NovelToon NovelToon
USTADZ GALAK

USTADZ GALAK

Status: tamat
Genre:Tamat / Pernikahan Kilat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Terpaksa Menikahi Murid / Suami ideal
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: HANA ADACHI

Kalau nggak suka, skip saja! Jangan kasih bintang satu! Please! 🙏🙏

Gara-gara sebuah insiden yang membuatnya hampir celaka, Syahla dilarang keluarganya untuk kuliah di Ibukota. Padahal, kuliah di universitas itu adalah impiannya selama ini.

Setelah merayu keluarganya sambil menangis setiap hari, mereka akhirnya mengizinkan dengan satu syarat: Syahla harus menikah!

"Nggak mungkin Syahla menikah Bah! Memangnya siapa yang mau menikahi Syahla?"

"Ada kok," Abah menunjuk pada seorang laki-laki yang duduk di ruang tamu. "Dia orangnya,"

"Ustadz Amar?" Syahla membelalakkan mata. "Menikah sama Ustadz galak itu? Nggak mau!"

Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah pernikahan mereka akan baik-baik saja?

Nantikan kelanjutannya ya🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Menikah?

"Coba Abah saja yang bilang," Umi Zahra menarik Abah Baharuddin agar mendekat ke pintu kamar putri bungsunya.

"Jangan Mi," Abah Baharuddin bergegas mundur, kemudian mendorong putranya agar mendekat. "Sahil saja,"

"Kok jadi aku to Bah? Mana mau Syahla mendengarkanku? Sa, coba kamu saja. Syahla lebih menurut sama kamu ketimbang sama aku,"

Hafsa menggigit bibir. Hanya menghadapi satu orang gadis remaja saja mereka sudah kewalahan. Pada akhirnya ia mengalah dan mengetuk pintu kamar adik iparnya.

"Dek," Hafsa memanggil lirih. "Ini mbak Hafsa,"

Syahla sebenarnya sudah mendengarkan perdebatan mereka dari dalam kamar. Hanya saja ia masih merasa marah, pura-pura tidur.

"Dek,"

Syahla masih tidak mau membukakan pintu untuk kakak iparnya itu. Meskipun dia sangat menyukai Hafsa, Syahla bisa menebak ke arah mana pembicaraan mereka nanti.

"Pasti Mbak Hafsa mau ikut-ikutan melarang aku," pikir Syahla sambil bersungut-sungut.

Setelah hening beberapa saat, terdengar sebuah ketukan lagi, tapi kali ini dibarengi dengan suara imut.

"Onty.. Ukain.."

Syahla langsung melonjak dari posisi rebahannya. Itu adalah suara Aisha, anak dari Gus Sahil dan Hafsa, yang berarti adalah keponakan Syahla. Usianya masih satu tahun, maka tak heran kalau pengucapannya masih kurang jelas.

"Onty.. Ini Aica.."

Duh, gemes banget! Syahla berusaha menahan dirinya agar tidak membukakan pintu. Dia sebenarnya tahu kalau itu hanya jebakan dari keluarganya supaya dia mau keluar. Tapi kalau jebakannya seimut itu, mana bisa dia tahan?

"Onty Ala.."

Bodoamatlah. Syahla akhirnya membuka lebar-lebar pintu kamarnya. Benar saja, seluruh keluarganya sudah menunggu di depan pintu. Aisha digendong oleh kakak iparnya.

"Boleh Mbak masuk?" tanya Hafsa kemudian.

...----------------...

"Kalau Mbak Hafsa cuma mau melarang aku pergi ke Jakarta, mending nggak usah bilang." tukas Syahla to the point. Ia duduk di sisi ranjang dengan tangan terlipat di depan dada, sementara kakak iparnya duduk di kursi belajar.

"Nggak kok, Mbak nggak mau ngelarang kamu. Justru Mbak mau bilang kalau kami sudah setuju kamu kuliah di sana,"

"Yang benar Mbak?" Mata Syahla berbinar. "Jadi Syahla boleh kuliah lagi di Jakarta?"

"Iya," Hafsa menganggukkan kepala. "Tapi..ada syaratnya,"

"Bilang aja Mbak," Syahla langsung duduk bersimpuh di hadapan Hafsa. "Syahla akan lakukan apapun itu!"

"Tapi.." Hafsa menggigit bibirnya ragu-ragu. "Mbak nggak yakin kalau kamu bisa memenuhinya,"

"Tenang saja Mbak, Syahla akan melakukan apapun! Asalkan Syahla beneran bisa kuliah di Jakarta!"

"Hm.." Hafsa tampak bergumam ragu-ragu. "Syaratnya terlalu berat La,"

"Udah mbak, ngomong aja, nggak papa! Jangan bikin penasaran, ih!"

"Jadi..syaratnya.." Hafsa menghela napas terlebih dahulu sebelum melanjutkan. "Syahla..harus menikah,"

"Hah?" Syahla mengorek-ngorek telinganya, memastikannya gendang telinganya tidak salah dengar. "Mbak ngomong apa tadi? Kayanya aku salah dengar deh,"

"Nggak salah kok Dek Syahla," Hafsa berkata dengan yakin. "Syaratnya memang kamu harus menikah,"

Rahang Syahla serasa mau lepas karena menganga terlalu lebar. "Mbak nggak lagi bercanda kan?"

Hafsa menggelengkan kepalanya. "Mbak serius La,"

"Hahahahahah.." Syahla tertawa terbahak-bahak. "Solusinya aneh banget deh. Apa hubungannya coba kuliah di Jakarta sama nikah? Nggak nyambung sama sekali Mbak!"

"Nyambung kok dek," Hafsa membimbing Syahla agar berdiri dan menggenggam tangannya.

"Kamu tahu kan, apa alasan Umi melarang kamu kuliah di Jakarta? Itu kan karena insiden yang terjadi sama kamu kemarin,"

Syahla menganggukkan kepalanya. Ia menunggu Hafsa melanjutkan ucapannya.

"Menurut kami, insiden itu bisa terjadi karena kamu nggak ada yang menjaga. Kita nggak punya saudara maupun teman dekat yang bisa selalu mendampingi kamu di sana. Jadi, kalau kamu menikah, setidaknya ada satu orang yang selalu berada di samping kamu setiap hari,"

"Oke, oke," Syahla mulai mengerti. "Masuk akal sih Mbak. Yaudah sekarang pertanyaannya diganti deh. Memangnya ada yang mau menikah sama Syahla sekarang? Dan siapa orangnya? Memangnya Mbak yakin kalau orang itu akan bertanggungjawab menjaga Syahla? Kalau ternyata orang itu pengecut, dan malah lari duluan saat geng motor itu muncul, bagaimana? Kan pernikahan ini jadi percuma,"

"Orangnya sudah ada kok, dan kami yakin dia bakalan bertanggungjawab."

"Oh ya? Siapa? Mbak kenal? Aku kenal?"

Mbak Hafsa menganggukkan kepala. "Kenal kok. Kita semua sudah kenal sama orang itu, dan kita semua sudah tahu betapa beraninya laki-laki itu."

"Siapa?" Syahla mencoba mengingat-ingat siapa kiranya laki-laki yang dikenal dekat oleh keluarganya. Tapi tetap saja tidak ada satupun nama yang bisa ia pikirkan. "Siapa sih Mbak?"

"Kalau kamu penasaran, temui saja orangnya di ruang tamu."

Mata Syahla terbelalak. "Orangnya sekarang ada di sini?"

Hafsa kembali menganggukkan kepalanya. "Kalau nggak percaya, lihat saja sendiri."

Syahla buru-buru membuka pintu kamar. Abah, Umi dan Gus Sahil yang menunggunya tepat di depan pintu terkaget-kaget. Tanpa basa basi, gadis itu langsung melangkahkan kakinya dengan cepat ke ruang tamu.

Sampai di ruang tamu, hanya ada Ustadz Amar yang terlihat sedang membuka kulit kacang. Kedatangan Syahla yang terburu-buru membuat aktivitasnya seketika berhenti.

"Ada apa?" Tanya Ustadz Amar heran.

Bukannya menjawab, Syahla malah berbalik pergi, menemui keluarganya yang masih berdiri di depan pintu kamar.

"Mana orangnya Mbak? Nggak ada siapa-siapa di sana!"

Hafsa kemudian meraih bahu Syahla dan mendorongnya kembali ke ruang tamu. "Nggak ada siapa-siapa bagaimana sih Dek? Lha itu orangnya di depan kamu,"

Mata Syahla membola. Jari telunjuknya dengan perlahan mengacung ke depan. "Maksud Mbak, Ustadz Amar?"

"Iya," Hafsa tersenyum lebar. "Dia adalah orang yang akan menikah sama kamu,"

"Tunggu!" Syahla mengangkat tangannya, kemudian menarik Mbak Hafsa kembali ke belakang. "Ikut aku Mbak,"

Mbak Hafsa mengikuti adik iparnya dengan kening berkerut. "Kenapa Dek?"

"Mbak! Yang benar saja? Masa aku disuruh nikah sama Ustadz Amar?"

"Loh, memangnya ada masalah apa sama Ustadz Amar? Dia baik, tampan, pintar, sholeh, single lagi!"

"Bukan itu masalahnya Mbak," Syahla mengusap dahinya frustasi. "Ustadz Amar kan gurunya Syahla,"

"Ya, terus?"

"Masa guru nikah sama murid sih? Mana bisa!"

"Kenapa nggak bisa dek? Teman-teman Mbak ada kok yang menikah sama gurunya sendiri,"

"Ya tapi kan—" Syahla sampai kehilangan kata-kata. "Ini tuh Ustadz Amar Mbak, bukan ustadz biasa. Lagian mana mau Ustadz Amar menikah sama aku?"

"Dia mau kok. Justru malah Ustadz Amar yang menawarkan pernikahan ini,"

"Hah?" Syahla kembali ber 'hah-heh-hoh'. Banyak sekali informasi baru yang ia dapat dalam tiga puluh menit terakhir. Tentu saja hal itu membuat otaknya sedikit nge-blank.

"Kalau nggak percaya, tanya saja langsung,"

Syahla kembali melangkahkan kakinya ke ruang tamu. Ia berdiri tepat di depan Ustadz Amar yang masih memegang kulit kacang.

"Ustadz!" Panggil Syahla dengan napas memburu. "Memangnya Ustadz mau menikahi saya?"

Ustadz Amar menaruh terlebih dahulu kulit kacang dari tangannya ke asbak di atas meja. Ia menganggukkan kepala sebagai jawaban dari pertanyaan Syahla.

"Saya mau menikahi kamu Syahla,"

1
Yhunie Andrianie
oallaaahhh wes falling in love💞 rupa ny pak ustadz🤭🤭
Tia H.
😅😅😅 ustadz amar iseng ya cemburu nya lucu.
Ilham Bay
Luar biasa
Ilham Bay
Lumayan
Susanti Susanti
Luar biasa
Wiwin Almuid77
jadi inget pas di pesantren dulu ada temenku yg suka bikin cerpen gitu...
Vitamincyu
❤️❤️
Tia H.
duh si bulek bikin aku mewek aja.
Tia H.
bulek kalau patokannya bisa masak bisa nyuci g mungkin suami mu kabur haduh bulek bulek.
Tutus Roimatus
Luar biasa
Zayyin Arini Riza
Baru nemu judul novel ini dan ceritanya seru.. runtutan tulisannya apik, asik buat dibaca... keren...
Rose Reea
wadaw
Rose Reea
💕🌹🌹🌹💕
Andi Bahraeni
Lumayan
Rose Reea
🤣🤣🤣🤣🤣
Rose Reea
ciyeeeeeeh
Rose Reea
Halah jadi melow 🥲
Rose Reea
huhuy
Rose Reea
sa ae lu tadz 🤭
Rose Reea
🥰🥰🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!