NovelToon NovelToon
BEBEK GENDUT

BEBEK GENDUT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cewek Gendut
Popularitas:49.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hyull

🐥🐥🐥
Setiap kali Yuto melihat bebek, ia akan teringat pada Fara, bocah gendut yang dulunya pernah memakai pakaian renang bergambar bebek, memperlihatkan perut buncitnya yang menggemaskan.
Setelah hampir 5 tahun merantau di Kyoto, Yuto kembali ke kampung halaman dan takdir mempertemukannya lagi dengan Bebek Gendut itu. Tanpa ragu, Yuto melamar Fara, kurang dari sebulan setelah mereka bertemu kembali.
Ia pikir Fara akan menolak, tapi Fara justru menerimanya.
Sejak saat itu hidup Fara berubah. Meski anak bungsu, Fara selalu memeluk lukanya sendiri. Tapi Yuto? Ia datang dan memeluk Fara, tanpa perlu diminta.
••• Follow IG aku, @hi_hyull

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hyull, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 | Modus Yuto

Fara gugup bukan main. Dia sudah sering ke rumah Yuto, dari dulu hingga sekarang. Jika keluarga itu akan mengadakan bakar-bakar pasti selalu mengundangnya. Semua itu tentu berkat Kira dan karena itu juga ia bisa merasakan banyak makanan lezat dari keluarga itu.

Tapi… kali ini tujuannya ke rumah itu untuk hal lain.

Untuk jemput Yuto, yang dulunya ia kenal sebagai abang sepupu dari sang sahabat, tapi kini telah menjadi bosnya di kantor. Sejak dulu ia tahu kalau Yuto memang baik, perhatian kepada semua orang. Tapi kini, rasanya berbeda.

Entahlah. Ia merasa sikap Yuto kini… lebih spesial.

Meski begitu, Fara masih berusaha berpikir logis. "*Mungkin… karena dulu waktu aku kecil Bang Yuto juga sering antar aku pulang ke rumah. Jadi, nggak ada salahnya kalau sekarang aku jemput dia*," pikirnya.

Jika tadi tampak ragu untuk menyalakan mesin motornya, kini Fara justru sudah memakai helm, menarik cagak, dan kemudian Filano kuning itu sudah melaju.

“*Kalau gitu aku isi minyak kereta nanti aja, atau besok pagi? Iya, besok pagi aja sekalian belanja ke pajak*.”

Senyumnya mengembang, mencoba meyakinkan diri bahwa menjemput Yuto bukanlah hal aneh. Anggap saja sedang jemput abang sendiri.

“*Tapi kalau nanti ketemu orang-orang kantor di parkiran, kek mana*?” ia mendadak mengkhawatirkan itu.

“*Bilang aja karena kami tinggal satu komplek. Yang lain juga udah banyak yang tahu kalau aku tinggal di komplek yang sama dengan Pak Yuki dan Bu Endah. Mereka pun udah tahu juga kalau aku temannya Kira, cucu yang punya Ahmad Jaya*.”

Sejak tadi meyakinkan diri, tetapi begitu motornya berbelok ke Blok A dan mendapati Yuto sudah berdiri santai di depan pagar, ia tak mengerti mengapa, jantungnya berdebar kacau. Terlebih lagi ketika ia menghentikan motornya tepat di depan pria itu dan disambut senyum manis yang begitu teduh.

“Kenapa nggak sama Om Yuki kayak biasa, Bang?” tanya Fara, sambil turun dari motornya, berusaha bersikap santai.

“Hari ini Om Yuki sama Onti naik kereta. Oh ya, helm.” Yuto menoleh ke arah pintu rumah. “Sora… tolong ambilkan helm.”

Terdengarlah teriakan dari dalam rumah. “Ih! Ganggu ajalah! Orang mau berak pun! Dari tadi ada aja yang ganggu!”

Yuto hanya tersenyum mendengar adiknya mengomel, yang tak lama kemudian tampak Sora melangkah keluar dari rumah dengan langkah terburu-buru, memberikan helm kepada abangnya yang kemudian melesat cepat kembali ke dalam rumah.

“Kan dekat aja loh, Bang. Nggak pakai helm pun gapapa.”

Sambil memakai helmnya dan mengambil alih motor itu, Yuto menjawab, “Di simpang empat luar komplek kan biasanya ada polisi yang jaga.”

“Itu polisinya cuma atur lalu lintas, kok. Nggak tilang. Ada banyak anak sekolah yang bawa kereta juga nggak pernah ditilang.”

“Nggak ditilang karena pakai helm, kan?”

Fara diam sejenak, lalu mengangguk. “Iya juga, sih.”

“Yaudah, naik.”

Fara mendekat, lalu meragu. Saat itu dia memang memakai celana, bisa duduk mengang-kang. Tapi, ini pertama kalinya ia berboncengan dengan Yuto. Rasanya canggung kali.

“Fara duduk miring, ya…” ucapnya lebih dulu.

“Ya, senyaman Fara aja.”

Fara benar-benar memilih duduk miring di boncengan. Ia ingin memberikan sedikit jarak tetapi tubuh montoknya membuat boncengan motornya langsung penuh dan tentu saja lengannya sudah menempel di punggung Yuto.

Tanpa ia ketahui, senyum Yuto mengembang sepenuhnya. Senyum itu awet di sepanjang perjalanan, tak peduli pada lirikan warga komplek tampak kaget saat mereka melintas. Hal seperti itu sudah Yuto pikirkan sejak awal dan memang itu tujuannya meminta Fara menjemputnya—padahal di rumahnya pun masih ada motor yang menganggur.

Tak hanya ingin menunjukkan kepada warga komplek, Yuto juga ingin menunjukkan kepada para karyawan di kantor. Ini sebagai bentuk awal dirinya menunjukkan kepada orang-orang siapa wanita yang ia pilih menjadi belahan jiwanya, meski Fara belum menyadarinya. Tetapi ia yakin, orang-orang di luar sana tidak sepolos wanita yang sedang diboncengnya kini.

Tiba di kantor, suasana tampak ramai dengan keberadaan beberapa karyawan yang masih berada di parkiran—sesuai dengan yang Yuto harapkan. Begitu Filano kuning itu melaju masuk, semua orang yang ada di sana langsung menoleh dengan kening mengerut.

Tentu mereka mengenal motor siapa itu. Siapa lagi di kantor itu yang menggilai kuning, ada stiker bebeknya pula. Namun yang mengherankan, siapa pria yang mengendarai si Kuning karena si pemilik motor terlihat duduk di boncengan?

Pandangan mereka tak juga terlepas dari sosok si pengendara, dan saat Yuto berhasil memarkirkan motor lalu melepas helm, semua yang ada di sana tampak membelalak.

Fara yang sadar mereka sedang diamati, apalagi di parkiran mobil kebetulan sekali ada Karin dan teman-temannya yang juga sudah melihat ke arahnya, seketika menjadi malu. Ia turun dari motor, tetapi tak juga melepas helmnya dan hanya berdiri menunduk, bingung harus melakukan apa—berharap Kutu dan Ingus menghampirinya, tetapi kedua kucingnya itu tak juga terlihat wujudnya.

Namun, kejutan dari Yuto belum berakhir.

Fara masih menunduk malu. Kedua tangannya menggenggam erat pinggiran helm, berusaha menyembunyikan wajahnya yang pasti sudah merah padam. Tapi Yuto nggak memberinya kesempatan untuk bersembunyi.

Dengan perlahan, Yuto turun dari motor lalu berdiri di depan Fara. Ia menyentuh kedua sisi helm Fara, usai itu dengan lembut, ia mengangkat wajah Fara hingga pandangan mereka bertemu.

"Kenapa nunduk?" bisik Yuto, suaranya hanya cukup untuk didengar Fara.

Baru setelah itu, dengan penuh perhatian, ia membuka pengait helm Fara. Tangannya tak terburu-buru, seolah-olah ini adalah ritual penting yang harus dilakukan dengan sempurna. Saat helm terlepas, Yuto tak bisa menahan senyum kecil melihat wajah Fara yang semakin memerah.

"Merah kali pipinya," ucapnya sengaja menggoda, tapi matanya mengatakan lebih banyak—bahwa ini bukan sekadar melepas helm, tapi sebuah pernyataan.

“Wih… Pak Yuto! Kok berangkat sama-sama, nih?” Suara Pak Andi mendadak menggelegar di halaman samping hingga ke halaman depan gedung. Dari nada bicaranya saja jelas sekali, Pak Andi sudah tahu ada sesuatu di antara mereka.

“Pak Yuto numpang sama Fara, Pak! Soalnya Pak Yuki nggak bawa mobil!” jawab Fara cepat disusul tawa canggungnya.

“Nggak bawa mobil?” Pak Andi tampak menoleh ke parkiran mobil lalu menunjuk ke sebuah mobil yang ada di sana. “Itu bukannya mobil Pak Yuki?”

Fara ikut menoleh lalu terkejut. Mobil Yuki benar ada di sana.

Pandangannya pun langsung mengarah ke wajah Yuto.

Bukannya bermaksud menjelaskan itu, Yuto dengan santainya mengatakan kepada Pak Andi, “Memang lagi pengen ke kantor sama Fara, Pak.”

Fara terdiam sejenak, matanya membelalak seperti ikan koi. Pipinya yang sudah merah tadi kini semakin membara.

"Memang lagi pengen ke kantor sama Fara, Pak."

Kalimat itu terputar ulang di dalam kepalanya. Jantungnya berdebar bukan main. Ia bisa merasakan nadinya berdenyut sampai ke telinga. Pipinya makin panas, dan jika ada termometer, mungkin sudah tembus angka demam tinggi.

Dan yang lebih parah—Yuto sama sekali nggak terlihat canggung. Senyumnya bahkan masih ada, lebar, percaya diri, dan sedikit… menyebalkan bagi Fara. Ia merasa dibohongi.

.

.

.

.

.

Continued...

1
Ulfah Rahayu
nek mayang😢
Kar Sim
Masya Alloh cakap X endingnya, seperti di kehidupan nyata.... dilanjut Tor 👍👍
Ikha Mangil
nah kannn ketauan kau eka
matilah kau🙈😬
Ayu retonisa
eka ini otaknya kebanyakan Micin
Tita Rosmiati
syukur lah selamat tuh si Filano kuning dasar uka uka g tau diri 😁
Tita Rosmiati
g usah takut Fara Sora itu meskipun muncung nya berisik tapi baik banget loh sama seperti keluarga yg lain nya
Ibu² kang Halu🤩
aku menunggu karmanya si uka-uka., hah😤😤 entah kapan lah itu sadarnya si uka-uka ini😡😡
EsTehPanas SENJA
bener... jaga tensi sama diabetes penyakit ga pandang usia ...
pola makan harus sehat 👍🏻👍🏻👍🏻
EsTehPanas SENJA
aku hp nya kentang thor ga bisa donlot2 lagi ga muat memory 😭 bawa kesini aja ceritanya 😭😭😭
Ayu retonisa
kyknya yuto pintar kali buat lukisan bibir yh pembaca /Facepalm/
mak² rempong
g apa² Fara. kak Sora udah tau kok semua nya, bukan cuma Sora aja yg tau, kak Yuri sama onti Endah juga tau gmn buruk nya mama kamu..
kamu yg sabar, terus doain biar mama kamu cepat dapat hidayah nya..
Umi Jasmine
sora bisa tau semuanya
Tita Rosmiati
yuto minta tambah 🤭🤭
Ikha Mangil
Yuto semangat kaliiiii😁🤭🙈
EsTehPanas SENJA
hati lo eka yang busuk!!! hati lo yang ngga beres!!! 😤😤😤 orang2 apalagi keluarga yuto atau keluarga iyon udah bener, situ eka yang salah!!!!
EsTehPanas SENJA
aih aih 🤣 uhuy .... ayo terus..... kebawah sana 😶
EsTehPanas SENJA
kenapa harus urusan sama eka lagi?!? ehh uka uka ini?!? katanya mo hepi2 tentang fara dan yuto aja thor? uka uka gosah ada aja ....naek tensiku 😤
EsTehPanas SENJA
weeeh akhirnya berguna juga kau 🤣🤣🤣
Ayu retonisa
yuto tampaknya minun jamu beras kencur hahahhaha
Umi Jasmine
semangat lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!