NovelToon NovelToon
TERPAKSA DINIKAHI PAK DOSEN

TERPAKSA DINIKAHI PAK DOSEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:14.4k
Nilai: 5
Nama Author: ZIZIPEDI

Nasib sial tak terhindarkan menimpa Faza Herlambang dan mahasiswinya, Caca Wijaya, saat mereka tengah melakukan penelitian di sebuah desa terasing. Tak disangka, sepeda motor yang menjadi tumpuan mereka mogok di tengah kesunyian.

Mereka pun terpaksa memilih bermalam di sebuah gubuk milik warga yang tampaknya kosong dan terlupakan. Namun, takdir malam itu punya rencana lain. Dengan cemas dan tak berdaya, Faza dan Caca terjebak dalam skenario yang lebih rumit daripada yang pernah mereka bayangkan.

Saat fajar menyingsing, gerombolan warga desa mendadak mengerumuni gubuk tempat mereka berlindung, membawa bara kemarahan yang membara. Faza dan Caca digrebek, dituduh telah melanggar aturan adat yang sakral.

Tanpa memberi ruang untuk penjelasan, warga desa bersama Tetuah adat menuntut imereka untuk menikah sebagai penebusan dosa yang dianggap telah mengotori kehormatan desa. Pertanyaan tergantung di benak keduanya; akankah mereka menerima paksaan ini, sebagai garis kehidupan baru mereka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZIZIPEDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DUA PULUH ENAM

Matahari terbenam perlahan, mengecat langit dengan warna oranye yang memukau. Caca, berdiri di balkon lantai dua rumah Faza, terpaku pada keindahan kota yang mulai berpendar di bawah cahaya senja.

Ia bersandar pada pagar balkon, tangan kirinya memegang gelas berisi susu kocok buatan Faza yang masih berembun. Udara sejuk membelai kulitnya, membuat rambutnya yang tergerai ikut bergerak lembut. 

Sesekali, ia menghirup dalam-dalam, mencoba menangkap aroma khas kota yang bercampur dengan keharuman susu kocok yang creamy. Dari kejauhan, suara klakson dan deru mesin kendaraan membaur menjadi simfoni khas perkotaan.

Caca menyesap susu kocok, rasanya manis dan segar, melengkapi momen relaksasinya di sore hari. Di sini, di balkon ini,menjadi tempat favorit Caca untuk bersantai, seolah semua kepenatan dan kebisingan dunia bisa ia tinggalkan untuk sementara, dan tenggelam dalam ketenangan.

Sedang asyik ngobrol santai, Faza teringat sesuatu, Lantas Faza mengambil paper bag yang ada dalam tasnya.

"Ini untuk kamu," ujarnya sambil mengulurkan paper bag ke Caca.

"Apa ini Pak...?" Caca menerimanya sambil melihat isi dalam paper bag pemberian Faza.

"Lihat saja, barangkali kamu suka,kalok gak suka yak gak papa juga" ujarnya seperti tak ada beban.

Caca tampak sedang berpikir, mencerna kata kata Faza. Lalu dengan rasa tak sabar Caca meraih isi dalam paper bag. Mata Caca menyipit, menatap Faza yang asik dengan susu kocoknya.

"Pak Faza memintaku memakainya?" Caca  menggenggam setelan itu dengan ragu. Sebuah rok bergaya modis dan atasan berlengan panjang, disertai selembar kain persegi berwarna senada yang jelas-jelas merupakan jilbab.

Caca menatap kain itu dengan perasaan campur aduk.Jika dipikir Faza tahu bahwa Caca  tak pernah mengenakan hijab. Apa maksudnya dengan memberikan pakaian ini, padaku...? Apakah ini caranya memberi isyarat pada Caca  untuk berubah? Atau, Caca yang terlalu berharap dengan hubungannya...? 

Caca terus memperhatikan Faza. Faza yang awalnya bersandar di pagar balkon, menatap ke arah jalan. Namun, dia tiba-tiba berbalik, menghadap Caca sepenuhnya.

"Kan saya bilang, kalau kamu suka, kamu boleh memakainya. Kalau tidak suka, ya nggak apa-apa," katanya dengan suara yang tenang. Dalan nada bicaranya tak ada paksaan, namun dalam tatapannya tersirat keinginan Faza, agar Caca memakai pakaian pemberiannya.

"Eem..dalam rangka apa Pak Faza, kasih saya hadiah...?" Caca menatap curiga pada pak dosennya itu.

"Emang mememberi sesuatu untuk istri harus ada momen dulu ya...? Ya kemaren, kebetulan saja saya lewat depan butik pakaian wanita, saya lihat baju itu, dan saya suka. Jadi saya beli. Saya pikir itu cocok dan akan terlihat semakin cantik kalau kamu yang mengenakannya." 

Caca yang memiliki kulit putih, mencoba menahan rona merah yang mulai merambat di wajahnya, tetapi sepertinya percuma. Rasanya aneh—antara senang, bingung, dan entah apa lagi.Caca tak bisa menjelaskan perasaannya itu. Faza selalu bisa membuat Caca tersipu.

"Kenapa dia memikirkanku sampai segitunya? Apa ini caranya membimbingku...?" pikir Caca sambil kembali menatap kain itu. Di dalam hati, ada rasa haru yang perlahan menyelinap.

"Kenapa...Ca..?gak suka...? Kalau gak suka, Kamu boleh membuangnya" ujarnya sambil meminum susu kocok di tangannya. Faza pun lalu kembali menghadap ke arah jalan.

"Eemmm...bukan begitu.." sahut Caca cepat, takut membuat Faza tersinggung. Faza menoleh menatap Caca sekilas.

"Lalu...?" tanya Faza minta penjelasan.

"Emm...boleh kasi satu alasan, kenapa saya  memakai pakaian ini," ujar Caca. Dalam hati kecil Caca, Faza menjawab sesuai dengan harapannya.Faza tersenyum menatap langit senja.

"Saya harus jawab apa, ya Ca...?" Kata Faza dibuat  candaan. Namun sedetik kemudian,Faza menatap Caca dengan wajah serius.

"Caca, kamu pernah dengar...?, dalam agama kita, istri itu seperti pakaian untuk suaminya,begitu sebaliknya? Apa apa yang ada pada pasangan kita tidak boleh ada orang yang tahu," Caca mengangguk,"Ya pernah dengar sih" ujarnya pelan.

 "Jadi Kamu tahu guna pakaian itu apa, menutupi sesuatu yang tidak pantas untuk dilihat orang lain kan...?" Caca kembali mengangguk.

"Nah, mungkin itu yang saat ini sedang saya lakukan. Menjaga aibmu, dan kehormatanmu, itu tanggung jawabku. Sama persis dengan Pakaian itu menjagamu dari pandangan yang tidak semestinya,. Itulah sebabnya aku sangat berhati-hati menjaga kehormatanmu, agar tidak ada yang melihat keindahan yang hanya seharusnya untukku," lanjut Faza dengan nada yang penuh perhatian.

Caca menelan ludahnya, rasa haru dan bahagiannya tak terukur, menatap Faza dengan ragu.

"Ya Tuhan, inikah imamku yang engkau kirimkan untukku," batin Caca tak dapan menyembunyikan rasa syukurnya."Caca, pakaian yang saya pilihkan ini adalah gambaran dari cara berpakaian yang dianjurkan dalam Islam," ujar Faza, menunjuk pada setelan yang dipegang Caca.

"Sebagai seorang wanita Muslim,  diharapkan untuk menutup auratnya, yang berarti memakai pakaian yang tidak memperlihatkan bentuk tubuh."Faza mendekatkan tubuhnya sedikit lebih dekat ke arah Caca, jarak mereka kini tak lagi jauh.

"Kamu tahu," Faza memulai dengan nada santai namun tegas, "menurut saya, wanita yang baik itu adalah wanita yang jika dia berjalan, dia tidak menarik perhatian,dalam artian tidak memamerkan lekuk tubuhnya dan jika dia berbicara, dia tidak menimbulkan fitnah."

Caca langsung menoleh pada Faza, alisnya terangkat tinggi. "Bapak nyindir saya? Kan pakaian saya masih... menggoda," katanya dengan nada penuh tuntutan. Matanya melotot tajam, seperti hendak menghakimi setiap kalimat yang keluar dari mulut Faza.

Faza menghela napas sejenak, mencoba tetap tenang saat matanya menyiratkan ketidaksukaan. Spontan, tangan Faza terulur mengusap wajahnya. "Nggak boleh natap suami kayak gitu," kata Faza sambil mencoba menahan tawa.

Dia mendengus, wajahnya berubah semakin kesal. "Ya, habisnya Pak Faza ngomongnya gitu," katanya, setengah menggerutu.

Faza hanya terkekeh pelan, menikmati ekspresinya yang penuh protes namun tampak begitu jujur. "Nah, kalau kamu masih merasa tersinggung, itu tandanya kamu masih waras, Caca," jawab Faza sambil tertawa kecil, merasa lega bahwa setidaknya percakapannya itu menyingkap sedikit siapa dia sebenarnya—jujur, terbuka, dan tak takut melawan argumen yang menurutnya tak sesuai.

Caca mendengus lagi, tapi kali ini, Faza tahu dia tengah mencoba menyembunyikan senyum kecil di balik gerutunya.

Faza lalu melanjutkan dengan suara yang tenang namun penuh keyakinan, "Saya tidak memaksamu, Ca. Tapi, saya menuntut hak saya sebagai suami, memintamu menjaga hartaku. Karena istri itu adalah harta suaminya." Kata-katanya menghujam langsung ke hati.

Caca tersentak. Hati kecilnya berdesir mendengar bagaimana Faza menyebutnya sebagai harta, sesuatu yang begitu berharga baginya. Dalam hati, Caca bertanya, apakah dia sungguh-sungguh menganggapku seperti itu? 

Caca yang sering kali merasa tidak cukup, apakah benar-benar bisa menjadi seperti yang dia harapkan? Saking larutnya dalam emosi, Caca tanpa sadar mengeluarkan kata-kata yang mungkin terdengar bodoh.

"Jadi dalam artian lain, Pak Faza mengakuiku sebagai istri?" Caca tidak tahu mengapa mulutnya mengatakan hal konyol itu, tapi kalimat itu meluncur begitu saja, menggambarkan keraguannya yang sesekali muncul.

Mendengar pertanyaan Caca, Faza menatap dengan ekspresi terkejut yang membuat dadanya semakin sesak. Mata itu menyipit, penuh perasaan, seakan menilai diri Caca dari dalam. 

"Lah, kamu memang istri saya, Ca. Apa kamu lupa saya sudah mengikatmu dengan ijab kabul dihadapan penghulu, dan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah..? dan cincin ini sebagai maskawin untukmu?" ucapnya sambil meraih tangan Caca dengan lembut dan menunjukkan cincin di jari manis itu.

Caca terpaku, menatap cincin yang melingkar dijari manisnya. Kenangan ijab kabul kembali mengisi pikirannya, dan tiba-tiba semua ragu yang tersisa luruh. Ya, Caca adalah istrinya, dan bukan hanya itu, Caca adalah harta milik Faza. Kata-katanya yang tadi bagai angin sejuk menyelinap ke lubuk hati terdalam Caca. Tapi ada satu hal yang hingga saat ini masih mengganjal di benaknya, yaitu "Felin"

"Emm... maksudku... bagaimana dengan calon istri Pak Faza...?" tanya Caca dengan lidah yang terasa kaku, nyaris tak mampu mengucapkan kata-kata itu, memikirkan kemungkinan yang tak pernah ingin ia dengar.Faza menatap Caca, senyumnya tipis namun penuh arti.

"Kenapa kamu malah memikirkan orang lain? Atau... kamu sudah siap kalau kamu, saya  berpoligami?" suaranya terdengar santai, tetapi kata-katanya seperti petir yang menghantam dada Caca. Sepontan mata dan hatinya langsung berontak.

"Pak Faza... apa benar-benar ada niat mau poligami?" tanya Caca dengan suara yang hampir hilang, merasa takut sekaligus tak bisa menerima kemungkinan itu.

Faza malah tersenyum lebih lebar, bahkan terlihat bangga. "Ya tergantung. Poligami itu diperbolehkan dalam Islam, kan? Itu bukan sesuatu yang diharamkan. Kalau saya mau  berpoligami, ya sah sah saja, secara materi juga sudah mendukung. Harta saya cukup untuk menghidupi dua atau tiga istri. Tinggal bagaimana saya mengatur jadwal agar menjadi suami yang adil."

Caca terdiam. Kata-katanya menusuk jauh ke dalam pikiran Caca. Hatinya serasa dihancurkan tanpa ampun, bagai pecahan kaca yang bertebaran di sekujur tubuhnya. Kepalanya penuh dengan tanya yang tak bisa terjawab.

"Bagaimana bisa?" pikir Caca getir. "Mana mungkin aku sanggup berbagi suami, apalagi dengan kakakku sendiri? Hati Caca menolak mentah-mentah. Ini bukan soal harta, bukan pula soal aturan. Caca tak ingin ada dua hati berbagi tempat yang seharusnya jadi ruangnya sendiri.

Pikirannya bergulat. "Lebih baik aku lenyap dari dunia ini daripada harus berbagi suami, dengan wanita lain, bahkan jika wanita itu adalah kakakku sendiri! aku pun tetap tak akan pernah sanggup" batin Caca bergolak.

Asik dengan pikirannya dan kemungkinan yang terjadi, Suara Faza kembali menginterupsi lamunannya.

"Hey, kok malah melamun? Kamu anggap serius ucapan saya, Ca…? Wah, jangan-jangan kamu diam-diam sudah jatuh cinta sama saya.Katanya gak cinta. Takut kehilangan saya ya, Ca..?"

"Apaan sih..." elak Caca tak terima diledek Faza.

"Lihat itu… pipimu memerah," ujar Faza sembari tertawa renyah. Suaranya santai, seperti biasa, ia selalu menemukan celah untuk menggoda mahasiswinya itu.

Caca terpaku mendengar godaannya. Jantungnya diam diam terasa berdegup lebih cepat dari biasanya. "Astaga, kenapa sih dia selalu berhasil membuatku salah tingkah? Apa aku memang sebodoh ini terlihat jelas di depannya?" batin Caca frustrasi.

Rasanya wajah Caca sekarang benar-benar panas, seperti kompor yang menyala-nyala. "Kenapa dia harus mengatakan itu? Ugh..., dia benar-benar tahu cara mengacaukan pikiranku!" Omel Caca dalam hati, mencoba terus menenangkan diri, tapi tatapan usilnya membuat Caca semakin gelisah ditempat.

Lagi-lagi, Faza malah tertawa lepas melihat wajah Caca yang memerah. Tanpa aba-aba, Faza menjulurkan tangannya dan mencubit kedua pipi Caca dengan gemas.

"Eeemm...gemesin..."ucapnya langsung lari menjauh dari Caca.

Dengan refleks Caca melempar Faza dengan paper bag ke arah Faza yang kini sudah berlari kecil, bersiap menghindar sambil tertawa.

"Pak Fazaaa!" pekik Caca dengan suara setengah geram, mencoba menahan rasa malunya yang hampir meledak.

Tapi dia—oh, dia malah tertawa lebih kencang! Tawa itu terdengar begitu puas, seolah dia baru saja memenangkan permainan kecil yang hanya dia pahami aturannya. Caca dapat melihat di wajah Faza, jika pak dosenya itu begitu menikmati momen sederhana itu. 

1
ana kristianti123
/Angry//Drool/
ana kristianti123: crazy up...
Zizi Pedi: makasih kk
total 2 replies
ana kristianti123
suka sekali ceritany... up yg banyak ya tor
Zizi Pedi: siap kk
total 1 replies
partini
betul sekali pak dosen boleh poligami,,tapi jaman sekarang poligami ga kaya jaman nabi tercinta kita
Yus Tia
bagus banget ceritanya
Zizi Pedi: makasih kk
total 1 replies
Alina Amaliyah
karyanya luar biasa bagus thor,,jd byk bljr sy tentang rumah tangga yg SAMAWA.Lanjut thor
Zizi Pedi: makasih Kk🥰
total 1 replies
Ria Agustina
lanjut tor
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Mercenary of El Dorado
D
Semangat kak author, aku mampir di novelmu kak hihi salam hangat kak🥰🫶🫶
Zizi Pedi: makasi kk🥰
total 1 replies
Narti Narti
lanjut thor aku suka dengan penjelasan faas sangat menyentuh
Zizi Pedi: siap kk🥰
total 1 replies
Ghafari probolinggo
terpaksa dinikahi dosen
Ghafari probolinggo
bagus
Ghafari probolinggo
sangat menyentuh hati
Bubble
Luar biasa
Ria Agustina
lama up ny tor
Zizi Pedi: iya kk, kemaren sibuk di dunia nyata, ujian TAM PPG
total 1 replies
Zizi Pedi
bentar lagi up Kk
Ria Agustina
kapan up ny tor
Zizi Pedi
soap kk
Ria Agustina
upload ny jangan lama2 tor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!