Ella Dan Emma adalah anak kembar dari sepasang keluarga terpandang yaitu Arkatama. Banyak dari orang orang yang merasa iri dengan keluarga yang terlihat cemara itu, padahal nyatanya salah satu dari anak mereka selalu disiksa baik fisik maupun batinnya. Namun setelah jiwa asing masuk keraga Emma justru semuanya terbongkar satu persatu dan kemudian menjadi rebutan dua pria yaitu kakak beradik, yang manakah salah satu dari mereka yang membuat Emma luluh? Baca kelanjutannya yuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alizar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
"Terimakasih, ditunggu kedatangannya kembali kakak. " Ujar Emma tersenyum seramah mungkin.
Hari ini Emma masih menjalani kegiatan nya, yaitu bekerja di salah satu caffe sebagai kasir. Berhubung ia tidak memiliki kegiatan apa apa, jadi lebih baik ia menyibukan diri dengan bekerja Toh berada dirumah juga yang ada hanya ribut dan ribut selalu.
Emma malas jika harus terus berdebat dengan ibunya itu. Apalagi dirumah juga ada ayahnya. Jam sudah menujukan pukul 12 malam dini hari, Emma dan para pekerja lainnya sudah mulai untuk berbenah tutup caffe.
Malam ini adalah minggu malam (malam Senin) membuat mereka harus bekerja extra mengingat banyak sekali pasangan yang datang untuk sekedar makan dan minum.
Entah itu pasangan keluarga, pacaran atau bahkan para kumpulan anak remaja saja.
"Semua udah beres, ada lagi nggak nih? " Tanya Gladis pada Emma
"Nggak ada, tinggal buang sampah aja sih. " Sahut Emma sekenanya
Gladis yang mendengar nya pun bertanya, "buang sampah? Bukannya itu tugas Dendy? "
"Seharusnya iya, tapi tadi dia pamit duluan, katanya sih mamanya dirumah sakit nggak ada yang jaga. Jadi yaudah gue aja ntar yang buang" Sahut Emma sambil mengunci pintu
Emma bekerja di caffe itu dengan beberapa karyawan lainnya, dirinya merangkap menjadi waiters dan kasir. Sedangkan Gladis sendiri bagian cooking, Dendy bagian piring kotor yang memang seharusnya sampah juga tugasnya.
Dikarenakan ibunya yang berada dirumah sakit tidak ada yang menjaga, ia pun terburu buru menuju rumah sakit mengingat adiknya yang saat ini berada dirumah sakit harus bersekolah esok paginya.
"Oh gitu, perlu ditemenin? " Tawar Gladis
Emma menggeleng, "gue bisa sendiri. Mending lo balik aja udah malem juga. " Ucap Emma perhatian
"Yakin nih? " Tanya Gladis sekali lagi dan Emma mengangguk
"Yaudah deh kalau gitu, gue balik duluan bye. " Ucapnya lalu pergi
Sedangkan Emma sendiri berjalan menuju belakang caffe untuk membuang sampah.
Puk!
Terdengar suara kantong sampah itu ketika ia lemparkan. Emma memperhatikan kantong sampah itu, lalu terbesit suatu hal dalam otaknya membuat Emma menyeringai
"Mari bermain! " Desisnya dengan seringaian tipis
***
Di malam yang gelap gulita ini, seorang gadis? ah ralat wanita. Tengah tertidur diranjang empuk miliknya
Namun entah kenapa tidur nya menjadi gelisah membuat ia pun bergerak kesana kemari mencari posisi yang nyaman. Sayangnya hal itu tak membuat dirinya semakin nyaman justru membuatnya gerah dan membuka matanya
"Ck! Kenapa bisa mati sih ni AC. " Decaknya kesal
Ia bangkit dari tidur nya, lalu berjalan menuju saklar lampu untuk menerangi kamarnya yang temaram
Klik!
Lampu menyala dan seketika kamar nya menjadi terang. Ia mengambil remot AC lalu menyalakan kembali AC nya dan mengatur suhunya. Ia sama sekali tidak menyadari jika sedari tadi yang ia lakukan setiap pergerakan nya dipantau oleh seseorang.
Seseorang yang sedari tadi mengawasi nya pun sontak berjalan pelan menuju tubuh mangsanya.
"Arkhhh! " Teriak wanita itu terkejut saat tiba tiba saja ia berbalik ada sosok bayang hitam dibelakang nya dengan menyeringai tajam.
Orang itu menggunakan pakaian serba hitam, bahkan wajahnya pun tertutupi oleh masker yang berwarna hitam juga.
Dari atas hingga bawah semuanya menyeluruh hitam. "Hihihi, hello, " Sapa orang itu tertawa kecil
"Si-siapa lo! Mau apa lo dikamar gue, " Ucap wanita itu takut takut
"Aku? Aku adalah malaikat maut mu, Clara! " Desisnya tajam membuat Clara mematung
"Ma-malaikat maut, " Gumam Clara dengan keringat yang membanjiri pelipis matanya
Peluh sebiji jagung tak berhenti keluar, tubuhnya gemetar menandakan ia tengah ketakutan. "Yes! Malaikat maut! " Sahut orang itu lagi
Clara menggeleng heboh, berusaha menjauh dari orang misterius itu. Namun sayangnya di kamar yang tidak terlalu besar itu, sudah tidak ada celah lagi untuk ia kabur.
Tubuhnya sudah mepet pada tembok, sementara sosok misterius itu terus mendekat dengan tatapan tajam miliknya.
"Tidak! Pergi dari hadapan ku. " Teriak Clara lagi
Sialnya Clara saat ini berada dirumah nya sendirian. Sedangkan kedua orang tuanya justru pergi bekerja dan belum pulang. Semenjak jatuh miskin kedua orang tua Clara bekerja menjadi babu orang lain.
Sang ayah bekerja di caffe yang buka 24jam dan kebetulan malam ini adalah sift malam. Sedangkan sang ibu justru bekerja di salah satu bar dan menjadi wanita penghibur di sana. Sangat disayangkan memang, tapi mau bagaimana lagi? cara mendapatkan uang dengan cepat hanyalah bekerja seperti itu, sedangkan Clara sendiri memilih libur bekerja karena sudah terlalu lelah melayani para lelaki hidung belang.
"Tolong pergi dan lepaskan gue, " Ucap Clara menahan setengah mati rasa takutnya
"Ngelepasin lo? Bisaa, bisa aja gue ngelepasin lo. Tapi setelah gue bermain sedikit, hihihi. " Ucapnya sembari cekikikan kecil yang membuat Clara merinding
"Tidak, gue mohon jangan. Hiks! Gue nggak ada salah sama lo, jadi kenapa lo giniin gue. " Racau Clara menangis
"Yakin lo nggak ada salah sama gue, hmm? Bukankah selama ini lo selalu nyiksa gue, membully gue bahkan lo dengan kejamnya membenturkan kepala gue ditoilet hingga berdarah! Lo lupa kalau lo udah ngelakuin tindakan kriminal pada gue? " Ucap orang itu dengan nada yang begitu datar
Clara mengernyit "ma-maksud lo apa, gue nggak ngerti. " Ucap Clara
Orang itu pun memutar matanya dengan malas, lalu tanpa aba aba ia membuka tudung kepala yang sedari tadi menutupi seluruh tubuhnya, tak lupa ia juga membuka maskernya dan memperlihatkan wajahnya pada Clara.
Tak sampai disitu Clara melotot tak percaya, matanya membola dengan sempurna melihat orang yang saat ini berada di hadapan nya. "Lo! " Ucapnya dengan nada yang begitu tinggi
"Ya ini gue, Emma! Senang bertemu dengan lo Clara. dan bersiaplah,karena sebentar lagi ajal lo akan datang. " Ucap Emma dengan seringai tipis nya
Emma maju semakin dekat dengan wajah yang dihiasi seringaian tipis membuatnya semakin mengerikan. Belum lagi belati yang sedari tadi ia genggam mulai Emma naikan ke atas dan mengangkat ke atas tepat pada bola mata Clara.
"Lo gila! Jangan mendekat atau gue teriak sekarang juga! " Ucap Clara menjerit
"Teriaklah sesuka hatimu Clara. Lo lupa kalau rumah lo yang kecil ini jauh dari keramaian hm? Jadi mau lo teriak seperti apapun itu, nggak bakal ada yang bisa dengar dan nolong lo saat ini juga. " Emma kini sudah berada tepat dihadapan Clara
Bahkan hembusan nafas Clara begitu terasa diwajahnya, sungguh wajah panik Clara saat ini adalah suatu hiburan tersendiri untuk nya. Perlahan namun pasti belati kecil itu mulai mendekat pada bola mata Clara.
"Mata lo cantik, dan gue suka. Izinin gue buat mengambilnya. " Ucap Emma yang langsung saja menusuk kan belati nya pada mata sebelah kiri Clara.
"Arghh! " Clara menjerit kesakitan ketika benda tajam itu tembus menusuk bola matanya.
Darah langsung mengalir begitu derasnya mebasahi wajah Emma. Emma menjil*t darah yang mengalir dari belati miliknya
"Hmm gue nggak nyangka, ternyata darah lo begitu manis. Padahal lo itu adalah orang yang busuk, " Ucapnya menyeringai tipis
Emma begitu gila bak seorang iblis yang telah lama tidak memakan sajennya. Clara terus menjerit meminta ampun agar dilepaskan, justru Emma menulikan pendengarannya dan kembali melanjutkan aktivitas nya.
Tak cukup dibagian bola mata kiri, Emma kembali menus*k bola mata kanan dan hal yang serupa pun terjadi. "Gue suka ini! Gue suka hahahaha! " Jiwa psikopat nya bangkit dan Emma menyukai itu
Sreekk!
Kreeek!
"Arrgghhh!! "
Habis sudah kesabaran Emma, dengan tanpa ampun Emma memengg*l kepala Clara hingga putus membuat seluruh darah muncr*t dan mengenai setiap sudut kamar itu. Emma tanpa belas kasih membel*h perut Clara dan mengelu*rkan isi perut Clara tanpa rasa jijik sedikitpun.
Emma mengobrak-abrik isi perut Clara. Ia mengambil beberapa organ penting untuk ia jual, mulai jantung, hati, ginjal dan organ vit*l lainnya. Ia menyeringai tipis. " Selain mata lo, gue juga suka isi dari organ vit*l lo ini. "
"Huh! Melelahkan, tapi seru!" Ucapnya dengan wajah tersenyum puas
Telah puas bermain, Emma pun pergi dari rumah itu dengan santai seolah olah ia tidak melakukan hal apapun itu. Emma memang memiliki sedikit jiwa kejam, jarang sekali jiwa itu akan muncul namun entah kenapa malam ini ia kelepasan bahkan hingga mengobrak-abrik isi perut Clara.
Biasanya ia hanya akan bermain sedikit dan tidak sampai seperti ini. Tapi entah kenapa malam ini membuatnya nekat melakukan hal tersebut. Emma pergi begitu saja dengan wajah yang kembali normal.
"Sorry kalau gue terlalu semangat, tapi nggak papa. Setidaknya lo harus berterima kasih dengan gue. Karena gue udah buat lo mat* dan meringankan beban kedua orang tua lo. " Ucapnya santai seraya bersiul