Cewek imut dan manis ketika dia sedang manja, dan berubah 180 derajat menjadi dingin dan menakutkan ketika dia sedang dalam mode gila ....
Dia adalah Avril, gadis yang susah ditebak isi hatinya dan gampang berubah haluan, melakukan sesuatu seenak jidat dan suka merepotkan orang-orang disekitarnya..
Bahkan ketika sudah menikah pun d
tidak jauh beda.. Yaa dia menikah dengan laki-laki yang sederhana bernama Asep..
Ehh bukan Asep namanya..😅
Laki-laki itu bernama Keinan
Enaknya dipanggil Ken apa Kei ya??
Ken dan Avril menjalani kehidupan rumah tangga dengan banyak rintangan.. mampukah mereka melabuhkan kapalnya dengan baik sampai tujuan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qyurezz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengadu ke ayah Kei
"Dia menolakku Li, berani dia menolakku!" Avril bolak balik di ruangan Li. Nampak gelisah sekaligus kesal.
Li yang sudah menebak sejak awal penolakan Kei, hanya mengusap keningnya melihat kelakuan Avril yang kekanak-kanakan. Ia berusaha duduk dengan tenang di sofa.
"Tenanglah nona"
"Lakukan sesuatu Li" Avril duduk dan berbicara dengan serius pada Li.
"Nona, akan saya usahakan, bagaimanapun juga itu keputusan Kei, anda tidak bisa memaksanya"
"Aku tidak mau tau Li! Aku mau dia!" Avril manyun dan melipatkan tangannya di dada.
Huuhhh...bikin pusing saja. Kei, anak itu.. Kau membuatku susah, tak paham peringatanku di rumah sakit? Sudah kubilang jangan buat nona kecewa. Sekarang repot kan jadinya. Tunggu! Kenapa aku menyalahkan Kei?.
"Saya faham nona, sabarlah dulu"
Avril terus merajuk, duduk dengan gusar di sofa, merengek seperti anak kecil yang tidak dibelikan permen lolipop oleh ayahnya.
"Aku mau dia! aku mau dia!!..."
Li menarik nafas dalam-dalam dan menghembusnya. cukup tunjukan sisi kekanak-kanakan mu padaku saja nona. Bagaimana jadinya jika semua orang tau kalau dibalik sikapmu yang dingin, kau sangat kekanak-kanakan sebenarnya. Li Menggeleng kepala. Ia beranjak dari duduknya agak menjauhi Avril,dan hendak menghubungi seseorang.
"Carikan orang yang bernama Roy, saya akan kirim detail profilnya" ucap Li setelah terhubung.
"Baik tuan" ucap seseorang dibalik telepon. Sepertinya itu suara anak buahnya.
****
Kei kini sudah berada di kediamannya, tengah bersama ayah yang juga sudah selesai bekerja di kedainya. Mereka tengah duduk di meja makan, menikmati cake yang dibawanya sebagai pemberian dari Avril. Kei pun sudah menceritakan apa saja yang ia obrolkan bersama Avril.
"Nona Avril memintaku bekerja dengannya, Ayah" Kei menceritakan akhir obrolannya dengan Avril. Mulutnya masih mengunyah cake yang lezat itu.
"Lalu?" ayah sedari tadi terus menyimak serta merespon apapun yang diucapkan Kei.
"Aku menolaknya, aku khawatir tidak ada yang membantu ayah di kedai nanti"
"Seharusnya jangan kamu tolak dulu, siapa tau pekerjaan itu menguntungkan buatmu Kei"
"Aku tidak enak hati Ayah, aku takut kalau harus terlibat lebih jauh dengan nona Avril"
"Kenapa takut Kei? Kau kan berhutang Budi padanya. Lihat, dia memaafkan kesalahanmu, memberi banyak belanjaan untuk kita, ini lagi" tunjuknya pada cake "dia baik sekali kan?" ayah sangat menikmati potongan cake coklat tersebut.
Kei termenung sejenak.
"Benar ayah, dia sangat baik.. Cantik lagi" Kei tersenyum malu saat memuji Avril.
"Aaa kau menyukainya Kei?" goda ayah.
Kei terkekeh "Siapa yang tidak suka padanya, ayah" sejenak ia diam kembali.
"Tapi aku sadar diri ayah, mana pantas aku sama dia"
Ayah tersenyum "Ayah faham Kei" menepuk pelan bahu Kei. "Maafkan ayah ya, ayah tidak bisa memberimu kekayaan"
"Kenapa ayah bicara seperti itu? Aku bersyukur sekali ada ayah, ayah segalanya bagiku" menatap lembut ayah.
Ayah hanya tersenyum sambil mengusap-usap bahu Kei.
"O ya, Nona Avril menawarkanmu pekerjaan apa Kei?"
"Aku tidak tahu ayah, aku tidak sempat bertanya karena langsung menolak"
"Terus reaksi dia gimana?"
"Nona jadi diam, sepertinya dia kecewa, tapi ya mau gimana lagi.. Aku bilang suatu saat nanti akan aku balas kebaikan nona Avril, saat aku sukses nanti"
"Kau harus menepati janjimu Kei "
"Pasti Ayah, aku kan tidak pernah ingkar janji"
"Tadi kamu bilang nona nampak kecewa? Apa tidak apa-apa Kei? Ayah jadi khawatir "
"Gapapa ayah.. Saat aku mau pulang dia tersenyum dan melambaikan tangan, itu artinya dia baik-baik saja kan?"
"Iya semoga ya" Ayah nampak berfikir.
"Ayah jadi penasaran dia seperti apa"
"Suatu saat nanti ayah akan tau"
Obrolan mereka masih berlanjut sampai akhirnya rasa kantuk datang membawa mereka untuk segera mengistirahatkan dirinya.
****
Brakk..... Pintu kamar Li terbuka lebar dan membentur dinding dengan keras.
Sontak membuat Li yang masih terjaga malam itu, terkejut, matanya terbelalak melihat ke sumber suara. Ia tengah duduk memeriksa beberapa berkas laporan kerja, langsung menghentikan aktivitasnya.
"Ya Tuhan... Nona" Li melihat Avril diambang pintu dengan wajah pias ketakutan, tangan kirinya mengepal dan bergetar, sementara tangan kanannya menenteng guling-guling.
"Kenapa?" Li masih di posisinya "Mimpi buruk lagi?"
Avril mengangguk, tatapannya sayu.
"Kemarilah" Li mengulurkan tangannya. Langsung Avril berjalan ke arah Li, ia duduk disampingnya dan memeluk lelaki itu. Li merangkul Avril, bak seorang ayah pada anaknya. Mengusap kepala Avril, supaya ia merasa tenang.
Kau akan tetap menjadi gadis kecil dimataku nona, bagaimanapun kelakuanmu, aku tidak bisa mengabaikan mu. Anak yang malang. Batin Li.
Baru saja satu jam yang lalu Avril tidur di kamarnya, sekarang harus terjaga karena mimpi buruk.
Setelah beberapa saat.. Avril sudah merasa tenang.
"Paman.. Bagaimana keadaan bibi? Dia betah sekali ya diluar negeri? Paman tidak rindu padanya?"
Tumben sekali anda menanyakan Hana, nona.
Hana adalah mantan istri Li, namun Avril tidak mengetahuinya kalau Li sudah bercerai dengan Hana sejak beberapa tahun yang lalu.
"Saya sangat rindu, nona"
"Aku ingin bertemu dengannya paman"
"Baik, paman akan menjadwalkan pertemuanmu dengannya ya"
Avril mengangguk
"Noah dan Reino pasti sudah besar ya paman"
"Iya, mereka tumbuh dengan baik bersama ibunya"
"Ajak kedua anak paman itu untuk bertemu denganku ya"
"Akan saya lakukan nona"
sepertinya aku akan bekerja keras untuk membujuk Hana datang kesini. Baiklah.
Avril memposisikan kepalanya tidur di pangkuan Li. Menatap lelaki hampir memasuki usia 40 tahun itu, nampak raut lelah di wajah Li, sementara Li menatap ke arah lain.
"Paman, sejak Meninggalnya ayah, kak Edward dan ibu, paman selalu mendampingi saya, hampir 24 jam. Apa bibi Hana tidak marah?" Avril mengusap-usap pipi Li.
Sangat nona, Hana sangat marah, dia cemburu. Untuk itu dia meminta berpisah dengan saya, karena saya lebih memilih anda Nona, memastikan anda hidup dengan baik, sebagai bentuk balas budi saya pada tuan besar. Batin Li
"Tidak, dia tidak marah, dia mengerti keadaanmu" Li terpaksa berbohong, ia hanya ingin memastikan semua terlihat baik-baik saja dimata Avril.
"Bisa tidak bicaranya lebih spesifik lagi! Kaku banget" Avril sedikit menaikan nada bicaranya.
"Maaf nona" menatap Avril sekilas.
"Cihh.. Nyebelin tau!"
Apa hubungan mereka baik-baik saja?. Paman tertutup sekali kalau soal urusan pribadinya. Batin Avril.
Avril meiringkan kepalanya, mencari posisi nyaman sambil memeluk guling-guling. Ia memutuskan untuk tidur di pangkuan Li. Sementara Li mengusap kepala Avril membiarkan gadis itu tidur dengan nyaman di pahanya.
Seolah sudah menjadi hal yang biasa, Avril selalu bermimpi buruk, ketika ia tiba-tiba merasakan kegelisahan.
Li menjadi kaku dan lebih berhati-hati saat berbicara dengan Avril sejak ia berhasil menjadikan Avril sebagai pemimpin perusahaan. Avril yang dulunya hanya seorang anak yang polos dan lemah, kini telah menjadi atasannya dan disegani oleh semua orang.
Walau sebenarnya Li sudah merasa lelah dan kadang ia ingin segera pensiun saja dari pekerjaannya. Namun belum menemukan seseorang yang pantas menggantikannya. Entah mungkin sampai tutup usia Li harus berada disamping Avril, semoga tidak Li. Li harus merasakan hidup dengan tenang dan damai di masa tuanya nanti, entah itu bersama Hana lagi atau mencari pendamping yang baru.
*****
Pagi hari tiba, Avril keluar dari ruangan pribadi Li, wajahnya masih nampak mengantuk, ia berjalan ke arah ruang utama dan langsung dihampiri oleh pak Alex.
"Nona sudah bangun?" sapa pa Alex
"Sudah pak, dimana Li?"
"Tuan Li sudah pergi sedari pagi sekali, ia bilang ada urusan mendadak, dan juga tuan Li berpesan agar nona berangkat bersama supir saja, nanti tuan dan nona bertemu di kantor saat jam makan siang"
"Oh begitu ya Pak, tolong minta mbak Tami dan mbak Rina ke kamarku ya Pak "
"Baik nona" Tami dan Rina adalah pelayan pribadi Avril di rumah itu.
Segera pak Alex beranjak menuju rumah belakang untuk memanggil Tami dan Rina.
Sementara Avril pergi ke kamarnya untuk segera bersiap-siap. Kali ini ia menggunakan lift menuju lantai atas.
*****
Hari ini Avril tidak banyak bicara, setelah selesai berdandan rapih dan secantik mungkin, kini dia terlihat seperti gadis dewasa dan berwibawa.
Sudah berada di meja makan, makanan seperti biasanya melimpah disana, namun Avril sama sekali tidak berselera untuk makan. Pak Alex dan beberapa pelayan hanya menunduk di dekat Avril, mereka ikut cemas dengan sikap Avril yang lebih banyak diam pagi itu
"Nona anda baik-baik saja?" pak Alex memberanikan diri bertanya.
"Aku sedang tidak mau sarapan pak" Avril nampak murung.
"Sarapanlah nona, supaya anda bertenaga memulai hari"
"Aku tidak mau pak"
Aku mau Kei. Hikss
"Makanlah walau sedikit saja nona.."
"Kalian saja ya, aku nanti saja di kantor "
"Tidak nona, kami tidak akan makan jika nona juga tidak makan, tolong kasihani kami nona, kami bisa dihukum tuan Li jika nona tidak makan"
"Lah kenapa? Kalian diancam Li?"
Pak Alex mengangguk dengan ragu.
"Cih..." Avril nampak manyun. Ia segera mengambil garpu dan menusuk potongan kecil daging dan memasukannya ke dalam mulutnya. Meletakkan kembali garpu di piring.
"Sudah, aku sudah makan, sekarang giliran kalian" Avril melengos pergi dari sana saat mulutnya masih mengunyah. Pak Alex dan pelayan tadi hanya merunduk hormat melepas kepergian Avril.
Ya Tuhan.. nona. Pak Alex tak habis pikir dengan kelakuan Avril.
Avril tidak kering tenggorokannya apa ya?
****
Jam makan siang telah tiba, Li ternyata masih dalam urusannya di daerah lain. Akhirnya Avril hanya di dampingi oleh Fani asisten pribadi Li di kantor.
Avril kini diantar oleh supir sampai ke kedai milik Keiden. Mobil telah terparkir di halaman kedai, Avril keluar dari mobil setelah dibukakan pintunya oleh supir. Nampak ke empat pengawal juga sudah berjaga di sana, namun diperintahkan bersikap santai oleh Avril.
"Tumben sekali sepi jam segini" Ayah Kei di dalam kedai, sedang berada di dapur, merasa heran karena tidak biasanya kedai menjadi sepi saat jam makan siang.
Ternyata itu ulah Avril, supaya ia leluasa berbicara dengan Ayah Kei. Avril berjalan ke arah kedai dan menyiapkan senyum seramah mungkin.
"Permisi" sapa Avril dari ambang pintu.
"Nah akhirnya ada pelanggan, eh tunggu siapa dia? Cantik sekali, baru kali ini saya melihatnya" Ayah Kei berbicara pada diri sendiri, segera ia menghampiri sumber suara.
"Silahkan masuk nona, mau pesan apa?" ayah Kei tersenyum ramah menyambut Avril. Begitu juga Avril, membalas senyuman ayah Kei.
Itu ayah Kei. batin Avril. Segera ia hampiri.
"Halo paman, saya Avril" ia mengulurkan tangan yang disambut segera oleh ayah Kei.
"Nona" Ayah terkejut. Ia langsung kelabakan tidak menyangka bisa bertemu dengan Avril. Benarkah ini nona Avril itu?. Cantik sekali.
"Silahkan masuk nona" Ayah Kei dengan sopan mempersilahkan duduk Avril di kursi.
"Terimakasih paman" masih dengan senyuman manisnya. Ia duduk dikursi yang biasa diduduki pembeli di sana.
"Sebentar nona, saya ambilkan minum dulu untuk nona" Ayah Kei beranjak ke daput menyiapkan sesuatu.
Avril hanya mengangguk, tidak lepas senyum manisnya.
Tak butuh waktu lama, ayah Kei membawa segelas minuman di atas nampan untuk Avril.
”Silahkan nona" ayah menyodorkan minuman itu.
"terimakasih paman, ini apa?" Avril melihat segelas minuman yang asing bagi dirinya.
"Ini minuman herbal nona, biasa menjadi favorit pelanggan di sini, ini bisa membuat badan lebih segar lagi selepas beraktivitas, juga bisa mengenyangkan karena ada bulir jelly di dalamnya, juga bisa diminum saat perut kosong, nona" jelas ayah Kei.
"Oo begitu ya paman, aku minum ya" Avril jadi penasaran.
"Silahkan nona"
Ayah Kei menarik kursi dan duduk disamping Avril.
Setelah beberapa teguk dan mengunyah jelly tersebut, Avril sangat menikmatinya.
"Mmm..Ini enak paman"
"Tentu nona, saya pun menikmatinya setiap hari, untuk menambah tenaga"
"Terimakasih ya paman" ucapnya setelah meminum setengah gelas minuman itu.
"Sama-sama nona, saya pun berterima kasih atas pemberian nona kemarin, Kei bercerita banyak pada saya tentang anda nona, Kei benar, nona memang cantik dan baik ya"
Avril jadi merona mendengarnya. "Sama-sama paman, saya senang bisa berkenalan dengan Kei, dia orang yang baik ya paman"
"iya nona, saya mendidiknya agar dia menjadi lelaki yang baik dan bertanggung jawab "
Avril mengangguk.
Avril nampak bingung harus memulai lagi percakapan dari mana.
"Nona, apa yang membawa anda datang ke sini?" Akhirnya ayah Kei memulai pembicaraan lagi.
Tiba-tiba Avril memasang wajah sedihnya. Drama baru dimulai.
Ia menggenggam kedua tangan ayah Kei.
"Paman pasti sudah tau, Kei dan saya sudah berteman kan? Tapi saya sedih sekali mendengar Kei menolak saya" Matanya mulai berbinar dipaksa mengeluarkan bulir bening dimatanya. "Paman, saya ini seorang yang sebatang kara di dunia ini, saya hanya ingin berteman dengan Kei, saya ingin Kei menemani saya di rumah, saya akan memberi dia gaji, paman. Tapi dia menolak tanpa menanyakan dulu apa pekerjaannya." Avril memasang wajah semenyedihkan mungkin.
"Nona" Ayah Kei merasa iba.
"Saya sangat berhati-hati dalam memilih orang paman, setelah menemukan orang yang tepat, tapi dia menolak, saya sangat sedih"
kayaknya avriel lg jatuh cinta pemuda di kedai itu sll membuat avriel semangat skl mendekatinya...