Aurora terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya berada di dunia asing yang begitu indah, penuh dengan keajaiban dan dikelilingi oleh pria-pria tampan yang bukan manusia biasa. Saat berjalan menelusuri tempat itu, ia menemukan sehelai bulu yang begitu indah dan berkilauan.
Keinginannya untuk menemukan pemilik bulu tersebut membawanya pada seorang siluman burung tampan yang penuh misteri. Namun, pertemuan itu bukan sekadar kebetulan—bulu tersebut ternyata adalah kunci dari takdir yang akan mengubah kehidupan Aurora di dunia siluman, membuatnya terlibat dalam rahasia besar yang menghubungkan dirinya dengan dunia yang baru saja ia masuki.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wardha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa lalu?
"Kau mengenal kisah ini, bukan, Raviel?" suara sosok itu berubah menjadi lebih dingin. "Tentang seorang pangeran yang dikhianati. Seorang pewaris kerajaan yang diusir dan dilupakan, hanya karena dia lahir dengan darah yang berbeda."
Aurora menatap Raviel, mencari jawaban. Namun, suaminya hanya diam, wajahnya tegang seolah-olah baru melihat hantu dari masa lalunya.
"Raviel!" Aurora memanggilnya dengan cemas.
Sosok itu tersenyum tipis. "Kau mulai mengingatnya, bukan?"
"Aku ...." Raviel mengepalkan tangannya. "Aku pernah mendengar legenda itu, tentang seorang pangeran yang dihapus dari sejarah kerajaan kami. Tapi itu hanya legenda,"
"Tidak, Raviel," sosok itu menyela. "Itu bukan legenda. Itu adalah kisah nyata. Kisahku,"
Aurora merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. "Kau ... kau adalah pangeran yang hilang?" Aurora mengingat kisah itu—kisah yang tertulis di buku emas.
Sosok itu tersenyum dingin. "Akhirnya kau mengerti, Aurora. Aku adalah penerus yang seharusnya memerintah langit ini sebelum aku dikhianati oleh leluhur kalian. Bedanya aku dan kau adalah, kau disembunyikan di alam manusia. Sangat beruntung sekali! Berbeda dengan nasibku yang memang disingkirkan!"
Langit semakin gelap, dan aura jahat semakin kuat.
"Dan sekarang," suara sosok itu semakin dalam, penuh kebencian, "aku kembali untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku."
Aurora dan Raviel bersiap bertarung.
Mereka mungkin telah memenangkan pertempuran melawan Raja Burung Gagak. Tapi perang yang sesungguhnya baru saja dimulai.
Aurora bisa merasakan ketegangan di udara. Darah Raviel bergetar. Bukan karena takut, tetapi karena sesuatu dalam dirinya mengakui kebenaran kata-kata sosok itu.
Seorang pangeran yang dihapus dari sejarah.
Raviel mengepalkan tangannya. "Kalau kau benar pewaris yang hilang, kenapa kau bersembunyi dalam kegelapan? Kenapa kau memilih jalan ini?"
Sosok itu tertawa kecil. "Aku tidak punya pilihan, adikku."
Aurora terkejut. "Adik?"
Raviel membelalakkan mata. "Kau bohong."
Namun, dalam hatinya, ada sesuatu yang mulai runtuh. Potongan-potongan ingatan, cerita yang pernah ia dengar dalam bisikan—legenda yang selalu ditutupi oleh para tetua.
Sosok itu membuka tangannya, dan bayangan di langit membentuk cahaya keemasan yang mulai memudar. Seolah-olah kenangan lama yang terkubur dipaksa muncul kembali.
Dalam kilatan bayangan itu, Aurora dan Raviel melihat masa lalu. Kenangan yang sempat terhapus.
Di masa yang jauh sebelum Raviel lahir, Kerajaan Langit diperintah oleh Raja Agung, seorang pemimpin bijaksana. Ia memiliki dua putra, dua pewaris yang seharusnya membangun masa depan bersama.
Namun, salah satu dari mereka lahir dengan darah campuran antara cahaya dan bayangan.
Para tetua kerajaan takut. Mereka percaya bahwa darah bayangan dalam tubuhnya akan membawa kehancuran.
Dan pada suatu malam, mereka memutuskan untuk menghapusnya.
"Mereka mencoba membunuhku, Raviel." Suara sosok itu terdengar lebih dalam, penuh luka lama yang belum sembuh. "Tapi aku bertahan. Aku dibuang ke dunia bawah, ke tempat di mana bayangan lebih kuat dari cahaya."
Aurora menatap Raviel, yang kini terlihat berjuang dengan pikirannya sendiri.
"Aku bahkan tidak tahu aku memiliki kakak," bisik Raviel, suaranya terdengar getir.
Sosok itu menghela napas. "Tentu saja tidak. Mereka tidak akan membiarkanmu tahu. Mereka ingin kau tumbuh tanpa bayangan masa laluku,"
"Tapi itu tidak mengubah fakta, Raviel." Matanya menyala merah. "Aku adalah pewaris yang sah. Dan aku akan mengambil kembali takhtaku!"
Aurora merasakan sesuatu yang mengerikan dalam kata-kata itu. Ini bukan hanya tentang balas dendam.
"Apa yang sebenarnya kau inginkan?" tanyanya.
Sosok itu menatapnya tajam. "Aku tidak hanya ingin takhta."
Ia melangkah maju. "Aku ingin mengubah langit. Aku ingin menghapus aturan lama yang telah membuangku. Aku ingin dunia di mana cahaya dan bayangan bisa menyatu tanpa ketakutan."
Raviel terdiam. Untuk pertama kalinya, ia tidak bisa langsung menyangkal kata-kata musuhnya.
Karena jauh di lubuk hatinya, ia tahu ada kebenaran dalam perkataan itu.
Tapi cara kakaknya mengambil haknya—bukanlah jalan yang benar.
Sosok itu tersenyum tipis, seolah bisa membaca pikirannya.
"Aku akan memberimu waktu, Raviel. Kau bisa memilih untuk bergabung dengaku, atau menghancurkan warisan leluhur kita dengan tanganmu sendiri."
"Saat bulan merah muncul di langit, aku akan kembali."
Dan dengan itu, sosok itu menghilang dalam pusaran bayangan.
Langit kembali cerah, tetapi di hati Aurora dan Raviel—badai baru telah dimulai.
Perang antara saudara pun akan datang.
"Dia kakakku," Raviel berbisik, masih berusaha memahami semuanya.
Aurora menggenggam tangannya erat. "Dan dia ingin kau memilih antara keluarga atau kerajaanmu."
Raviel mengangkat wajahnya ke langit.
Malam ini, ia telah bertemu dengan masa lalunya yang tersembunyi.
Dan dalam waktu dekat, ia harus menentukan masa depannya.