Ini hanya kisah fiktif belaka.
Nirmala merasa tidak suka ketika anak majikannya membawa kekasihnya pulang, dia nekat pergi ke dukun agar pria itu mau menjadi suaminya. Dia memuja setan agar anak majikannya, Leo mau memutuskan hubungannya dengan kekasihnya itu.
"Aku bisa membantu kamu demi mendapatkan anak majikan kamu itu, tapi kamu harus memuja setan."
"Aku bersedia," jawab Nirmala dengan yakin.
Akan seperti apa kehidupan Nirmala selanjutnya?
Apakah dia akan mendapatkan Leo?
Yuk kita baca kisahnya, buat yang suka jangan lupa kasih bintang 5 dan komen yang menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai Berubah
Leo langsung mengajak istrinya untuk pergi berobat ke klinik terdekat, dokter berkata kalau istrinya itu terbakar api. Karena lukanya seperti luka bakar, bukan alergi.
Namun, Leo merasa kalau apa yang dikatakan oleh dokter itu tidak sesuai dengan perkiraannya. Karena rasanya tidak mungkin istrinya itu terbakar api, karena dia menjaga istrinya dengan baik-baik.
"Kita cari dokter lain aja, Yang. Masa dokter malah bilang badan kamu terbakar," ajak Leo dengan perasaan kesal.
Nirmala menuruti keinginan Leo, mereka keluar dari dalam klinik terdekat dan masuk ke dalam mobil. Namun, sebelum Leo menjalankan mobilnya, Nirmala memeluk lengan Leo dan berkata.
"Nggak usah pergi ke dokter lain, Yang. Siapa tau ini memang efek dari alergi makanan, membuat kulit terasa terbakar, makanya dokter berkata kalau kulit aku itu kaya kebakar."
"Terus bagaimana dengan muka kamu kalau tidak pergi ke dokter lain?"
Leo takut kalau istrinya akan merasa insecure dengan keadaan wajahnya yang sekarang, wajah Nirmala membengkak, merah-merah dan terlihat ada yang mengelupas.
"Tadi kan' dokter kasih salep, siapa tahu dengan salep ini akan sembuh. Jangan marah-marah, kamu udah mau jadi ayah."
Nirmala merasa kalau pergi ke dokter lain pun hanya akan menghabiskan waktu saja, karena pasti dokter lain juga akan mengatakan hal yang sama. Kulitnya memang terasa terbakar ketika dia mendengar lantunan ayat suci Alquran.
Namun, Nirmala tidak takut sama sekali, dia tidak menyesal sama sekali dengan apa yang sudah terjadi. Dia merasa kalau itu adalah konsekuensi yang harus dia terima.
Di saat dia masuk ke dalam rencana jahatnya, Nirmala sudah sangat siap dengan apa yang akan dia terima nanti. Dia juga merasa kalau dirinya akan aman saja, yang terpenting bisa menjalankan ritual sesuai dengan apa yang diarahkan oleh Ki Ageng.
"Ya udah, terserah kamu aja."
"Ya," jawab Nirmala.
Akhirnya sepasang suami istri itu pergi ke kediaman Raharjo, Nirmala meminta untuk beristirahat di dalam kamarnya saja. Leo menurut, dia membantu mengoleskan salep di seluruh tubuh istrinya dan membantu istrinya tersebut untuk merebahkan tubuhnya.
Setelah selesai, Leo malah terdiam karena samar-samar mendengar suara adzan berkumandang. Suaranya tidak terlalu jelas, tetapi Leo yakin kalau yang dia dengar memang suara adzan.
Leo jadi teringat akan apa yang dikatakan oleh pak ustadz, dia harus rajin beribadah agar memiliki anak-anak yang sholeh dan sholehah. Dia harus rajin beribadah agar rezekinya semakin lancar.
"Kenapa? Kok kamu malah diem aja?"
"Aku denger suara adzan, Yang. Aku mau salat dulu," ujar Leo.
Nirmala tentu saja kaget bercampur takut mendengar apa yang dikatakan oleh Leo, karena selama ini pria itu memang tidak pernah beribadah.
Pria itu tidak pernah melakukan kewajibannya terhadap Sang Khalik, walaupun dia tahu dulu Leo merupakan pria yang begitu taat terhadap agama, tetapi setelah menikah dengan dirinya, Leo tak salat sama sekali.
"Serius mau salat?"
Nirmala tiba-tiba saja merasakan sesuatu yang berbahaya mendekat ke arahnya, karena kata-kata suaminya yang tajam itu. Bukan tajam karena menyakiti dirinya, tetapi karena aba-aba tanda bahaya dengan cara lain sudah mulai muncul untuk dirinya.
"Iya, kenapa? Kamu senang ya dengerin suami kamu sudah mulai mau melaksanakan ibadah kembali?"
Nirmala kebingungan mendapatkan pertanyaan dari suaminya yang seperti itu, jika dia menjawab tidak senang, takutnya Leo nanti akan curiga.
"Senang kok, Yang. Tapi, salatnya jangan di rumah. Salatnya di mushola aja," ujar Nirmala.
"Loh, kok gitu? Kamu nggak mau salat berjamaah sama aku?"
Setahunya kalau misalkan Nirmala tidak bisa salat dengan keadaan yang normal, tetapi wanita itu masih bisa salat dalam keadaan duduk. Karena dalam agama yang mereka anut, tidak ada yang memberatkan.
"Bukan gak mau, hanya saja kamu seorang laki-laki. Kamu harus salat berjamaah di masjid, atau mushola. Agar kamu mendapatkan pahala yang banyak," jawab Nirmala.
"Apa bedanya salat di rumah sama salat di mushola? Kan' di rumah juga salat berjamaah bareng kamu?"
Nirmala kembali memutarkan otaknya agar bisa menjawab pertanyaan Leo dengan benar, jangan sampai pria itu akan curiga terhadap dirinya.
"Iya, aku tahu. Hanya saja selama ini kamu itu jarang berbaur dengan warga kampung sini, jadi kalau boleh aku sarankan, lebih baik kamu setiap kali mau salat di mushola atau di masjid saja, biar lebih dekat dengan orang-orang sekitar sini."
"Kamu benar, ya udah. Aku salat di mushola aja kalau begitu," ujar Leo pada akhirnya.
Leo mengecup kening Nirmala, kemudian dia keluar dari dalam kamarnya karena ingin pergi ke mushola. Dia ingin mencoba menjadi manusia yang lebih baik, ingin mencoba menjadi manusia yang memiliki agama yang kuat.
Selepas kepergian Leo, wajah Nirmala langsung suram. Dia merasa kesal karena suaminya itu kini mulai sadar untuk berada di jalan Tuhan.
"Aku harus melakukan sesuatu, kalau suamiku rajin ibadah, aku pasti nantinya akan ada dalam keadaan bahaya."
Tidak sampai satu hari ada yang mengaji di kediaman Raharjo saja sudah membuat kulitnya melepuh, bagaimana nantinya kalau misalkan Leo menjadi pria yang rajin beribadah.
Bisa-bisa dia akan menjadi wanita buruk rupa, karena semakin hari kondisi tubuhnya pasti semakin tidak baik.
"Ini tak bisa dibiarkan, aku harus menemui Ki Ageng."
Nirmala rasanya sudah tidak sabar ingin menemui Ki Ageng, tetapi dia tidak boleh gegabah dalam pergi menemui pria itu. Bisa-bisa nanti Leo curiga, lalu Leo akan mengetahui kalau dirinya merupakan seorang pemuja setan.
Di saat Nirmala sedang bingung memikirkan cara bagaimana bisa menemui Ki Ageng kembali, tiba-tiba saja dia dikagetkan dengan kedatangan si Cebol.
"Sialan! Mau apa kamu datang?" tanya Nirmala kesal karena setan pendampingnya itu datang dan langsung berdiri di sampingnya.
Jantung Nirmala sampai berdebar dengan begitu kencang, karena perbuatan dari setan pendampingnya itu.
"Katanya Nyonya mau komunikasi sama Ki Ageng," ujar si Cebol.
"Ya, memangnya kenapa?"
"Saya bisa bantu Nyonya berkomunikasi dengan Ki Ageng tanpa harus datang ke sana," jawab si Cebol.
"Beneran?"
"Iya dong," jawab si Cebol sambil menepuk dadanya dengan jumawa.
Dia memang piaraan Nirmala, tetapi walau bagaimanapun juga dia masih terus saja berkomunikasi dengan Ki Ageng walaupun berada di dekat Nirmala.
"Caranya?"
Nirmala bertanya dengan rasa ingin tahu yang begitu besar, karena sungguh memang dia begitu malas untuk bepergian. Namun, dia membutuhkan bantuan dari dukun kepercayaannya itu.
"Gampang, nanti saya kasih tau. Tapi ada syaratnya," jawab si Cebol lagi.
Si Cebol tersenyum penuh kelicikan, Nirmala mendengus sebal. Namun, dia tidak bisa mengabaikan apa yang dikatakan oleh si Cebol, karena walau bagaimanapun juga dia membutuhkan bantuan dari hantu itu.
"Apa syaratnya?"
pasti ketahuan juga nirmala