Cinta Sang Ceo

Catya menangisi siang itu. Meski beberapa pelayan mengajahkan makanan enak, bergizi dan mahal. Namun tetap saja itu tidak membuat Catya bergeming dari amarah dan penyesalannya. Lalu setelah Alexander datang dari ruang ganti. Ia pun pamit pergi dari hadapan wanita pemuas hasratnya itu.

"Sayang aku akan pergi ke kantor. Jada dirimu dan ingat, jangan coba-coba kabur dariku. Atau kau akan terima konsekuensi pedih dariku ingat itu!" Jelas Alexander memperingatkan wanita malang itu.

"Hiks..." Tak ada jawaban lain selain menangis. Catya merasa tak punya jawaban lain selain Tangisan yang menceritakan sebuah kepedihan dalam hidupnya.

Sebelum ia memastikan keluar ruangan ituz, Alexander kembali menoleh ke arah wanita malang itu "Juga jangan coba-coba melukai dari MU sendiri. Ingat itu!" Tambah Alexander menegaskan.

Blam...

Alexander mulai keluar dari kamar pribadinya, ia memperingatkan para pengawal untuk berjaga di depan kamar tersebut. Ia tak ingin ada hal buruk yang di lakukan wanita itu karena kedepresian wanita malang tersebut.

Para pengawal berjajar di front kamar tersebut. Mereka berjga secara bergantian terus menerus.

***

Di dalam kamar berukuran lima belas meter persegi, seorang wanita malang tergeletak lemas, ia bahkan tak makan atau minum selama hampir seminggu lebih. Wajahnya mulai kusam dan sedikit berkeriput.

Pakaian yang di kenakan Catya ala kadarnya dan jauh dari kata sopan. Bahkan terlihat amat sangat mengairahkan. Catya yang terpuruk itu mulai bangun dan mencari sebuah ponsel untuk ia menelpon seseorang. Namun tak ia dapati apapun di sana selain beberapa photo seorang wania cantik berpakaian pengantin.

"Dasar pria brengsek! berani-beraninya dia merenggut kesucianku dan mengkhianati istrinya sendiri. Sungguh salah besar saat aku masuk ke dalam Club malam itu dan minum bersamanya" Sesal Catya. Apa daya nasi telah menjadi bubur. Mau tak mau, Catya memang harus tetap menerima nasib buruk yang telah menimpanya.

Catya mulai bangun dengan tubuh lunglai tanpa tenaga. Langkahnya bahkan lebih parah ketimbang di campakan Kaisar, selain tak bertenaga karena lemas kekurangan nutrisi. Tampaknya luka di area misa v miliknya belum sembuh sepenuhnya.

"Uhuk... Kemana aku harus meminta bantuan?" Tanya Catya bimbang. Lama Catya melangkah dengan menyeret selimut. Akhirnya langkah Catya terhenti di ruang ganti milik Alexander, di dalam lemari itu ada beberapa pakaian wanita yang seukuran dengan tubuhnya.

"Tempat apa ini?" Tanya Catya menelisik seisi ruangan yang di penuhi pakaian dan juga aksesoris seperti jam gelang dan dasi juga sepatu brend ternama.

"Bahkan ada pakaian wanita tergantung di setiap sudut lemari pakaian pribadi pria gila itu" Bathin Catya pedih.

Lama melangkah tiba-tiba saja jemarinya hinggap di sebuah pakian kemeja putih yang panjangnya menutupi atas lututnya. Catya lebih memilih pakaian yang kedodoran itu ketimbang harus memakai pakaian seksi yang memperlihatkan bokong dan belahan dada montok mulus miliknya.

***

Catya selesai berbenah pakaian...

Tapi, tiba-tiba dering ponsel mulai terdengar di luar ruang ganti. Catya mulai keluar pelan dan menengok ke luar kamar ruang ganti itu. Dan tak lama setelah itu bunyi ketukan pintu pun terdengar beriringan.

Tok! Tok! Suara ketukan pintu. Catya segera keluar perlahan dan berhenti di ranjang besar milik sang tuan muda.

"Nona, apakah kamu tidur? Saya Wilson kepala asisten rumah tangga di kediaman ini. Bisakah saya masuk?" Tanya Wilson di kejauhan.

Wilson? Apakah dia pria atau wanita? Bathin Catya menggumam bingung.

"Baiklah nona saya akan masuk" Wilson pun masuk bersama dua pelayan wanita. Wilson adalah seorang pria paruh baya yang bertanggung jawab penuh untuk bagian kebersihan dirumah mewah berlantai enam tersebut. Bahkan kediaman Alexander memiliki landasan kapal jet pribadi juga helikopter di atas lantai balkon tertinggi di kediaman itu.

KLEK! Wilson masuk di dampingi dua pelayan di belakangnya "Nona. Bagai mana kabar anda, apakah hari ini Anda lebih baikan?" Tanya Wilson basa-basi.

Catya mendelik "Untuk apa pria tua itu bertanya hal konyol seperti itu. Bukankah ia tahu sendiri bahwa beberapa hari ini aku telah di lecehkan habis-habisan oleh tuanya yang menjijikan itu?" Bathin Catya menggumam.

"Nona, ada hal yang perlu saya sampaikan terkait rencana tuan muda untuk mengontrak Anda sebagai kekasih bayarannya" Jelas Wilson. Catya pun kaget Hinga menoleh lekas ke arah Wilson dengan mata yang membulat "APA!!! KEKASIH BAYARAN?!" Catya panik hingga tak paham pada apa yang telah ia dengar dan simak itu.

"Kenapa Anda begitu kaget?" Tanya Wilson bimbang. Catya jadi marah hingga menekan Wilson habis-habisan "Jangan bercanda! Di perlakukan seperti ****** saja sudah membuat ku frustrasi!! apa lagi jika aku di jadikan kekasih BAYARAN seperti yang kau katakan!! sudah pasti, aku lebih memilih mati. Ketimbang menjadi wanita murahan seperti yang di harapkan pria gila itu!!!" Marah Catya berusaha berontak. Tapi ekspresi lain malah di tunjukan Wilson "Nona, sebaiknya jaga bicara anda. Jangan buat tuan muda marah, karena jika dia marah... apapun yang Anda perbuat tak akan pernah membuatnya puas" Jelas Wilson. Catya mulai sadar "Tuan Wilson... saya mohon. Lepaskan saya, saya janji saya tak akan menuntut apapun pada tuan muda atas pelecehan yang ia lakukan pada saya" Pinta Catya memohon sejadi-jadinya dengan tangisan yang mulai pecah kembali.

"Anda pasti beranda... sebaik nya anda lakukan hal yang di sukai tuan muda sjaa. Agar hidup Anda aman dan tentram, apapun yang Anda inginkan akan terpenuhi jika hidup di samping tuan muda" Jelas Wilson.

"Harta? Apa itu artinya tuan muda m adalah pemilik harta? Tapi sayang... dia tidak bisa membangun sebuah cinta... sebab aku terlanjur jijik pada pria yang telah merenggut kesucianku itu berulang-ulang!" Marah Catya.

"Baiklah... aku hanya sekedar memberi tahukan saja, bahwa tuan muda mengajak Anda denner sore ini. Jadi berandanlah yang cantik agar tuan muda ku terkesan" Pinta Wilson.

Ctik! Wilson mulai menghentikan jemarinya, dan dua pelayan pun mulai datang menghampiri Catya.

"Nona... silahkan pilih gaun yang Anda sukai" Pinta para pelayan. Catya tak Sudi menyepakati makan malam sore ini dengan pria mesum itu.

"Ugh! Yang benar saja. Aku sama sekali tak ada niat untuk pergi. Biarlah pria itu mati kering saat menungguku di tempat yang ia inginkan. Sungguh tak bermoral dan menyebalkan" Bathin Catya menggumam.

"Ayolah nona. Waktu kita tak banyak, tuan muda tidak suka menunggu. Dan itu akan membuatnya amat sangat Marah" Jelas Wilson.

Akhirnya sekeras apapun Catya berusaha menolak ujung-ujungnya Tetap saja ia pergi. Namun kali ini ia pergi untuk melakukan rencana melarikan diri.

"Baiklah... aku akan pergi, simpan saja gaun berwarna merah itu di sana. Nanti aku akan memakainya" Jelas Catya. Malam ini adalah malam yang tepat untuk melakukan rencana melarikan diri yang sempurna.

BERSAMBUNG...