Aku yang dikhianati sahabat dan suamiku kembali ke masa lalu. Aku tidak ingin memiliki hubungan apapun dengan mereka lagi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sia Masya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6( Pov Dinda)
Sesampainya di kantor, Dinda menunggu di ruangan milik Lex. Kata managernya, Lex masih mengikuti meeting dengan beberapa klien. Manajer Lex sempat menawari Dinda kopi dingin. Hal itu memberikan kesan tersendiri bagi Dinda. Menurutnya Lex tidak salah karena ia sangat santun dan ramah.
Sembari menunggu Lex, Dinda membaca sebuah majalah yang kebetulan ada di atas meja. Sepertinya majalah tersebut baru di antar. Satu jam lamanya menunggu, Lex akhirnya muncul.
"Maaf ya, kamu pasti lama menunggu. Tadi manager ku bilang kalau kamu datang tapi sayangnya aku nggak bisa menghentikan meetingnya."
"Tidak apa-apa. Aku memang sengaja datang buat nganterin kamu makan."
"Kamu sudah makan?"
"Belum sih."
"Bagaimana kalau kita makan bareng."
Dinda dan Lex makan bersama, ternyata pelayan tadi membungkus banyak. Di selah menikmati makannya, telepon milik Lex berbunyi. Dinda yang penasaran karena Lex sama sekali tidak mengangkatnya melirik sebentar siapa penelepon nya. Tercantum nama Alice di sana.
Ada urusan apa ya dia menelpon Lex.
"Eh Alice. Kenapa nggak di angkat?"
"Nggak usah. Sepertinya dia mau menanyakan urusan kerjaan. Aku lagi capek."
"Masa sih, Emangnya dia lagi di mana?"
"Dia lagi ngurus tender yang ada di China."
"Benarkah? Pantasan aku nggak melihatnya."
"Dia baru berangkat kemarin."
Alice sendiri merupakan karyawan di perusahaan Lex. Jabatannya juga tinggi di perusahaan tersebut. Memang sangat jelas jika dia disuruh untuk mengurus tender-tender besar di luar negeri. Itu semua karena kecerdasaannya.
"Kalau kamu nggak mau, biar aku saja yang angkat. Aku sangat merindukan dirinya."
Dinda menjawab panggilan dari Alice.
"Kenapa sih kamu lama sekali angkatnya?"
Ada apa dengan suara Alice yang begitu manja. Apa memang dia selalu seperti itu kalau bicara dengan Lex. Raut wajah Dinda berubah. Ia merasa tak senang mendengar suara Alice yang seperti itu pada Lex. Ini mungkin karena dirinya merasa cemburu.
"Ini aku, Dinda."
"Eh Dinda? Aku kira Lex. Kamu di kantor ya?"
"Iya aku tadi nganterin makanan buat Lex. Bagaimana kabar kamu?"
"Kabarku baik. Dimana Lex? Aku ingin membicarakan tentang pekerjaan dengannya."
"Ada di sini, tunggu ya." Dinda menyodorkan telepon tersebut kepada Lex.
"Dia mau membicarakan masalah pekerjaan." Lex menerimanya.
"Ya, Hmm....,hmm. Baik." Entah apa yang mereka bicarakan tetapi dari ekspresi Lex, dia terlihat sangat serius. Lex mengakhiri pangilan tersebut dengan kata salam.
"Ada masalah apa Lex?"
"Oh...Nggak kok. Katanya urusan di sana sudah dia selesaikan dan dia akan pulang hari ini."
"Benarkah? Dari dulu sampai sekarang Alice nggak pernah berubah ya, dia selalu bisa mengatasi apapun dengan mudah."
"Iya, makanya aku percaya padanya."
Pujian yang membuat Dinda merasa cemburu lagi. Dia sama sekali tidak ingin mendengar Lex memuji gadis lain dihadapan nya sekalipun itu sahabat sendiri.
"Tapi menurut mu kenapa ya dia nggak pernah pacaran, padahal di luar sana yang naksir sama dia kan banyak."
Lex yang sementara meneguk airnya langsung batuk ringan entah kenapa. Dinda bergerak ke belakang Lex, lalu membantu membantu mengelus belakangnya.
"Ada apa? Pelan-pelan minumnya." Dinda menjadi khawatir.
"Aku nggak apa-apa kok. Makasih ya untuk makanannya."
"Iya sama-sama."
"Dinda, aku masih ada meeting. Maaf ya aku nggak bisa anterin kamu."
"Nggak apa-apa kok. Lagian aku ke sini juga sama pak Burhan."
"Ya sudah, aku duluan ya, soalnya ada sesuatu yang harus ku siapkan. Malam ini sepertinya aku juga pulang terlambat."
"Iya, kamu nggak usah khawatir. Aku mengerti kok kalau kamu masih punya banyak pekerjaan. Kalau gitu aku sekalian pamit ya, nggak mungkin kan aku harus menunggu kamu sampai larut malam."
"Makasih ya, kamu sangat pengertian."
Dinda berpamitan pada Lex. Setelah itu ia keluar dan berjalan menuju tempat parkiran. Pak Burhan sedang menunggu di dalam mobil. Namun saat akan membuka pintu mobil, ia mendapatkan kiriman pesan dari nomor asing. Dinda melihat gambar yang dikirim itu, seperti Lex dan seorang wanita. Karena foto tersebut di ambil dari jarak jauh, jadi wanita itu kurang jelas. Pikiran Dinda sempat teralihkan dan ia mulai mencurigai Lex. Namun Dinda kembali menenangkan pikiran nya untuk berfikir positif. Dia tidak boleh terpancing oleh kiriman asal-asalan seperti Itu. Bisa saja ia adalah rekan meeting Lex.
Mungkin saja orang itu mengambil dari anggel yang berbeda dan terlihat seolah-olah Lex dekat dengan nya. Tapi apa tujuannya mengirim hal seperti ini padaku? Dinda segera masuk dalam mobil dan menyuruh pak Burhan untuk mengantarnya pulang.
Benar saja perkataan Lex kalau dia akan pulang malam. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 00 lewat 39 menit, belum ada tanda-tanda kedatangan Lex. Meskipun ia tahu Lex akan pulang terlambat malam ini, ia tetap ingin menunggu nya. Ia perlu menanyakan foto-foto tersebut dari Lex secara langsung. Bisa jadi yang mengirim nya ialah musuh Lex dalam berbisnis yang berusaha menghancurkan Lex lewat hubungan mereka berdua. Lagian ia belum benar-benar mengantuk saat ini. Aku tidak ingin mereka memanfaatkan situasi tersebut. Aku harus memperingatkan Lex.
Awalnya Dinda hanya ingin berbaring sambil membaca buku. Namun dirinya kalah oleh rasa kantuk yang menyerang. Sehingga tanpa disadari ia tertidur dengan lelap.
Saat bangun pada keesokannya, Dinda melihat tempat di sampingnya, tidak ada Lex disana.
Sepertinya dia tidak pulang semalam.
Dinda membuka teleponnya untuk memeriksa jam berapa sekarang. Dan ternyata ada lima panggilan tak terjawab dari Lex. Ia juga mengirim beberapa pesan pada Dinda.
"Sudah jam 8 yah, kayaknya semalam aku ketiduran."
ansk perempuan klu pacaran RUSAKKKK.