Hanum Khumaira, seorang wanita soleha yang taat beragama, terpaksa menerima perjodohan dari kedua orangtuanya dengan seorang perwira polisi bernama Aditama Putra Pradipta. Perjodohan ini merupakan keinginan kedua orangtua mereka masing-masing.
Namun, di balik kesediaannya menerima perjodohan, Aditama sendiri memiliki rahasia besar. Ia telah berhubungan dengan seorang wanita yang sudah lama dicintainya dan berjanji akan menikahinya. Akan tetapi, ia takut jika kedua orangtuanya mengetahui siapa kekasihnya, maka mereka akan di pisahkan.
Diam-diam rupanya Aditama telah menikahi kekasihnya secara siri, ia memanfaatkan pernikahannya bersama Hanum, agar hubungannya dengan istri keduanya tidak dicurigai oleh orangtuanya.
Hanum yang tidak mengetahui rahasia Aditama, mulai merasakan ketidaknyamanan dengan pernikahannya ini.
Konflik dan drama mulai terjadi ketika Hanum mengetahui suaminya telah menikahi wanita lain, akankah Hanun tetap mempertahankan rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau telah menggetarkan hatiku
Semenjak kejadian yang terjadi tadi pagi saat di Mabes, Tama benar-benar menjadi tidak tenang, apalagi sahabatnya sendiri yang mengetahui pernikahan sirinya, bagaimana jika seandainya ia sampai buka mulut? Mungkin akan tamat riwayatnya terutama karirnya yang sudah ia raih secara susah payah, tanpa adanya bekingan orang dalam, meskipun saat ini posisi Papahnya merupakan orang yang berpengaruh di kesatuan.
Ketika Tama sedang melakukan operasi penggrebekan yang di lakukan sekitar pukul sepuluh malam, ia sempat tidak bisa berkonsentrasi sehingga ada dua pelaku yang telah berhasil kabur, Tama pun sempat mengejarnya, padahal bisa saja ia memerintahkan anak buahnya untuk melakukan hal itu, namun kali ini Tama memutuskan untuk mengejarnya seorang diri demi menghindari Damar yang sedari tadi seolah telah mengajaknya perang dingin.
Namun sialnya, kedua pelaku di ketahui memiliki senjata api, Tama sempat melakukan aksi balas menembak, dan satu mengenai kaki kiri pelaku, sedangkan pelaku satunya lagi, telah berhasil melepaskan peluru ke arah Tama, beruntungnya peluru tersebut tidak tembus ke dalam tubuhnya dan hanya melintas tepat mengenai bahunya, sehingga membuat Tama terluka. beruntungnya Damar bertindak cepat, dan ia segera mengeksekusi pelaku yang telah berhasil melukai Tama.
Kali ini tidak ada percakapan antara Damar dan juga Tama, dan Tama lebih memilih untuk segera pergi dari TKP.
'Kenapa situasinya menjadi aneh seperti ini? ' keluhnya dalam hati."
Akhirnya Tama lebih memilih untuk pulang ke rumahnya tanpa mendapatkan penanganan medis atas luka yang ia derita, menurutnya ia bisa melakukannya seorang diri, toh baginya luka seperti itu sudah terbiasa bersarang di tubuhnya.
Sekitar pukul dua belas malam, Tama tiba di kediaman orangtuanya yang terlihat begitu sepi, hanya terdengar suara hembusan angin di malam hari.
"Selamat malam Den!" sapa Pak Giman, yakni security yang menjaga kediaman rumah orangtuanya.
"Malam juga pak Giman!" jawab Tama sambil menahan rasa sakitnya di sekitar bahu kirinya .
Kemudian Tama buru-buru memarkirkan mobilnya di halaman rumah, dan ia bergegas untuk masuk ke dalam dan menuju kamar tidurnya.
Setibanya di depan pintu kamar, ia melihat lampu di dalam kamarnya masih menyala, kemudian ia membuka handel pintu, kini netranya mulai menyapu area kamar tidurnya.
Di lihatnya Hanum sedang melakukan solat malam, Tama pun merasa damai akan pemandangan yang saat ini berada di hadapannya, kemudian Tama mencoba melepaskan jaket kulit yang melekat di tubuhnya, lalu kemeja putihnya yang telah di lumuri oleh darah, beruntungnya tidak begitu banyak ia mengeluarkan darah. kali ini Tama cukup merasakan sakit atas luka peluru yang telah melukainya, dan Tama buru-buru mengambil kotak P3K di lemari nakas dekat samping tempat tidur
Mengetahui keberadaan suaminya telah berada di dalam kamar, Hanum segera menyelesaikan ibadah solat malamnya dan ia bergegas menghampiri suaminya, dengan rambut yang ia jepit dengan menggunakan penjepit rambut, Hanum buru-buru mendekati Suaminya yang sedang fokus membersihkan bekas luka di bahunya dengan sebuah kapas.
"Mas, kamu kenapa?" tanya Hanum langsung duduk di sebelah suaminya, kemudian Tama mencoba menoleh ke arah istrinya, Tama sampai terkejut dengan apa yang telah ia lihat.
"Siapa kamu?" tanya Tama yang tidak mengenali sosok istrinya.
"Loh..loh! Ini aku Mas, aku Hanum, istrimu!" jawab Hanum sembari memandangi wajah suaminya yang sudah terlihat pucat.
'Apa, wanita cantik yang saat ini berada di hadapanku adalah Hanum si buruk rupa? Ini tidak mungkin, kenapa ia bisa berubah secantik ini? Bahkan kecantikannya telah mengalahkan Bella, aarrkkkhhhh...sial!' keluhnya dalam hati.
"Sini Mas, biar aku yang mengobati lukamu!" pinta Hanum, ia pun langsung meraih kapas yang sudah di campur cairan alkohol dari tangan suaminya.
Tama sempat meringis kesakitan, namun tatapan matanya terus saja memandangi sang istri yang begitu dekat dengannya bahkan wajah cantiknya tidak membuatnya merasa bosan dan seolah telah menyihir dirinya sehingga rasa sakit yang semula begitu terasa perih kini hilang begitu saja, kemudian Tama tersenyum tipis.
Dengan telatennya Hanum mengobati bekas luka di bahu suaminya
"Mas sepertinya bekas lukamu ini harus mendapatkan penanganan dari tim medis, ada sedikit luka robek dan harus di jahit, kita pergi ke rumah sakit ya? Aku akan mengantarmu!" usul Hanum yang terlihat mengkhawatirkan suaminya.
Sedangkan Tama malah memperhatikan sang istri dari ujung rambut sampai kaki, apalagi malam ini Hanum hanya mengenakan baju tidur berwarna putih berupa daster yang cukup tipis sehingga kontras dengan pakaian dalamnya yang berwarna hitam dan terlihat samar-samar, di tambah leher jenjangnya yang seputih susu, begitu menarik perhatiannya sampai-sampai jakunnya dibuat naik turun.
Hanum yang menatap aneh suaminya mencoba kembali untuk menjelaskan apa yang barusan ia katakan
"Mas, mas Tama denger kan apa yang aku bilang barusan?" tanya Hanum sedikit kesal karena perkataannya telah di abaikan, ia tidak sadar jika suaminya sedang memperhatikannya dengan tatapan yang lebih intens.
"Tidak usah Num, aku sudah sangat lelah dan ingin segera istirahat, yang penting lukanya sudah tidak mengeluarkan darah."
lalu Hanum kembali memperhatikan tubuh suaminya yang telah bertelanjang dada, ia pun baru menyadari jika di tubuh suaminya terdapat luka yang cukup banyak.
"Mas, kenapa hampir seluruh tubuhmu terdapat bekas luka jahitan, kalau boleh tahu bekas luka apa?" tanya Hanum semakin mendekatkan tubuhnya sehingga Tama bisa merasakan wangi aroma shampo di rambut istrinya.
Seketika Tama malah menjadi gugup ketika Hanum begitu dekat dengannya.
"ini semua bekas terkena luka tembak Num, jadi luka kecil seperti ini sudah terbiasa aku alami, oleh sebab itu kau tidak usah khawatir." jawabnya dengan hati yang berdebar.
Tiba-tiba saja suara petir menyambar dan menggelegar di atas langit malam begitu saja, serta mengeluarkan cahaya terang di luaran sana, pertanda malam ini akan turun hujan.
Namun ada satu hal yang membuat Tama sangat terkejut, Hanum malah memeluknya dan tubuhnya gemetar, seolah Hanum begitu takut akan suara petir.
"Kau kenapa memelukku Num?" tanya Tama masih tidak percaya.
"Aku takut Mas, sedari dulu aku sangat takut dengan suara petir, aku trauma dengan suara itu!" jawabnya dengan kondisi tubuh masih gemetar.
Entah kenapa juga Tama malah membalas memeluknya, baginya ini sangatlah gila, kenapa juga ia bisa terbawa suasana seperti ini?
Hampir lebih dari sepuluh menit, akhirnya suara petir pun berangsur menghilang, dan benar saja hujan telah turun cukup lebat.
Hanum pun merasa malu atas sikapnya yang seperti ini, kemudian keduanya malah saling memandang dalam diam, Tama mencoba merapihkan anak rambut yang telah menutupi wajah cantik sang istri dan telah di penuhi oleh keringat sebasar biji jagung.
Tanpa ia sadari, Tama malah mengucapkan kata."Cantik".
Hanum sempat terkejut atas perkataan dari suaminya, wajahnya sampai di buat merona.
Kini tatapan keduanya semakin mendekat, apalagi Tama seolah telah terbius akan kecantikan istrinya, tanpa ada aba-aba, bibir keduanya saling menyatu dalam keheningan, sedangkan Hanum, ia tidak menyangka suaminya akan melakukan hal ini padanya, Hanum pun merasakan debaran yang cukup hebat, kali ini ia begitu kaku untuk membalas adegan yang sangat memabukkan itu. Berbeda dengan Tama yang sudah lihai akan aktivitas seperti ini, ia malah menyentuh tengkuk leher Hanum, dan menekannya seolah Hanum tidak bisa terlepas dari jeratannya.
Hanun sempat kehabisan napas ketika Tama mulai menjelajahi rongga mulutnya.
"Hosh...hosh...s sudah hentikan semua ini Mas, a aku...!"
Tama malah mel*umatnya kembali sehingga Hanum tidak bisa untuk menolaknya, ia pun terbawa suasana.
'Ada apa ini? Kenapa aku membiarkan suamiku melakukan hal ini? Jelas-jelas Mas Tama tidak pernah menyukaiku, justru ia begitu membenciku, tapi malam ini kenapa ia memperlakukan aku begitu lembut?" batinnya mulai bimbang.
Hanun mulai tersadar saat Tama Hampir melepaskan seluruh kancing pakaiannya.
Kemudian Hanum berusaha beranjak dari atas tempat tidurnya.
"Maaf Mas, aku belum siap melakukan hal ini denganmu, tolong kamu bisa mengerti dengan keadaanku!" ucapnya, kemudian Hanum pergi tergesa-gesa menuju kamar mandi sambil mengeluarkan bulir bening dari sudut matanya.
Tama sendiri mulai tersadar dengan apa yang sudah ia lakukan terhadap Hanum, dan ia merasa sangat bersalah.
'Bodoh kau Tama, tidak seharusnya kau melakukan hal itu terhadap Hanum, ia terlalu baik untukku, dan aku terlalu hina untuknya.' ucapnya dalam hati.
Bersambung...
⭐⭐⭐⭐⭐🌟🌟
masa udah seneng seneng sama si Bella tapi setelah si Bella dia rasain trus dia malah balik ke si Hanum