Plak!
" Percuma aku menikahi mu, tapi sampai sekarang kamu belum juga memiliki anak. Kamu sibuk dengan anak orang lain itu!"
" Itu pekerjaanku, Mas. Kamu tahu aku ini baby sitter. Memang mengurus anak orang lain adalah pekerjaanku."
Lagi dan lagi, Raina mendapatkan cap lima jari dari Rusman di pipinya. Dan yang dibahas adalah hal yang sama yakni kenapa dia tak kunjung bisa hamil padahal pernikahan mereka sudah berjalan 3 tahun lamanya.
Raina Puspita, usianya 25 tahun sekarang. Dia menikah dengan Rusman Pambudi, pria yang dulu lembut namun kini berubah setelah mereka menikah.
Pernikahan yang ia harap menjadi sebuah rumah baginya, nyatanya menjadi sebuah gubuk derita. Beruntung hari-harinya diwarnai oleh wajah lucu dan tingkah menggemaskan dari Chandran Akash Dwiangga.
" Sus, abis nanis ya? Janan sedih Sus, kalau ada yang nakal sama Sus, nanti Chan bilang ke Yayah. Bial Yayah yang ulus."
Bagaimana nasib pernikahan Raina kedepannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baby Sitter 13
Pagi harinya Rusman berangkat bekerja seperti biasanya. Tapi saat sampai di pabrik, semua orang menatapnya dengan sinis. Meskipun begitu, Rusman tidak peduli. Dis bersikap seolah tidak terjadi apapun.
"Oh ini yang nggak tau malu. Selingkuh, kumpul kebo, terus digeruduk warga. Tapi masih bisa kerja dengan tenang."
"Dasar muka tembok ya gitu. Nggak ada malu-malunya. Yang dilihat dari si Suci apaan sih, heran gua mah. Kalau gua suruh milih, ya jelas gue milih Raina lah. Udah cantik, sholihah, lembut pula. Gilaa, istri secantik itu disia-siain. Gue juga mau dah jandanya juga."
"Udah jadi mantan sekarang, jadi sah-sah aja kalau mau di deketin mah. Tapi tunggu 3 bulan dulu ye kan."
Rusman mengepalkan tangannya erat. Dia sangat kesal mendengar celotehan para karyawan yang lain. Dan yang semakin membuatnya kesal adalah ketika mereka membicarakan Raina.
Apalagi saat mengatakan bahwa mereka pun siap menjadi suami selanjutnya dari Raina. Sungguh itu membuat Rusman murka.
"Jaga ya bacot kalian!"
"Laah, emang napa. Nggak ada salahnya kan. Emang mantan bini lo cakep kok. Asli, gue ge yang perjaka mau sama dia. Dan sekarang lo kagak ada hak buat marah atau ngelarang. Kalian kan udah cere, meskipun belum sah secara negara. Tapi yang pasti sekarang Raina itu single hahahaha."
"Makanya Rus, punya bini cantik, baik, pinter cari duit tuh jangan diselingkuhi. Lo kagak pernah tahu kan bahwa mantan bini lo itu cantik di mata pria lain?"
Degh!
Rusman terhenyak saat mendengar kata-kata dari rekan kerjanya itu. Cantik? Apa iya Raina cantik sehingga mereka bicara demikian? Yang Rusman lihat Raina tampak biasa saja. Bahkan bisa dibilang lebih cantik Suci. Tubuh Suci juga lebih indah dan berlekuk ketimbang Raina.
Pikiran itu yang memenuhi Rusman saat dia membandingkan antara Raina dan Suci. Tapi ucapan para rekannya tentang Raina yang cantik itu, sedikit mengganggu kepalanya.
"Kan mikir kan? Hahaha Rus Rus, yang halal aja ada tapi kamu malah milik yang harom. Cih! dasar pria nggak bersyukur."
Rusman melenggang pergi ke kamar mandi. Dia sangat kesal karena sedari tadi banyak mendapat hujatan.
Bukan hanya Rusman, hal yang sama pun di dapat oleh Suci. Pelakor, itulah julukannya sekarang. Setiap dia lewat di line tempat para operator produksi bekerja, dia selalu dipanggil demikian. Bahkan ketika mereka meminta alat produksi pun, nama Suci di ganti dengan pelakor.
"Dih sok cantik, padahal sumpeh lho cantikan istri sah nya."
"Iyoiii, lagian nih pelakor apa sih yang dilihat dari Rusma. Dah kere, muka biasa aja kok ya di demenin. Nih ye bukan menormalisasi pelakor, tapi kalau yang di lakor itu kaya raya lah atau ganteng, mending. Lhaa ini buset dah, muka pas-pasan, kere pula."
"Kali anunya yang gede, nguleknya jago jadi demen."
"Hahaha iya ya."
Sungguh sangat luar biasa ucapan para pekerja tersebut. Mereka merasa sangat geram dengan tingkah Suci dan Rusman itu. Apalagi berita yang di dapat, keduanya digrebek karena sedang melakukan seks. Sungguh menjijikan.
"Heh Suci, kamu dipanggil Bu Manager."
Degh!
Suci terkejut saat diberitahu bahwa dirinya dipanggil oleh atasan. Firasat mengatakan bahwa ini bukanlah hal yang baik.
Dengan langkah penuh takut dia menuju ke ruang manager yang terkenal tegas itu.
tok tok tok
"Permisi Bu."
"Masuk! Haaah, kau ini bener-bener ya. Saya nggak nyangka berita itu baru semalam saja udah menyebar sampai mana-mana. Gini aja, untuk sementara ini kamu jangan masuk dulu. Kamu saya skors selama sebulan. Dan selama sebulan itu kamu nggak dapet gaji juga. Ini bukan hanya untuk kamu tapi juga untuk Rusman. Saya nggak peduli dengan urusan pribadi kalian, tapi saya nggak suka nama perusahaan dibawa-bawa. Sekarang, kamu boleh pulang."
"Baik Bu, terimakasih."
Suci melenggang keluar dengan langkah yang lesu. Tidak bekerja itu tidak masalah, yang jadi masalah adalah dia tidak mendapat gaji. Itu berarti selama sebulan ke depan dia harus menghemat pengeluaran agar sisa uang yang dia miliki bisa cukup hingga bulan depannya lagi. Bukan satu bulan bisa jadi dia harus menghemat sampai dua bulan.
"Mas?"Kamu udah di panggil sama Bu Manager."
"Iya barusan. Aku mau pulang."
"Mas, terus gimana sama kita. Kita harus cepet ngurus pernikahan sebelum diamuk warga lagi."
Haaah
Rusman membuang nafasnya kasar. Dia juga mengacak rambutnya dengan sangat frustasi. Skors kerja berarti dia tidak ada pemasukan, lalu bagaimana dia akan menikah dengan Suci?
"Kita nikah di KUA aja yang penting sah."
"Lah nggak mau dong, Mas. Aku pengen pesta. Aku pengen wujudin dream wedding aku."
"Suci! Kamu tahu nggak sih kondisi kita kayak apa sekarang. Sekarang tuh yang penting kitas sah dulu. soal pesta atau apa, kan bisa nyusul nanti!"
Degh!
Ucapan Rusman yang sedikit bernada tinggi itu membuat Suci terkejut. Dia belum pernah melihat sisi Rusman yang seperti ini. Selama ini Rusman selalu bersikap dan berbicara lembut kepadanya.
"Kamui bentak aku, Mas?"
Menyadari bahwa dirinya lepas kontrol, Rusman langung menutup mulutnya rapat.
"Maaf, aku lagi emosi banget. Aku pusing, sayang. Sungguh aku nggak niat buat bikin kamu takut. Maafin aku ya. Sekarang kita lakuin itu dulu. Kita urus surat-surat dan menikah di KUA. Aku janji bakalan bikin pesta seperti yang kamu mau."
"Benar ya, mas."
Rusman mengangguk cepat. Saat ini apa yang dia katakan cukup membuat Suci percaya. Dia harus pulang dan menenangkan pikirannya.
Namun agaknya harapan Rusman itu memang hanya tinggal angan-angan. Sesampainya di rumah sudah ada tamu yang menunggunya. Seorang pria berjas rapi dan berkata bahwa dia adalah seorang pengacara.
"Saya Anton, saya adalah pengacara yang mendampingi Mbak Raina. Ini adalah gugatan perceraian yang diajukan oleh beliau. Di sini ada bukti semua perbuatan Anda. Ehmmm saya beri saran, sebaiknya Anda langsung setuju saja bercerai. Dari pada Anda di tuntun dalam kasus perzinahan dan juga KDRT. Hukuman kurungan penjara sudah jelas di depan mata. Jadi sebaiknya Anda tidak usah banyak drama dan selesaikan ini dengan singkat."
Jegleeerrr
Niat hati Rusman masih ingin meminta Raina kembali. Dia ingin meminta rujuk tapi ternyata Raina sudah melayangkan gugatan cerai sekaligus bukti-bukti perbuatan buruknya. Dari banyak sisi, Rusman sudah kalah telak. Dia sama sekali tidak bisa berkutik lagi.
"Kalau saya langsung setuju bercerai, apa semua itu tidak akan dilaporkan?"
"Tidak, Mbak Raina hanya bilang dia ingin lepas dari Anda."
Rusman kembali terdiam, melepaskan Raina sepenuhnya maka berarti dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Dan tidak akan ada yang membantunya mencari uang. Semua kini akan kembali jadi tanggungjawabnya. Akan tetapi jika dia bersikukuh menahan Raina, maka hal fatal yang akan dia dapat adalah hukuman penjara.
"Udah Rus iyain aja. Kalau sampai kamu dipenjara, ibu sama Ida gimana,"bisik Ningsih tepat di telinga Rusman. Dari suara yang bergetar, Ningsih terlihat ketakutan. Dia tidak menyangka bahwa Raina bisa menggunakan pengacara yang hebat seperti ini. Dia juga tidak menyangka bahwa Raina menyimpan semua bukti perlakuan buruk mereka.
Sebenarnya Ningsih juga takut jika dia terseret. Apalagi dengan sadar Ningsih beberapa kali juga pernah menampar Raina.
"Iya bu, aku ngerti. Baiklah Pak, saya setuju bercerai."
"Bagus, tanda tangan di sini."
Tanpa membaca apa yang tertulis di sana, Rusman langsung membubuhkan tanda tangannya. Anton pun tersenyum lebar, ia tidak menyangka bahwa semuanya begitu lancar seperti ini.
"Kalau begitu, saya permisi. Terimakasih untuk kerjasamanya. Aah iya Anda tidak perlu datang ke pengadilan dan tunggu saja surat keterangan bercerai dari kami nantinya. Selamat sore."
Rusman mengusap wajahnya kasar. Entah mengapa dia merasa ada yang sedikit mengganjal saat ini, tapi dia abai akan hal itu. Dalam kepala pria itu, yang penting dirinya selamat tanpa masuk penjara.
TBC