Menceritakan tentang Raya seorang perempuan yang memiliki kelebihan yaitu Indra keenam. Raya adalah seorang vokalis bend nya yang berada KapRal. Raya juga merangkap sebagai pencipta lagu yang dia ambil dari kisah-kisah arwah penasaran.
Suatu hari Genk KapRal didatangkan beberapa musibah dan malapetaka, pertama Raya nyaris terbunuh, kedua bend KapRal mendapati sebuah fitnah bahwa bend mereka melakukan plagiat atas lagu-lagu yang diciptakan Raya.
Saat merasa frustasi Raya tiba-tiba mendapat ide untuk datang ke villa milik kakeknya.
Di Sana dia yang ditemani sagara menemukan beberapa hal ganjil serta berhasil menemukan sebuah syair atau mantra yang akan di ubah oleh Raya menjadi sebuah lagu.
Dari sanalah malapetaka besar itu akan muncul. Setelah Raya memperkenalkan lagi ciptaanya kepada teman-teman bend nya.
Satu persatu teman-teman bend mati dengan cara yang mengenaskan, pembunuh nya hanya meninggalkan jejak yang sama yaitu kedua bola mata korban lenyap tiada bekas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuireputih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34 Giliran
Tiga hari berlalu, tapi belum ada kabar dari Jerry. Istrinya yang berparas jelita berulangkali datang ke studio untuk mencari sang suami, tapi nihil.
KapRal sendiri sudah lama tak latihan dan memilih saling tidak menyapa satu sama lain. Sama-sama dicekam ketakutan. Sesekali mereka datang ke studio hanya untuk formalitas.
Seperti saat ini ….
Entah berapa batang rokok yang telah dihabiskan Sagara di apartemennya. Di sofa yang penuh dengan onggokan jaket, Raya dan Karin duduk dengan wajah pucat.
"Jadi, maksud kalian Jerry sudah mati?" tanya Sagara, serak.
Karin mengangguk, "Tidak salah lagi. Tinggal menunggu waktu, jasadnya akan ditemukan. Entah di mana pembunuh itu menyembunyikan Jerry. Yang jelas, aku jadi semakin takut. Siapa lagi yang akan akan menjadi korban?" desah Raya. Matanya berkaca-kaca.
"Kupikir lebih baik kalian tinggal bersama sampai situasi menjadi normal. Suatu saat pelakunya akan tertangkap." usul Sagara.
"Lalu, bagaimana denganmu? Justru aku mengkhawatirkanmu, Sagara. Tidakkah lebih baik kau menginap di apartemen Bara?" timpal Raya.
Sagara menggeleng, "Aku tidak sudi tinggal bersama bajingan tengik itu!”
Sagara memang masih menyimpan amarah pada Bara. Bisa-bisanya manajer sialan itu sengaja ingin mencelakakan Jerry.
Namun, manusiawi juga jika Bara bersikap demikian. Andai perempuan yang Sagara cintai diperlakukan seperti Pita, mungkin ia akan melakukan yang lebih sadis lagi, yaitu langsung membunuh Jerry. Dan gadis kecintaan Sagara ada di sini sekarang.
"Gar!" Karin memecah kesunyian.
"Hari sudah mulai malam. Sebaiknya kami pulang dulu. Seperti usulmu, aku akan tidur di apartemen Raya. Tapi sebelum itu, aku mau ambil beberapa potong pakaian di kosan. Ray mau menemaniku, kan?" pinta Karin.
"Tentu. Kalau begitu kami pamit dulu!" balas Raya, seraya menundukkan kepala pada Sagara.
"Hati-hati!" pungkas Sagara.
Raya dan karin segera beranjak dari apartemen Sagara yang terletak di lantai lima. Begitu pintu apartemen Sagara ditutup, kemencekaman langsung menyergap keduanya.
Pandangan Raya dan karin sama-sama waspada dan diedarkan ke segala penjuru arah. Sungguh sepi.
"Dingin banget!" keluh Raya dengan tubuh menggigil.
Karin menatap Raya.
"Ya ampun, kamu pucat sekali, Ray. Lebih baik kamu pakai jaketku!" tawar Karin sambil melepas jaket pink yang tadi membalut tubuh dan menyerahkannya pada Raya.
Raya menerima dengan senyum penuh terima kasih. Segera dilekatkan jaket itu di tubuhnya. Pas sekali. Kebetulan, postur tubuh Karin dan Raya hampir sama.
Pandangan Raya beralih pada sebuah ruangan dengan pintu tertutup rapat. Biasanya tercipta keramaian dari dalam sana, mengingat penghuninya adalah keluarga kecil dengan dua orang anak yang sedang aktif-aktifnya, apalagi usia mereka berdekatan. Namun, ruangan itu sunyi, senyap, dan tampak angker.
"Tetangga Sagara itu tumben nggak ada suaranya?"bisik Raya, sambil mendekatkan wajah pada Karin.
"Sagara bilang, mereka ke luar kota untuk beberapa minggu. Kenapa, Ray?" tanya Karin.
Raya mengatupkan bibir, "Aku merasa kalau—"
Belum sempat Raya menyelesaikan kata-katanya, pemandangan mengerikan meneror Raya dan karin. Dalam pandangan Raya, Karin menjadi semakin samar, samar, dan akhirnya tak terlihat. Karin pun demikian. Kini, keduanya berada dalam satu ruang, tapi terpisah. Dalam pandangan Karin, ia berada di depan pintu apartemen Sagara, sementara Raya seperti berada dalam lift.
"Ray? Ray, kamu di mana?" tanya Karin dengan panik.
"Karin? Kamu di mana? Aku takut!" desis Raya, tak mendengar ucapan Karin.
Karin berusaha menggedor pintu Sagara, berharap Sagara membuka pintu. Ya, pintu memang tampak dibuka dari dalam, tapi bukan apartemen Sagara, melainkan kamar kosnya sendiri.
Karin menelan ludah. Mungkinkah kali ini gilirannya menerima kutukan Irama Kematian?
Sementara Raya berusaha memusatkan konsentrasi agar keluar dari ilusi ini. Namun, nihil. Ia tahu, ini adalah sebagian dari ilmu telekinesis. Namun, sepertinya lebih tinggi dari kemampuan yang Raya miliki. Terpaksa, Raya memanggil bantuan untuk menolongnya.
"Santi? Apa kau di sini?" tanya Raya.
Perlahan sosok Santi datang. Tangannya menunjuk suatu arah. Dengan percaya diri, Raya berlari, berniat menembus dinding yang diyakini palsu.
Namun, ternyata ia menabrak dinding betulan. Raya terpental, tubuhnya berdebum di lantai yang dingin. Raya meringis sambil memegangi kepalanya yang benjol.
tapi kerennnnn 👍👍👍👍