NovelToon NovelToon
Sunday 22.22

Sunday 22.22

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Balas Dendam / Cinta Karena Taruhan
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: sun. flower. fav

Di tengah keindahan Jogja, proyek seni yang seharusnya menggembirakan berubah menjadi teka-teki penuh bahaya. Bersama teman-temanku, aku terjebak dalam misteri yang melibatkan Roats, sosok misterius, dan gadis bergaun indah yang tiba- tiba muncul meminta tolong.
Setiap sudut kota ini menyimpan rahasia, menguji keberanian dan persahabatan kami. Saat ketegangan memuncak dan pesan-pesan tak terjawab, kami harus menemukan jalan keluar dari labirin emosi dan ketegangan yang mengancam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sun. flower. fav, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Awal kehancuran

Pagi yang seharusnya menjadi libur menyenangkan, tiba-tiba terasa begitu menyakitkan. Kabar tentang Eja akan pindah sekolah ke Jogja disampaikan oleh ibu dengan tegas. Segenap keluarganya juga akan ikut pindah.

Aku masih dalam keadaan mengantuk dan belum sempat mandi atau gosok gigi. Ketika aku melihat sekeliling rumah Eja dipenuhi oleh aktivitas mengangkat barang-barang ke mobil, tanpa berpikir panjang, aku berdiri di depan rumah Eja, menunggu kehadirannya.

Tubuhku gemetar saat melihat barang-barangnya dipindahkan ke mobil. Saat Eja akhirnya keluar, dia menyapaku dengan ramah, sedangkan aku hanya menatapnya dengan ekspresi datar dan kepalan tangan yang kuat menahan emosi. Aku benar-benar ingin melampiaskan kemarahanku dengan menampar wajahnya yang mulus, ingin sekali kurobek kulitnya.

"Pengecut," ucapku dengan penuh kekesalan, menyalahkan Eja atas keputusan ini. Eja hanya terdiam, menelan ludah pelan.

"Bukan, Ibuku yang memutuskan aku pindah," ujar Eja dengan suara memelas. "Kamu juga mau, kan, kamu suka?" Kami berdua terdiam sejenak. Eja menundukkan kepala, sementara aku menatap langit, berusaha menahan tangisku.

"Ini keputusan Ayah dan Ibuku," jelas Eja, suaranya agak serak. Aku tahu dia juga menahan tangis melihat aku marah-marah.

"Bukan hanya keputusan Ayah dan Ibumu, tapi  keputusanmu juga," kataku terisak. "Kamu pengecut. Kamu takut kembali ke sekolah, bukan?" Lanjutku, merasa semakin terpuruk oleh keputusannya. Wajahnya terlihat pasrah. Dia benar-benar seorang Reza si pengecut, takut pada segala hal.

"Temui aku lain kali," ujarnya ketika dia dipanggil oleh ibunya. Dia buta? Bodoh? Atau tidak peka? Aku menangis sesenggukan begini dia malah menyuruhku menemuinya lain kali. sambil memukul pundaknya dengan keras.

“Gak akan.” Aku memukul pundaknya keras lalu berlari masuk ke rumah. Selanjutnya aku mengintip di sela jendela. Anak bodoh itu masih berdiri pasrah menghadap ke rumahku sambil menangis. Aku bersumpah membunuhmu di pertemuan selanjutnya.

***

Penyesalan memang selalu datang di akhir. Tidak memeluknya adalah penyesalan besar jika aku benar-benar tidak bisa bertemu dengan Eja lagi. Sejak bayi, 14 tahun kita hidup berdampingan. Dekat dan jauh, jarak kita tidak pernah terbayangkan bakal amat jauh di akhirnya. Jujur, aku menyayanginya. Aku pernah berjanji pada ibu menjaga Eja, walaupun sedang tidak saling sapa, karena bagi ibu Eja bagaikan anak laki-lakinya sendiri pasca kabar perceraian ayah dan ibu Eja.

“Beni!” aku mendobrak pintu kelas 8D,

menghampiri Beni yang sibuk merundung teman sekelasnya.

“Apaan,” wajah songongnya menyambutku.

Sumpah, wajah ini yang hendak jadi awal kehancuran jati diriku. Tanpa basa-basi, tanganku menjambak rambutnya menggeretnya keluar kelas menuju koridor sepi arah dari lab menuju ke kamar mandi. Aku tidak pernah takut. Beni juga bukan level tarungku. Dengan senang hati, tanganku membeberkan surat cinta sialan yang pernah Beni selipkan ke tasku beberapa minggu lalu.

“Kalau bergerak sedikit saja, aku tempel surat ini ke papan mading,” ancamku, melangkah mundur lebih jauh. Jelas Beni menuruti perintahku. Jauh dari waktu Eja menuliskan surat cinta untuk Septia yang gagal karena Beni, Beni juga lebih berani menyelipkan surat cintanya padaku.

Detik di jam tangan bergerak, menciptakan suara lumayan keras, karena koridor sedang sepi. Tanganku menyelundup ke saku seragam, mengambil batu yang sejak tadi berada di kantongku. Mungkin ini yang diinginkan Eja, melukai wajah Beni seperti halnya yang dilakukannya pada Eja.

“Batu dibalas batu,” ucapku pelan, lalu meluncurkan lemparan maut ke arah wajah Beni. Dari lubuk hatiku, mewakili keinginan Eja.

***

1
Kustri
lucu jg takut ama tanah basah☹️
Kustri
awal yg unik
pausberkuda
semangattt🫶👏👏
Azzah Nabilah: weeehhhhh🥲
total 1 replies
ׅ꯱ƙׁׅᨮׁׅ֮ᥣׁׅ֪ꪱׁׁׁׅׅׅꭈׁׅɑׁׅ ηα
kerja bagus ija
Azzah Nabilah
jangan lupa ikuti kisan Eliza dan eja ya
Ohara Shinosuke
Semangat terus thor, aku yakin ceritamu akan menjadi luar biasa!
boing fortificado
Yang bikin author sebisanya aja ya, pengen lanjutin ceritanya.
Min meow
Tidak ada yang kurang.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!