Zahira Maswah, siswi SMA sederhana dari kampung kecil yang jauh dari hiruk-pikuk kota, hidupnya berubah total saat ia harus menikah secara diam-diam dengan Zayn Rayyan — pria kota yang dingin, angkuh, anak orang kaya raya, dan terkenal bad boy di sekolahnya. Pernikahan itu bukan karena cinta, melainkan karena keadaan yang memaksa.
Zahira dan Zayn harus merahasiakan pernikahan itu, sampai saatnya tiba Zayn akan menceraikan Zahira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3_Harus Menikah?
Sementara itu, di sebuah rumah kecil di pinggir desa, Asiyah tengah melipat baju ketika pintunya digedor dengan kasar.
"Asiyah! Cepat keluar! Anakmu sudah diarak di balai desa!"
Asiyah tersentak dan buru-buru menuju pintu. Begitu membukanya, ia mendapati beberapa wanita desa berdiri dengan wajah muram dan tatapan tajam.
"Ada apa?" tanyanya dengan suara bergetar.
"Anakmu... Zahira... dia tertangkap basah berduaan dengan seorang laki-laki di rumah kosong!" salah seorang wanita menyampaikan dengan suara penuh penghakiman.
Darah Asiyah seakan berhenti mengalir. Napasnya tercekat, lututnya terasa lemas.
"Apa yang kalian katakan...? Tidak mungkin! Zahira tidak mungkin melakukan hal itu!" ujar Asiyah dengan kakinya yang sudah lemas, dan jantung yang berdegup kencang.
"Kami semua melihatnya. Laki-laki itu bahkan sudah setengah telanjang. Mereka kedapatan berbuat mesum di dalam rumah kosong itu. Para warga sudah membawa anakmu ke balai desa, dan kamu harus ikut kami ke balai desa sekarang juga. Kepala desa dan warga lainnya sudah menunggu."
Asiyah tidak bisa berkata apa-apa. Tangannya bergetar saat ia menutup pintu rumah, sebelum akhirnya mengikuti para wanita yang menjemputnya menuju balai desa.
Suasana di balai desa semakin memanas. Kepala desa dan beberapa tokoh di desa itu duduk di sebuah sofa yang ada di ruangan, sementara warga berdiri mengelilingi Zahira dan Zayn yang dipaksa berlutut di lantai.
Asiyah tiba dengan wajah pucat, melihat putrinya dalam keadaan penuh tekanan. Ia bahkan merasa berat untuk sekedar menelan salivanya sendiri.
"Bu Asiyah," kepala desa berbicara dengan suara berat, "kamu seharusnya sudah tahu apa yang terjadi, bukan?" ujar kepala Desa memastikan.
Asiyah menatap Zahira, lalu kembali menatap kepala desa, "Pak... tolong dengarkan... Zahira tidak mungkin melakukan itu. Saya membesarkannya dengan baik, dia bukan gadis yang seperti itu. Ini pasti ada salah paham. Berikan mereka kesempatan untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi!" ujar Asiyah penuh harap.
"Lalu mengapa dia ditemukan dengan laki-laki ini?" tanya seorang pria dengan nada mengejek, "dan kenapa si laki-laki itu tidak memakai baju? Siapa yang bisa menjamin mereka tidak melakukan apa-apa. Dua muda-mudi berpelukan, apakah itu bisa dikatakan tidak berbuat apa-apa?"
"Baiklah, saya persilahkan untuk kedua remaja ini menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi," ujar Kepala Desa, "silahkan!" lanjutnya mempersilahkan kepada Zayn.
Zayn mengangkat kepalanya, "dengar, malam tadi saya dengan sembarang turun dari bus di kampung ini. Dikarenakan saya sangat mengantuk, jadi saya memutuskan untuk tidur di sembarang tempat. Dan rumah kosong itu menjadi tempat pilihan saya untuk tidur, dikarenakan saya tidak menemukan tempat menginap di sini. Jadi, saya pertegas sekali lagi, bahwa saya hanya tidur di sana. Dan kemudian, tanpa saya ketahui wanita ini datang entah dari mana. Saat itu, saya masih rebahan, meski mataku sudah terbuka. Tapi, kejadiannya sangat cepat, sebuah balok kayu hampir menimpanya, dan saya secara spontan menyelamatkannya. Itulah sebabnya kami malah terlihat berpelukan. Mengenai mengapa saya telanjang dada, itu karena tadi malam rumah kosong itu sangat pengap, dan lantainya pun sangat kotor, jadi aku menggunakan jaket dan kaosku sebagai alasnya. Itulah kejadian yang sebenarnya." Jelasnya.
"Omong kosong!" teriak seorang wanita, "lelaki dan perempuan bukan muhrim tidak seharusnya berada di tempat yang sama! Lagipula kalau hanya mengambil kayu, kenapa Zahira harus jauh jauh ke rumah kosong itu? Ini desa bukan kota, mencari kayu tidaklah sesulit mencari permata," lanjut wanita itu dengan nada sengit.
"Betul, itu hanya alasan saja, karena sudah tertangkap basah, apapun bisa dikatakan untuk menghindari hukuman," ucap salah seorang warga lainnya dengan nada marah.
"Kita harus memberi mereka pelajaran!" seru warga lain.
"Betul, alasannya itu pasti ia buat-buat sendiri, dasar anak kota, tidak takut dosa," ujar yang lainnya.
"Anak muda, cepat hubungi orang tuamu, orang tuamu harus tahu kebejatanmu," ujar tokoh yang lain.
Zayn menatap tokoh itu dengan amarah, "sudah ku katakan sedari tadi, aku gelandangan, tidak punya orang tua, tidak punya saudara, dan tempat tinggal. Jadi, jangan memintaku menghubungi siapapun," ujar Zayn.
"Ah, gembel ternyata, pantesan tidak bermoral," ucap salah seorang warga, yang membuat Zayn mengepal tinjunya karena menahan amarah.
Tapi, ia tidak bisa memberitahu siapa ia yang sebenarnya, apalagi sampai orang tuanya tahu, bisa-bisa masalahnya akan menjadi sangat rumit.
Asiyah mulai menangis, tetapi ia menggigit bibirnya, menahan isak. Ia percaya putrinya tidak mungkin melakukan hal itu. Ia percaya kalau kejadian yang sebenarnya adalah apa yang dikatakan oleh Zayn, sebab tadi pagi pun Zahira bertanya kepadanya mengenai kayu untuk kerajinan tangannya, tapi keadaan begitu menekan. Siapa yang percaya kepada putrinya sekarang. Tidak ada, selain dirinya sendiri.
Kepala desa akhirnya bersuara, "hanya ada satu jalan untuk menyelesaikan masalah ini, tanpa melukai siapapun."
Seluruh warga terdiam, menunggu keputusan kepala desa.
"Mereka harus dinikahkan!"
Zahira tersentak, sementara Zayn mengepalkan tinjunya.
"Tidak!" Zahira akhirnya bersuara, "saya tidak bisa menikah dengan seseorang yang bahkan baru kutemui hari ini! Bahkan namanya saja aku tidak tahu."
"Kalau kalian menolak, maka konsekuensinya adalah kalian harus diusir dari desa ini dan diharamkan untuk menginjakkan kaki lagi di desa ini!" kepala desa menegaskan, "berzina adalah hal yang melanggar norma adat dan agama. Dan saya sebagai kepala desa, mewakili seluruh warga yang ada di desa ini mengecam apa yang telah kalian perbuat!" lanjutnya dengan nada tegas sedikit marah.
Suasana menjadi semakin menegangkan. Zahira menoleh ke ibunya, berharap ibunya akan membelanya, tetapi yang ia lihat justru wajah Asiyah yang penuh keputusasaan.
Asiyah mendekati Zahira, menggenggam tangannya, "nak... Ibu percaya padamu... tapi... kita tidak punya pilihan lain..." suaranya parau, hampir tak terdengar.
Asiyah tidak punya siapa-siapapun lagi di dunia ini selain Zahira. Ia tidak punya harta atau tabungan. Jadi, jika mereka di usir, maka bisa dipastikan mereka akan menjadi gelandangan di luar.
Dan ia tidak mau hal itu terjadi, ia tidak akan membiarkan Zahira merasakan pahitnya hidup di jalanan. Apalagi mereka berdua adalah perempuan, sudah pasti kehidupan di jalanan sangat berbahaya bagi mereka, banyak bahaya yang mengancam.
Zayn mendengus, matanya berkilat penuh kemarahan. Ia tidak pernah berpikir akan terjebak dalam situasi seperti ini.
"Jadi, kalian menerima pernikahan ini?" tanya kepala desa dengan nada tegas.
"Saya tidak setuju dengan pernikahan ini. Kalian semua tidak bisa memaksa orang lain untuk menikah. Apa kalian tidak melihat, kami ini masih anak di bawah umur, bagaimana mungkin kalian ingin menikahkan kami begitu saja? Terlebih saya ini gelandangan, bagaimana saya akan menafkahi perempuan ini, jika saya menikahinya? Ayolah, semuanya harus berfikiran terbuka dan realistis. Lagipula, kan saya sudah menjelaskan kejadian yang sebenarnya, kenapa kalian tidak bisa mengerti juga?" ujar Zayn protes.
"Heii, anak muda, jangan banyak bicara di sini, kamu sudah menodai anak gadis desa kami. Dan sekarang kamu tidak mau menikahinya? Apa kamu tega melihat ibu dan anak yang miskin ini kami usir dari desa ini, dan hidup terlunta-lunta di jalanan?" ujar pria paruh baya dengan nada serius.
Zayn melirik Zahira, yang menundukkan kepalanya, bahunya gemetar menahan tangis. Setelah beberapa saat, Zayn menghela napas panjang. Ia, merasa otaknya sudah mengebul, tidak bisa berdalih lagi, terlebih wanita di sampingnya tampak telah pasrah dan menyerah. Jika, ia terus melakukan perlawanan, ia khawatir jika ibu dan anak ini akan di usir, dan yang lebih ia khawatirkan adalah dirinya sendiri. Ia tidak mau masalah ini sampai kepada orang tuanya.
"Baiklah," katanya dengan suara berat, "saya akan menikahinya."
Zahira mengepalkan tangannya, air mata jatuh membasahi pipinya. Bibirnya tak lagi mampu berkata-kata.
Tanpa memberi kesempatan lagi, kepala desa langsung memanggil seorang ustaz. Di malam itu juga, di bawah tekanan puluhan pasang mata yang masih menyala penuh amarah dan kecurigaan, Zahira dan Zayn dinikahkan secara mendadak.
Pernikahan yang bukan karena cinta. Bukan karena keinginan mereka.
Tapi karena keadaan yang memaksa mereka untuk menerima takdir yang pahit ini.
mainan busehhh ati ati loh takut nya yang Lo anggap mainan jadi sesuatu yang berharga
lanjut Thor mau lihat seberapa hebat Zahira bisa melalui ini semua
dan cerita cinta di sekolah ini pastinya yg di tunggu ,,rasa iri, cemburu dll
apa sekejam itu Thor di sana ?
selipin cowok yg cakep Pari purna yg tertarik ma Zahira mau tau reaksi suami nya,,kalau ada seseorang yg suka pasti membara bak 🔥
ayah zayn atau ayah ardi?.
kalo ayah zayn..
apakah ingin zahira twrsiksa dan dibully di sekokah zayn?
apa gak kauatir klao terbongkar pernikahan mereka?
❤❤❤❤❤❤
atau carikan sekolah lain.
❤❤❤❤❤
use your brain