"Enam bulan," lirih Diana dengan pelan bahkan terdengar ada rasa takut di nada bicaranya.
Sherly yang mendengar itu benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa, jantungnya terasa ditikam saat mendengar pernyataan dari adik kandung yang rela berselingkuh dengan suaminya sendiri.
Sakit? Bukan saatnya memikirkan rasa sakit ini, dengan tenaga yang masih tersisa, Sherly menatap Rian dengan tatapan kecewa.
"Ceraikan aku, mas!"
"Tidak! Jangan pernah berharap hal itu akan terjadi!"
Apa yang akan dilakukan Sherly saat Rian tidak mau menceraikannya? Apa yang akan terjadi antara Sherly dan Diana? Sanggupkah Sherly menahan rasa sakit ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lujuu Banget, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke Rumah Fahri
Diana yang tengah berada di kamar hanya bisa melirik ponselnya setiap saat, sudah beberapa hari ini dia dan Rian tidak berhubungan lagi, alasan Rian simpel, agar tidak ada yang curiga dengan hubungan mereka, jadi mereka akan menjaga jarak sampai pertunangan dirinya dan Fahri.
Awalnya Diana protes karena bagi Diana, satu hari saja tidak bertemu dengan Fahri rasanya sudah seabad, apalagi sampai berhari-hari. Bisa-bisa dia malah gila menahan rindu dan hasrat yang tidak pernah tertahan.
"Diana, nak Fahri datang!" Suara ibu terdengar seraya mengetuk pintu kamar Diana.
Tentu saja Diana segera berdiri, dia memang berniat untuk menemui kedua orang tua Fahri, karena kebetulan beberapa hari dia dan Fahri akan bertunangan jadi Diana harus mengambil hati mertuanya dulu.
"Kalo begitu Diana berangkat sekarang ya, Bu. Assalamualaikum," pamit Diana sambil menyalami sang ibu.
"Iya, hati-hati!"
Diana segera melangkah mengikuti Fahri untuk masuk ke dalam mobil, selama di perjalanan, tidak ada percakapan di antara mereka, ini yang membuat Diana agak bosan dengan Fahri.
Pria itu terlalu dingin dan kaku, sangat berbanding terbalik dengan Rian yang hangat dan romantis, bahkan Diana sering iri kepada Sherly, kenapa kakaknya itu bisa mendapatkan suami sesempurna Rian.
"Ibu kamu pemarah enggak?" Diana membuka percakapan, dia bahkan melirik Fahri sekilas walau akhirnya kembali fokus ke depan.
"Enggak," jawab Fahri simpel tetapi jujur Diana tidak puas dengan jawaban Fahri barusan, dia butuh jawaban yang lebih dari itu.
"Aku serius!" tekan Diana.
"Aku juga," balas Fahri.
Kali ini Diana mengalah, dia tidak mau mencari pembicaraan lagi atau bertanya-tanya kepada Fahri lagi. Sedangkan Fahri yang melihat Diana mulai diam hanya melirik sekilas lalu kembali fokus ke depan.
"Assalamualaikum, Bunda!"
"Waalaikumussalam," jawab seorang wanita yang tampaknya baru saja datang dari dapur, bahkan Fahri yang melihat itu segera menyalaminya yang Diana yakini adalah ibu dari Fahri.
"Ini Diana, Bun," ujar Fahri memperkenalkan Diana membuat Diana segera menyalami tangan wanita itu.
Jujur saja, Diana tidak tahu harus melakukan apa, dia benar-benar dibuat mati kutu dengan tatapan mata bunda Fahri.
"Ini calon tunangan kamu?" tanyanya kepada Fahri yang diangguki oleh Fahri.
Bunda Fahri hanya menganggukan kepala, dia lalu mengambilkan air dan beberapa cemilan untuk Diana, awalnya Diana sempat menolak tetapi bunda Fahri tetap mengambilnya.
"Jadi ... kapan kalian akan menikah?"
"Dalam waktu dekat, Bun," jawab Fahri yang diangguki oleh Diana.
Tidak ada percakapan lagi, membuat Diana harus berpikir keras bagaimana caranya mendapatkan hati sang ibu mertua.
"Fahri orangnya bagaimana ya, Bun?" tanya Diana.
"Kamu akan menikah dengan Fahri, tidak mungkin kamu tidak tahu dia orangnya seperti apa," jawab Bunda membuat Diana tidak tahu akan mengatakan apa, dia benar-benar tertohok dengan ucapan bunda Fahri barusan.
"Bunda mau lanjut masak dulu." Wanita itu segera berdiri bahkan melangkahkan kaki pergi dari sana.
"Bunda kamu orangnya memang gitu, ya?" tanya Diana kepada Fahri setelah kepergian bundanya itu.
Fahri hanya diam, sebenarnya bundanya itu tidak setuju jika Fahri menikah dengan Diana, tetapi apa boleh buat, keputusan Fahri tidak bisa diganggu gugat lagi, entah apa yang ada di jalan pikiran pria itu sampai-sampai mau menikah dengan Diana.
Jika bisa memilih, bahkan Fahri bisa menikah dengan wanita lain, siapapun yang dia mau, tetapi entah kenapa keputusannya sudah bulat akan menikah dengan Diana.
Saat Diana tengah memikirkan bagaimana caranya mendapatkan hati bunda Fahri, sekarang Sherly dan Rian tengah menghabiskan waktu bersama, kedua orang itu terlihat tertawa bersama seakan ada hal yang lucu.
"Lihat mas, ada kasus perselingkuhan lagi, katanya di sini suaminya selingkuh sama ibu mertuanya sendiri, ngeri banget ya," ucap Sherly seraya memperlihatkan ponselnya kepada Rian.
Rian hanya membaca sekilas berita itu lalu menganggukan kepalanya, dia tidak tahu harus mengatakan apa.
"Aku heran, kenapa orang-orang bisa selingkuh, kayak ... bukannya pas mau nikah udah yakin sama pasangan masing-masing? Menerima semua kekurangan dan kelebihannya? Mau jadi pasangan sehidup dan semati?"
Rian yang mendengar Sherly mengatakan itu mulai gelisah, dia ingin menghentikan Sherly supaya tidak membahas perihal itu tetapi dia tidak tahu bagaimana cara menghentikan wanita ini.
"Belum lagi mas, kasihan sama anak-anak mereka, jadi broken home. Bagaimana dengan masa depan anak itu? Belum lagi kesehatan mentalnya," lanjut Sherly masih fokus dengan ponselnya.
"Udah siang, ayo jemput Amelia! Bentar lagi pasti pulang!" Rian berdiri yang diangguki oleh Sherly, memang sebentar lagi Amelia akan pulang.
"Aku ke kamar dulu, bentar aja!"
Sherly berlari ke arah kamar sedangkan Rian menghela napas lega, dia lalu mengambil ponsel Sherly serta menghapus beberapa postingan yang tengah menampilkan perselingkuhan, dia tidak mau karena postingan ini Sherly menjadi semakin was-was dan curiga kepadanya.
"Mas, sebentar lagi Diana dan Fahri tunangan, kamu bisa 'kan mengantar dan menjemput Amelia?" tanya Sherly ketika mereka sudah berada di dalam mobil.
Memang beberapa hari lagi Sherly akan sibuk mengurus pertunangan adiknya itu, jadi dia takut tidak punya waktu, ditambah Rian juga mengambil cuti beberapa hari untuk menemani Sherly sekaligus hadir dalam pertunangan Diana dan Fahri.
"Eh ... itu Diana dan Fahri 'kan? Mas minggir dulu!"
Setelah Rian menepi, Sherly langsung keluar, bahkan wanita itu segera melambaikkan tangannya yang kebetulan dilihat oleh Diana.
"Mbak!" teriak Diana sambil melangkahkan kaki mendekat ke arah Sherly, ditambah dia juga melihat Rian ada di dalam mobil, bukankah ini yang dinamakan kesempatan?
"Kalian habis darimana?" tanya Sherly seraya melirik Fahri dan Diana.
"Habis dari rumah Fahri," jawab Diana.
Sherly menganggukan kepalanya, dia sempat bertanya kepada Fahri beberapa pertanyaan yang dijawab singkat oleh pria itu, Sherly tidak seperti Diana, dia sudah biasa dengan orang-orang dingin dan cuek seperti Fahri sehingga dia paham bagaimana menyikapi mereka.
"Kalian mau menjemput Amelia? Aku ikut dong," ucap Diana lalu pergi masuk ke dalam mobil meninggalkan kedua orang itu, Sherly yang melihat itu hanya menggelengkan kepala.
"Fahri juga mau ikut?" tawar Sherly.
Fahri sejenak terdiam, sebelum akhirnya melirik jam di pergelangan tangan dan menolak ajakan Sherly karena dia masih ada urusan, mendengar itu Sherly menganggukan kepala.
"Kalo begitu hati-hati ya, Assalamualaikum," ucap Sherly sambil tersenyum membuat Fahri sejenak tertegun, ada perasaan aneh saat melihat senyum Sherly.
"Bye ... Fahri!" Suara Diana memecahkan lamunan Fahri, bahkan wanita itu melambaikkan tangan ke arah dengan riang, tentu saja dia hanya menganggukan kepala melihat kepergian mereka.
"Ada apa denganku?" lirih Fahri pelan lalu menggelengkan kepalanya.
...***...
jalang ini dah bunuh org dgn mencelakai HBS it minta maaf dan selesai gK di penjara...anjing GK...y anjing bgt lah....anjingggggggggggg
bangettt