tahu."
Meskipun merasa aneh, Gavin tetap mengiyakannya. "Ya, nanti aku nggak kasih tahu papa."
"Makasih yah," ucap Alexa lalu memeluk Gavin.
Gavin mengelus pelan punggung Alexa. "Sama-sama."
Davia tengah memainkan ponselnya, ia sangat senang melihat foto Romi Andreas.
Davia berkata dalam hatinya. "Nggak aku sangka, kalau dilihat-lihat Mas Romi ganteng juga, mana kaya lagi. Enggak kayak Mas Johan, kekayaannya pas-pasan, aku harus bisa deketin Mas Romi."
Lalu Johan datang menghampiri istrinya yang duduk di sofa ruang tamu, ia melempar kartu ATM miliknya.
Johan bertanya, "Ini kenapa bisa habis saldonya?"
"Apa sih, Mas!" kesal Davia mengembalikan layar ponselnya ke halaman utama.
"Dav, kenapa saldo atm aku habis?" tanya Johan.
"Aku pake buat cod," sahut Davia.
"Cod apa kamu?"
"Tas mewah."
"Astaga, Davia. Uang 10 milyar habis kamu pakai buat beli tas!" ucap Johan kesal.
"Kan aku nggak pernah kamu beliin tas mewah," sahut Davia tak mau kalah, "30 tahun kita berumah tangga, Mas!"
"Bukan begitu, Dav. Tiga tahun yang lalu sudah aku belikan tas mewah kan," ucap Johan mulai merendahkan nadanya.
"Itu udah lama banget," sahut Alexa, "yang bener aja, Mas!"
"Davia, itu tabungan Mas. Tolong kamu mengerti," ucap Johan lagi menjelaskan.
"Aku nggak peduli, pokoknya jangan halangi aku buat beli tas mewah kayak Tania."
"Jadi kamu iri sama Tania?"
"Iya."
"Davia, Tania itu kan istrinya Romi Anderson. Wajar dong dia beli tas mewah, kekayaan aku nggak sebanding dengan Romi."
"Nah, itu kamu tahu. Tapi masih aja nggak ngerti!" marah Davia.
"Emang kamu maunya apa?"
"Ya tas mahal itu."
"Tapi kan ... ini tabungan kita buat masa tua nanti, Dav."
"Bodo amat, kamunya aja yang miskin. Contoh kek Mas Romi, dia kaya raya, enak banget jadi Tania bisa beli ini dan itu. Lah, aku yang nikah selama 30 tahun sama kamu cuma dapat uang jajan 50 juta sebulan, itu nggak adil!"
Johan sudah tidak bisa bicara apa-apa lagi, ia langsung pergi meninggalkan Davia.
"Huh, dasar!" kesal Davia karena waktunya terbuang hanya karena uang 10 milyar itu.
Di ruang kerjanya, Roy menatap lukisan yang ia beli dari Anjani.
"Bagus banget," gumam Roy menatap kagum lukisan itu. Rupanya, wakil ceo merekam tingkah laku Roy dan mengirimkannya ke orang tuanya.
Nina tertawa melihat tingkah Roy. "Hahahaha."
"Kenapa sih?" tanya Athar.
"Coba kamu lihat ini, Mas," sahut Nina memperlihatkan video Roy.
"Ya ampun," ucap Athar tidak percaya.
"Kayaknya dia bener-bener jatuh cinta deh," sahut Nina terpingkal-pingkal.
"Kayak pernah lihat tingkah begini deh."
"Ya itu kan kamu, Mas."
"Loh, kenapa aku?"
"Kata mama dulu kamu suka gitu."
"Masa sih."
"Iya dong."
Athar hanya tersenyum saja dan kembali melihat video Roy.
Gavin sampai di rumah mertuanya, ia mengetuk pintu. "Ma, ini Gavin."
Pintu terbuka, Davia tersenyum dan mempersilahkan Gavin masuk.
"Eh, Nak Gavin. Ada apa?" tanya Davia.
"Gavin mau ngajak Mama," sahutnya.
"Kamu mau ngajak Mama kemana?"
"Udah ikut aja, ini penting."
meskipun bingung, Davia yeyal ikut pergi. Sampai di apartemen, Davia terkejut melihat Alexa.
"Alexa," ucap Davia.
"Mama," sahut Alexa.
Davia langsung memeluk Alexa. "Kamu kemana aja, sayang?"
"Alexa disekap, Ma," ucap Alexa mulai berakting.
"Disekap," ulang Davia.
"Iya, Alexa disekap."
"Disekap sama siapa?"
"Raka."
"Siapa Raka?"
"Mantan Mbak Anjani."
"Apa!"
Gavin juga terkejut mendengar ucapan Alexa.
"Kenapa jadi Anjani," batin Gavin.
"Iya, Ma. Raka itu mantannya Mbak Anjani, dia dendam sama Mbak Anjani karena itu Alexa disekap." Alexa menangis tergugu di depan Davia.
"Kurang ajar!" marah Davia.
Alexa juga memfitnah Raka. "Ma, Alexa udah nggak suci lagi dan ini karena Raka!"
"Kamu tenang aja, Mama akan kasih pelajaran Mbak kamu itu!" ucap Davia menggebu-gebu sambil mengelus pelan kepala anaknya.
Alexa berujar dalam hatinya, "Bagus, Mas Raka dan Mbak Anjani akan jadi kambing hitam aku."
Berbeda dengan Gavin yang begitu terkejut dengan cerita Alexa.
Gavin membatin, "Ini maksudnya apa yah? Alexa kan hamil anakku, kenapa dia ngaku dihamili Raka."
Anjani sedang melukis dengan santai, tiba-tiba seseorang datang.
Seseorang itu menyapa Anjani dengan ramah. "Siang, Anjani."
BERSAMBUNG
semoga datang karma pada mereka..
Anjani aja gak pernah gangguin hidup mu...kamu aja yang tiap hari usil...
orang ketus mank harus dibalas ketus 👍👍👍