"Lepaskan aku , Jika kau tak bahagia bersama ku, maka aku pun sudah siap membebaskan mu dari segala tanggungjawab mu terhadap diriku"
Kalimat terakhir yang Asmara ucap sebelum dia benar-benar berpisah dari suaminya.
Sebongkah hati yang kini berubah menjadi sayatan kecil , menyisakan luka yang teramat mendalam.
Tidak ada alasan untuk dirinya tetap bertahan di tempat itu, karena ternyata tidak hanya dirinya yang tidak di terima oleh suaminya, Bahkan anak yang telah dia lahirkan pun tidak pernah di harapkan oleh Bima yang jelas-jelas merupakan ayah kandungnya.
Akankah Asmara mendapatkan cintanya ??..
Ataukah Asmara akan semakin terluka ??
Yukk Saksikan Terus Kisahnya ....
Selamat Membaca , Semoga Suka dengan Karya Baru saya
SENJA ASMARALOKA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6. Keputusan
...Perhatian itu hanya akan datang dari hati yang takut akan kehilangan ...
...🍁...
Asmara hanya tertawa geli melihat wajah Rani yang cemberut dengan mulut manyun. Ketika sudah merasa kesal memang Rani akan seperti itu.
"Iya iya maaf, Lagian kamu Ran ada-ada saja !!"
"Ehhh... Ini tu beneran Asma !!, aku kan tidak pernah salah memberikan informasi" seloroh Rani dengan menggebu-gebu.
Asmara hanya memperhatikan ucapan Rani, meski tanggapannya tetap sama seperti sebelumnya.
Mungkin sudah menjadi kebiasaan Asmara sewaktu bekerja di rumah sakit besar, dia akan dengan sungguh sungguh bertanggung jawab atas pekerjaannya, seperti jarang sekali ada interaksi antara dirinya dan rekan sesama bidan lainya, kecuali sangat dibutuhkan.
Berbeda halnya dengan di Puskesmas, yang mungkin Kebanyak diantara rekanya saling sapa dan tak jarang mengobrol ngalor ngidul, seperti yang di lakukan Rani saat ini.
"Katanya nih ya, Yang punya itu Orangnya ganteng, Duda lagi" seloroh Rani.
"Terus kamu mau gitu jadi janda , dan ngedeketin dia ?" Ucap Asma dengan enteng.
"Astaga Amit amit !!, kok kamu gitu Ma" kesal Rani
Asmara hanya kembali terkekeh melihat reaksi sahabatnya, terkadang dia juga merasa heran pada sahabatnya itu, Rani selalu memiliki bahan pembicaraan yang entah darimana asalnya.
"Kamu aja coba deketin, Aku bisa Carikan info info buat kamu Ma" goda Rani.
"Ogahhh, Kenapa musti aku !!"
"Ya kan kamu belum laku"
Asmara hanya memutar bola matanya kesal , Rani seakan tidak ada habisnya untuk membahas soal laki-laki dan teman hidupnya.
Sejujurnya Asmara sangat malas untuk membahas soal pernikahan dan lain sebagainya.
"Siapa bilang aku nggak laku ?" kesal Asmara.
"Lha itu buktinya belum nikah !!"
"Ran. Bukan berarti aku nggak Nikah itu karena aku nggak laku!"
"Terus ??"
"Auuu ahhh"
Asmara memilih untuk mengabaikan sahabatnya, jengah rasanya setiap hari harus mendengar ocehan Rani yang dianggapnya tidak begitu penting.
***
Waktu menunjukan pukul 11.30
Ditemani motor Scoopy, Asmara berangkat dan pulang dari bekerja , motor yang juga baru Asmara beli ketika dia pindah ke desa. Satu satunya transportasi yang sama miliki dan gunakan selama beberapa bulan ini.
Tepat jam 12 Asmara tiba di rumahnya.
Pemandangan yang tak biasa Asmara lihat , Senja yang biasa diam dengan mainannya, kini terlihat ceria dengan canda tawa nya.
Melihat interaksi antara Senja dan Loka membuat sudut hati Asmara menghangat.
"Lho Enja kok disini ?, Om nya kan nggak bisa istirahat kalau Enja mainan nya di sini ?"
Mendengar ucapan ibunya, seketika Senja merasa takut, kalau kalau asmara akan memarahi nya.
"Maaf ibuk" jawab senja dengan puppy Eyes
Asmara hanya menghela nafas "Iya sayang , Ibu maafin, Lain kali jangan di ulangi ya"
Setelah mengatakan itu , Asmara meminta Mbok Jum untuk membawa senja ke kamar dan ini juga waktunya untuk senja tidur siang.
"Jangan terlalu keras"
Asmara tersenyum mendapati ucapan pasiennya.
"Tidak, hanya saja kamu harus banyak istirahat"
Sejujurnya ucapan Loka barusan cukup membuat Asmara tidak enak hati, mungkin memang asmara sedikit keras, namun hal itu dia lakukan untuk menjaga putrinya dari ketergantungan pada seseorang.
Terlalu nyaman dengan orang lain tentu juga akan tidak baik untuk Senja yang saat ini haus akan kasih sayang orang tua.
Ayah yang sama sekali tidak pernah menghubunginya, dan Asmara sendiri yang juga harus sibuk banting tulang untuk menghidupi keluarganya.
Mengingat itu membuat hati Asmara sesak, sudut matanya mulai berembun, namun secepat kilat dia menyeka dengan jemarinya.
Sikap Asmara itu pun tidak luput dari penglihatan Loka. Sadar diri dia hanyalah tamu membuat Loka memilih untuk tetap diam.
"Istirahatlah, Aku akan siapkan makan siang mu "
Asmara berlalu meninggalkan ruang praktiknya, bergegas mengganti pakaian dan membersihkan diri. Baru setelahnya dia akan menyiapkan makan siang untuk pasiennya.
Tidak berselang lama dengan kedatangan Asmara, Pak Basuki juga datang. Mengabarkan jika mobil milik Loka akan siap 2 hari lagi.
Mengingat kondisi Loka yang semakin membaik, Pak Basuki tidak mungkin membiarkan Loka tetap tinggal bersama Asmara, mengingat status Asmara adalah seorang janda.
Pak Basuki hanya ingin melindungi keponakan yang sudah dia anggap seperti putri nya.
Bukan tidak percaya pada Loka, hanya saja pak Basuki menghindari omongan tetangga.
Tidak menutup kemungkinan jika keduanya tinggal bersama , akan memancing omongan warga. Terlebih pak Basuki juga merupakan Kepala desa.
"Jadi begitu nak Loka, Bagaimana kalau Nak loka untuk sementara waktu tinggal di rumah saya?" tawar pak Basuki.
Asmara yang juga baru saja bergabung setelah menyiapkan makanan untuk Loka, menyetujui usulan Pamannya itu.
"Enja mau sama Om Ganteng" celoteh Senja yang ternyata sedari tadi mengintip dibalik pintu.
"Enja !, ayo masuk kamar tidak boleh menguping pembicaraan orang dewasa nak !" tegas Asmara.
Loka hanya menatap pada Asmara yang seolah memang menjaga jarak, tentu juga membatasi interaksi dirinya dengan Senja.
"Baiklah pak, Sampai mobil saya siap saya akan menginap di rumah bapak"
Asmara tampak lega dengan keputusan bijak Loka,setidaknya dia tidak akan merasa sungkan dengan tetangga.
***
Dua hari berlalu , Tepat dimana hari Senin yang kata banyak orang merupakan hari keramat.
Benar saja tidak hanya kebanyakan orang ,namun juga Rani merasakannya.
"Tumben kucel amat Buk??" goda Asmara pada sahabatnya.
"Iya nih semalem habis tempur, Tuh si Bagas gak pernah mau berhenti kalau udah nganuuu..." seloroh Rani dengan begitu entengnya
"Huzzz... Rani !"
Bola mata Asmara seketika membulat mendengar ucapan sahabat ya yang begitu absurd. Tidak ingat tempat dan situasi.
"Iya.. iya.." jawab Rani dengan malas.
Keduanya kembali bekerja Rani yang melakukan Pemeriksaan keadaan Umum pasien, sementara Asmara bertugas untuk membuat resep ibu hamil yang tengah periksa ANC.
Keduanya memang bekerja dalam satu tim di ruang KIA, sehingga setiap hari mereka akan bertemu dan bekerja bersama.
Sebagai bidan Rani memang terkenal bar-bar, namun sejujurnya dia sangat baik, Rani lah yang begitu baik padanya sejak Asmara datang ke desa Kertagiri.
"Coba di panggil , masih ada pasien gak ?" titah Asmara.
"Selanjutnya!!"
Setelah beberapa kali panggilan, nyatanya sudah tidak ada lagi pasien.
Beruntung hari ini tidak terlalu ramai seperti biasanya. Chekpot untuk Rani yang telah berfikir hari ini akan sangat ramai, mengingat tubuhnya yang begitu lelah.
"Mangkanya kalau malam Senin Puasa dulu Nganuuu nya, Capek kan" seloroh Asmara dengan cekikikan.
"Asma Sayang, gituan kok disuruh puasa, Mana bisa .. , Enak Tauuu !!"
Tawa renyah terdengar nyaring di ruangan yang tidak terlalu besar itu, hanya ada Rani dan Asmara yang begitu menikmati obrolan receh keduanya.
"Ngomong-ngomong kamu emang ---"
"Stop RAN !!"
Sadar apa yang akan di tanyakan sahabatnya, buru-buru Asmara menghentikannya.
"Nggak papa tau Ma, Nikah siri aja dulu, nggak ribet urusannya, lumayan buat Kelonin kalau malem"
"Astaga Rani !!"
***