Walaupun Danver menjadi pengganti kembarannya menjadi suami Faye, tapi dia sangat menikmati pernikahannya dengan Faye.
Lalu bagaimana dengan Faye kalau dia tau laki-laki yang menjadi suaminya saat ini adalah kembaran dari laki-laki yang dia inginkan menjadi suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Nath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 : Pertemuan Dua Keluarga
Cyrus Gold Hotel.
Pukul 20.00
Kini keluarga Cyrus, Tuan Haidi Cyrus, Nyonya Fanny Asher, Heino Cyrus dan Faye Cyrus sudah berada di ruang VIP restoran di Cyrus Gold Hotel bersama dengan Tuan Adam Hillario dan Nyonya Cyntia Miguel.
Danver sendiri belum datang. Tuan Adam mengatakan pada Tuan Haidi kalau Danzel sedang dalam perjalanan.
Sambil menunggu Danver, dua keluarga itu mengobrol topik yang ringan sambil menyantap makan malam yang sudah di hidangkan diatas meja.
Walau topik obrolan ringan dan sesekali mereka tertawa, tapi jantung Tuan Adam sudah berdetak tak karuan, takut-takut Danzel tidak datang ke pertemuan ini.
°°°
Meninggalkan keluarga Cyrus dan keluarga Hillario yang sedang menyantap makan malam sambil mengobrol topik yang ringan, ada Danver yang baru saja selesai mandi. Dia baru selesai bekerja jam delapan kurang sepuluh menit.
Karena takut terlambat ke pertemuan dua keluarga, setelah selesai bekerja, Danver sampai berlari-larian keluar dari gedung rumah sakit sampai ke parkiran. Bahkan dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Dia sudah tidak memperdulikan penampilannya lagi, padahal wajahnya sudah sangat berminyak dan rambut klimisnya juga sudah tidak karuan, yang ada di pikiran Danver sekarang hanya bagaimana agar bisa cepat sampai di Cyrus Gold Hotel.
"Huuuh... kalau tahu begini aku tidak mau menggantikan Danzel di rumah sakit!" dumel Danver sambil mengendarai mobil.
"Sekarang pasti Danzel sedang enak-enakan bersama Shen, sedangkan aku disini harus kejar-kejaran dengan waktu!" lanjut Danver masih mengomel.
"Lihat saja Danzel, kau harus membayar mahal tenaga ku ini!" Danver masih menggerutu.
Dan sampai lah mobil Danver di parkiran Cyrus Gold Hotel di jam delapan lewat dua puluh menit.
Sebelum turun dari mobil, Danver melihat penampilannya dulu dari kaca spion.
"Ah... sial! Kenapa berminyak sekali wajah ku!" dumel Danver saat melihat pantulan wajahnya di cermin.
Danver pun menarik tissue lalu menyeka wajahnya yang berminyak lalu merapihkan rambutnya dengan jari tangannya, setelah itu mengambil mouth spray dari dalam laci kemudian menyemprotkan tiga kali semprotan mouth spray kedalam mulutnya.
Setelah dirasa bau nafasnya sudah segar, Danver memasukkan kembali mouth spray kedalam laci, setelah itu barulah Danver turun dari mobil lalu berjalan dengan langkah panjang memasuki gedung hotel.
°°°
Kembali ke ruang VIP restoran.
"Apa Danzel sudah membaca pesan mu?" bisik Tuan Adam pada Nyonya Cyntia.
"Belum. Masih centang satu." jawab Nyonya Cyntia berbisik.
"Hish... kemana anak itu!" geram Tuan Adam.
"Pasti jalanan sangat macet, makanya putra kalian belum juga tiba sampai sekarang." ucap Tuan Haidi dengan sorot mata mengintimidasi.
"Aku rasa tidak! Aku sudah menanyakan pada Tony kalau saat ini jalanan dari The Hill Medical Center menuju hotel ini tidak begitu macet. Bisalah ditempuh dengan waktu hanya dua puluh menit saja." celetuk Heino.
Mendengar itu Tuan Haidi tetap memasang wajah datar sambil menyendokkan makanan ke dalam mulutnya.
Tuan Hillario langsung menoleh kearah Heino dengan wajah yang sangat merah. Setelah itu melirik Tuan Haidi.
Melihat wajah datar Tuan Haidi, Tuan Hillario hanya bisa menelan ludahnya kasar, jantungnya makin berdetak tidak karuan.
"Bisa saja kan saat dipertengahan jalan ban mobilnya kempes atau bensinnya habis." celetuk Faye membela Danzel.
"Kamu terlalu banyak nonton serial drama Fay!" balas Heino.
"Bukan aku yang terlalu banyak menonton serial drama, tapi kamu saja yang kurang piknik! Memangnya kamu pikir di kehidupan ini semua akan berjalan seperti yang kamu mau, hah? Pasti akan ada hambatan yang tidak akan kamu duga." balas Faye.
Tuan Haidi dan Nyonya Fanny tersenyum tipis mendengar ucapan Faye. Baru kali ini mereka mendengar Faye bicara sedewasa ini.
"Cih... sejak kapan kamu punya pikiran se-dewasa ini?" ejek Heino.
"Memangnya selama ini pikiran ku seperti anak kecil, hah!" kesal Faye sambil melotot kan matanya.
"Iya." jawab Heino.
Faye makin membesarkan bola matanya.
"Sudah, sudah, sudah, kenapa kalian berdua jadi bertengkar. Hein, Fay, sekarang kita sedang di meja makan, apalagi sekarang ada keluarga Hillario, jadi bersikaplah yang sopan." ucap Nyonya Fanny menengahkan perdebatan kakak beradik itu.
"Maafkan kedua anak kami, Tuan dan Nyonya Hillario mereka memang seperti Tom dan Jerry." ucap Nyonya Fanny kepada keluarga Hillario.
"Tidak masalah. Kami sangat maklum, karena anak-anak kami juga seperti Faye dan Heino." jawab Nyonya Cyntia.
"Oh iya, bukan kah Danzel mempunyai kembaran, apa kembaran Danzel tidak datang ke pertemuan ini?" tanya Nyonya Fanny.
Nyonya Cyntia dan Tuan Adam saling lirik.
"Um... kebetulan-"
Ceklek. Tiba-tiba pintu ruang VIP itu terbuka.
Sontak semua mata menoleh kearah pintu.
°°°
Bersambung...