Berawal dari sahabatnya yang fans sekali dengan seorang Gus muda hingga mengadakan seminar yang akan diisi oleh Gus yang sedang viral dikalangan muda mudi itu.
Dari seminar itulah, Annisa menemukan sosok yang selama ini dikagumi oleh banyak orang salah satunya Bunga, sahabatnya sendiri.
Awalnya, menolak untuk menganggumi tapi berakhir dengan menjilat air ludah sendiri dan itu artinya Annisa harus bersaing dengan sahabatnya yang juga mengagumi Gus muda itu.
Lantas gus muda itu akan berakhir bersama Annisa atau Bunga?
Ketika hati telah memilih siapa yang dia cintai tapi takdir Allah lebih tau siapa yang pantas menjadi pemilik sesungguhnya.
Aku mencintai dia, sedangkan dia sudah bertemu dengan takdir cintanya dan aku masih saja menyimpan namanya didalam hati tanpa tau bagaimana cara untuk menghapus nama itu.
Bukan hanya aku yang mengejar cinta, tapi ada seseorang yang juga tengah mengejar cinta Allah untuk mendapatkan takdir cinta terbaik dari yang maha cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebuah Kata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekesalan Annisa
Sudah satu hari berlalu, tepat hari ini hari sabtu setelah kemarin Annisa dibuat kesal oleh gus tampan my idolanya yang mengambil potretnya dengan asal.
Kekesalan itu semakin bertambah disaat Bunga dan para fans gus Habibi yang lainnya mengedit foto mereka dengan editan terbaik dan diupload di tiktok dengan berbagai macam caption yang mereka tulis.
Seperti halnya kemarin, baru saja selesai salat magrib Annisa hendak membuka ponselnya dan ingin menghibur diri dengan fyp tiktok yang sekiranya bisa mengurangi kekesalannya terhadap gus Habibi tadi siang. Alih-alih menghilangkan kekesalan, fyp tiktok malah membuatnya kembali meradang. Bagaimana tidak?
Semua fyp tiktok menampilkan foto-foto terbaik gus dan fansnya diacara yang kampusnya adakan. Sungguh, terlihat sangat mengiris hati gadis mungil itu. Seperti saat ini, dilayar ponselnya menampilkan deretan foto gus yang tersenyum manis dan diapit oleh cewek-cewek yang memberi jarak dengan gus. Walaupun berjarak, tetap saja itu hasil potret terbaik yang mereka upload di tiktok.
Sedangkan dirinya?
Niat hati ingin pamer juga, tapi apalah daya, dirinya terlihat seperti orang-orang sawah didalam foto yang diambil gus Habibi tadi siang.
"Apaan coba? Masa gus tampan ngambil fotonya bagus bagus semua, giliran sama aku ngambilnya ngak ikhlas. Apa karna aku jelek? Makanya dia ngambilnya ngasal? Tapi kata Bisma, aku cantik loh." gumamnya dengan wajah dan hati yang tidak dapat diekspresikan seperti apa sekarang.
Ada rasa insecure yang muncul secara tiba-tiba.
Annisa, anaknya insecure an parah jadi jangan bikin overthingking ya.
"Apa mata, Bisma yang rusak? Masa bilang aku cantik disaat gus Habibi gak ngelirik aku. Padahal kalau dipikir pikir, Bisma sama gus tampan gak kalah jauh, cuman bedanya Bisma krisis agama sedangkan gus kelebihan dalam hal itu."
Apa itu? Annisa memuji ketampanan Bisma? Ayolah, kalau pria itu tau, sungguh semakin percaya diri Ia mendekati Annisa.
Tidak ingin larut dengan overthingking nya, Annisa memilih untuk mematikan ponsel dan menunaikan sholat isya setelah itu tidur.
Hatinya terlalu sakit jika harus melihat fyp tiktok yang terus menampilkan video video gus Habibi, hingga pagi ini Annisa kembali membuka ponselnya yang langsung dipenuhi notif dari Bunga.
Ting
Ting
Ting
Ting
Annisa membuang nafasnya lelah, "Kebiasaan nih anak," monolognya sembari membuka pesan yang dikirim Bunga.
Bunga
Ichaaa, masa ada yang bilang kamu mirip sama gus Habibi...
Ichaaaa, kamu kemana siiii
Ichaaaa, kamu kok gak onnnn siii
Ya Allah, ichaaa on dong, hati aku hancur nih saat ada yang bilang kamu mirip sama gus idaman aku.
Kurang lebih begitulah isi pesan dari Bunga yang berhasil membuat jantung Annisa keluar dari tempatnya.
Tak ada niatan untuk membalas pesan dari sahabatnya Annisa kembali melihat potret yang kemarin gus Habibi ambil dan entah kenapa Annisa membenarkan perkataan Bungan dichattan tadi.
Ada beberapa hal yang terlihat mirip antara dirinya dan gus Habibi. Mulai dari senyum dan potongan wajah, yang hampir sama persis.
Drtttt drttttt
Bunga is callingg
"Assalamualaikum, Bungaaa," ucap Annisa Saat sudah mengangkat panggilan sahabatnya itu.
"Waalaikumsalam, ichaaa... Kamu kemana aja? Kok gak balas balas chat aku? Kamu tau gak, kalau aku hancur banget? Kamu malah ngilang." cercanya tanpa memberikan kesempatan untuk Annisa menjawab.
Annisa memijit pelipisnya, "Satu satu dong, kek dikejar maling aja."
"Gak bisa! Hati aku terlanjur sakit karena kamu." kesalnya.
"Kok jadi sakit hati sama aku sih? Kan bukan aku yang bilang."
"Ih aku gak tau, pokoknya hati aku sakit saat ada yang bilang kamu mirip sama gus Habibi. Kamu kalau jadi aku pasti ngerasain hal yang sama."
Annisa membuang nafasnya lelah, "Iya tau, tapi kan gak bisa nyalahin takdir juga, Bunga. Kalau seandainya wajah bisa diubah aku ikhlas tukar wajah sama kamu, tapi masalahnya gak bisa, sayang." ucap Annisa mencoba menenangkan sang sahabat yang terlihat frustasi karena komenan para netizen di vt tiktoknya.
"Aaaaaa, apa jangan jangan kamu jodohnya gus Habibi?"
"Gak lah! Masa mirip sekilas dibilang jodoh."
"Tapi kalau benar jodoh gimana?"
Annisa tersenyum dan bisa dipastikan Bunga tak dapat melihat senyum manis itu, kalau Bunga melihat entah pertengkaran apa lagi yang akan terjadi, "Biarkan semua menjadi rencana Allah, sebagai hamba kita hanya pasrah dengan takdir yang Allah tetapkan." balas Annisa.
"Emangnya kamu mau sama gus Habibi?"
Annisa mengangguk, "Bunga, aku tidak pernah mengatakan hal buruk tentang pria sholeh itu, aku hanya tidak menyukai fans fanatiknya, jadi jika ditanya apakah aku mau menjadi pasangannya? Mungkin jawabanku sama dengan jawabanmu."
"Jadi kamu suka sama gus Habibi juga?"
"Adakah wanita yang tidak tertarik dengan ketaatannya? Aku rasa tidak, jikapun ada mungkin yang berbeda keyakinan dengan kita."
"Iiiiii, ichaaa kok kamu gitu sih? Kan kamu tau kalau aku cinta sama gus Habibi."
"Aku kenapa? Aku kan cuman ngejawab apa yang kamu tanyakan, lagian pertanyaan kamu kan berandai doang, gak kenyataan."
"Iya sih, tapi gak papa kok, kalau memang gus Habibi ditakdirkan buat kamu, aku ikhlas lahir batin."
"Kenapa gitu?"
"Karena level tertinggi mencintai adalah mengikhlaskan orang yang kita cintai bahagia dengan pilihannya dan jika pilihan gus itu kamu, aku ikhlas kok."
"MasyaAllah, sahabat aku udah dewasa ternyata. Semoga bisa bersatu sama gus yang kamu langitkan ya. Aamiin." ucap Annisa walau hatinya terasa sesak saat mengatakan hal itu.
Hal yang paling menyesakan dada ketika mendoakan orang yang kita cintai bersatu dengan sahabat kita. Sungguh sesak.
*****
Siang ini dua gadis yang berbeda tinggi badan itu tengah berjalan menuju gedung fakultas tercinta mereka. Mereka berjalan dengan senyum dan canda tawa yang tak pernah pudar dari wajahnya, entah apa yang sedang mereka bicarakan hingga suara seseorang tak mereka hiraukan sedari tadi.
"Ichaaa,,," panggil Bisma yang tengah ngos-ngosan menghampiri Annisa dan Bunga yang sedari tadi dipanggil tapi tak mendengar.
Annisa yang hendak menduduki diri dibangku taman menapa Bisma bingung sedangkan Bunga sudah terlebih dahulu duduk, "Lo kenapa? Kok ngos ngosan? Habis dikejar kunti?" tanya Annisa heran.
Bisma tampak mengatur nafasnya yang berpacu lebih cepat, "Dari tadi gue manggilin lo pada, tapi gak ada yang dengar. Kalian budeq?" tanya Bisma kesal setelah berhasil mengatur nafasnya.
"Ada apa? Kan bisa chat atau telpon gue kalau gue gak dengar." ucap Annisa simpel sembari menduduki diri dibangku taman.
"Lo kangen sama gue ya?" timpal Bunga.
Bisma bergidik geli mendengar ucapan Bunga, "Najis!" tolaknya mengundang tawa Annisa.
"Nih, minum dulu." Annisa menyodorkan sebotol air yang dirinya beli saat hendak ke kampus.
Bisma menerima botol dari sang pujaan hati dan hendak meneguknya hingga tandas, tapi baru saja botol itu mendekat kearah bibirnya suara Annisa kembali mengintruksinya, "Minum itu duduk! Pake adab Bisma." tegurnya dan direspon dengan cengiran oleh Bisma.
"Ngapain manggil manggil?" tanya Bunga setelah pria itu selesai meneguk airnya.
"Urusan gue sama, Icha bukan sama lo kembang sepatu."
"Ngapain manggil gue? Lo kangen?" tanya Annisa heran sendiri.
Bisma mengangguk, "Banget! Gue kangen banget sama lo and bukan hanya itu aja tapi gue juga pengen kejelasan dari lo perihal foto yang diupdate sama kembang sepatu kemaren." jelas Bisma menyampaikan tujuannya memanggil Annisa.
Plak
Satu pukulan mendarat dibahu Bisma ketika namanya disebut tak sesuai dengan apa yang telah tercatat di akte kelahirannya. Siapa lagi kau bukan Bunga, gadis itu tak terima namanya diubah begitu saja apalagi pelakunya adalah Bisma, "Sebut nama gue dengan benar! Lo kira gak pake kambing tuh nama?!" kesalnya.
"Apaan sih! Eh tunggu, sejak kapan lo ngomong pake lo gue? Setau gue gak kek gitu." heran Bisma merasa janggal ketika Bunga memanggilnya dengan sebutan lo gue yang sebelum-sebelumnya menggunakan aku kamu.
Sebenarnya sih udah dari kemarin Bunga menggunakan lo gue, Bisma aja yang gak nyadar.
"Sejak kemarin! Gedeq gue liat lo." ucapnya kesal.
Dua makhluk ini memang tidak bisa dipersatukan, kalau bersatu ya seperti ini lah jadinya, bertengkar mulu. Bikin pusing orang sekitar.
"Terserah lo deh, gue masih ada urusan sama icha," ucapnya dan kembali fokus pada tujuan utama yaitu Annisa, "Cha, kenapa lo bisa semirip itu sama gus gus itu? Lo gak mikir perasaan gue, Cha? Mana bajunya senada lagi." protesnya.
Annisa menggeleng tak habis fikir, lihatlah ekspresi Bisma sekarang, pria itu seperti anak kecil yang sedang merajuk ketika tidak dibelikan mainan, "Kebetulan, lo tau kebetulan ga? Perlu dijelasin juga?" balasnya lelah sendiri.
"Tap---"
"Udahlah Bisma, nanti aja protesnya, mending kita ke kelas, bentar lagi masuk." potong Bunga.
Mau tak mau Bisma harus menahan hasratnya untuk tidak melanjutkan protesnya saat ini, bagimana pun pendidikan lebih utama untuk menjunjung masa depan yang cerah bersama Annisa. Begitulah pikir pria tampan itu.