naya menbeci atasan nya yang bernama raka tapi berujung jadi jatuh cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arsifa nur zahra u, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17 * atara pilihan dan kesempatan *
Akhir pekan seharusnya jadi waktu istirahat. Tapi tidak untukku.
Sejak obrolan di balkon itu, Adit makin sering muncul. Kadang “kebetulan” mampir ke ruanganku untuk urusan kerja, kadang sekadar menyapa dengan kopi di tangan. Awalnya aku coba netral, tetap profesional. Tapi makin hari, caranya memandangku membuat segalanya jadi rumit.
Sementara itu, Raka juga makin sensitif. Dia tidak pernah menuduh, tapi sikapnya berubah. Lebih diam, lebih hati-hati, dan kadang terlalu protektif. Hubungan kami mulai terasa seperti tambang yang ditarik dari dua sisi.
Sabtu siang itu, aku dan Alia janjian di butik miliknya. Aku butuh curhat. Butuh tempat bernapas.
“Gue udah bilang dari awal. Masa lalu itu selalu datang pas lo udah bahagia,” kata Alia sambil nyusun stok dress di rak.
“Masalahnya, bukan cuma datang, al. Dia ngebuka luka lama yang belum sepenuhnya sembuh.”
“Lo masih sayang sama Adit?” tanya alia
Aku menatapnya. Lalu pelan-pelan menggeleng. “Gue gak tahu itu sayang atau trauma. Tapi yang gue tahu, sama Raka gue ngerasa aman. Dan itu lebih penting.”
Alia berhenti, lalu duduk di sampingku. “Kalau gitu jangan buka ruang buat Adit, meski cuma celah kecil. Luka lama bisa tumbuh lagi kalau lo masih kasih dia tempat.”
Aku mengangguk ,Tapi hidup tidak semudah itu.
Karena malamnya, aku dapat undangan dari kantor. Gala dinner untuk merayakan kemitraan besar dengan klien dan salah satu sponsor utamanya adalah perusahaan tempat Adit bekerja.
Raka tidak bisa datang. Ada urusan keluarga mendadak ke luar kota. Dan aku, terjebak datang sendiri ke acara formal dengan dress hitam dan hati was-was.
Acara berlangsung meriah semua terlihat sempurna. Sampai Adit muncul di sampingku, mengenakan setelan abu-abu gelap, rapi dan menawan.
“Boleh jadi partner dansa malam ini?” tanyanya sambil mengulurkan tangan.
Aku ragu. Tapi demi menjaga citra dan menghindari drama di tengah acara kantor, aku akhirnya mengangguk.
Kami berdansa pelan. Lampu gantung kristal memantulkan kilau lembut ke seluruh ruangan.
“Dulu kita sering mimpi bisa datang ke acara kayak gini bareng,” katanya pelan.
“Dulu banyak hal yang kita mimpikan, Dit. Tapi gak semuanya harus kejadian.” jawabku cuek
Dia tertawa kecil, getir. “Kamu berubah, ya.”
“Aku harus hidup gak nungguin orang yang pergi.”
Dia menarikku sedikit lebih dekat. “Kalau aku gak pergi waktu itu, kamu pikir kita masih bareng?”
Aku menatap matanya. “Gak tahu. Tapi satu hal yang pasti, kalau kamu gak pergi, mungkin aku gak pernah ketemu Raka.”
Adit terdiam , tapi matanya masih menyimpan harap.
Setelah lagu usai, aku buru-buru pamit. Tapi sebelum aku sempat melangkah jauh, seseorang menepuk bahuku dari belakang.
“Naya?”
Aku berbalik. Dan nyaris kehilangan napas.
Di hadapanku, berdiri seorang perempuan tinggi, rambut panjang bergelombang, dengan senyum ramah yang terasa... menusuk.
“Aku Livia , tunangannya Adit.”
Dunia seperti berhenti sebentar. Aku menatap Adit yang kini berdiri kaku.
“Apa?” tanyaku pelan.
Livia tertawa kecil. “Oh, dia belum bilang ya? Kami bertunangan dua bulan lalu. Cuma belum sempat umumkan ke publik karena urusan proyek kantor.”
Aku menatap Adit, marah, kecewa, bingung semuanya campur jadi satu.
“Kenapa kamu deketin aku lagi kalau kamu udah tunangan?” tanyaku menahan amarah
Dia membuka mulut, tapi tak ada jawaban.
Aku menatap Livia. “Terima kasih. Setidaknya sekarang aku bisa lihat siapa yang benar-benar pantas aku jaga.”
Lalu aku melangkah pergi, dengan hati yang bergetar, tapi langkah yang mantap.
Malam itu, untuk pertama kalinya, aku benar-benar yakin masa lalu seharusnya tetap di tempatnya.
Karena masa depan... sudah punya nama Raka.
g bertele-tele 👍👍👍👍👍
😘😘😘😘😘😘
gmn klo a ny jdi e😩😩😩😩