Karena kehidupan yang sangat miskin,Amira terpaksa merantau ke kota Jakarta,meninggalkan suaminya di desa tinggal bersama mertuanya.Amira sangat berharap kepergiannya ke kota Jakarta bisa merubah kehidupannya kelak di desanya.
Ternyata kepergiannya merantau untuk mencari modal membuat suaminya berpaling ke lain hati dan itu semua di tutupi oleh mertuanya yang sangat munafik.
Amira menghabiskan banyak uang untuk mertua dan suami yang sudah mengkhianatinya.
Bagaimana kisah hidup Amira apakah dia bisa melanjutkan pernikahannya dengan suaminya yang sudah memiliki istri siri atau dia meminta cerai dan bagaimana mertuanya yang sangat munafik dan jahat? bagaimana keluarga mertuanya melanjutkan hidup sementara selama ini Amira menjadi tulang punggung mereka?
ikuti kisah sedih pernikahan wanita lugu dan polos ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agustina Pandiangan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 ~ Perasaan yang sudah mulai memudar ~
Amira pura-pura diam,dia sudah pasrah jika di cap sebagai istri durhaka,karena baginya suaminya bukan lah pria yang bertanggung jawab terhadap rumah tangga Bagaimana bisa dia sudah menikah dan memiliki istri tapi dia menolak untuk pisah rumah dengan orang tuanya.
Amira tidak keberatan jika mereka sudah pisah rumah dengan mertuanya suaminya masih memberikan uang kepada orang tuanya,karena itu sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang anak lelaki yang harus bertanggung jawab.
"Amira....Mas pengen." Dimas berbisik di telinga Amira.
"Maaf mas aku sedang halangan."Jawab Amira berbohong,perasaan yang dulu hangat kini hilang seiring dengan perubahan sikap suaminya yang semakin tidak memikirkan perasaanya.
Sepertinya Dimas kecewa dengan jawaban yang dikatakan oleh Amira,perlahan dia menarik tangannya lalu dia turun dari atas ranjang dan keluar dari dalam kamar sambil membawa bantal sama selimutnya.
Amira tidak peduli sama sekali dengan perasaan Dimas rasa kecewanya jauh lebih besar kepada suaminya yang terlalu memanjakan keluarganya tapi lupa dengan istri yang mencintainya dengan tulus tapi tidak dianggapnya sama sekali.
Keesokan harinya Amira bangun,lalu mulai membawa semua piring kotor kebelakang dan mulai mencucinya.
Setelah selesai membersihkan semua piring kotor,Amira membawanya ke dapur pada saat itu Dimas suaminya sudah duduk di meja makan,Amira sama sekali tidak menyapa tapi sebagai istri dia melayaninya seperti biasa walaupun dia sama sekali tidak membuka mulut.
Melihat Amira yang tidak mau berbicara dengannya rasa kesal Dimas semakin besar,padahal saat Amira menolaknya tadi malam dia sangat kesal karena dia tau Amira sengaja menolaknya karena dia masih ingat baru dua Minggu kemarin Amira selesai halangan.
Dimas pergi meninggalkan rumah dengan perasaan yang sangat kesal,dia merasa bingung melihat perubahan sikap Amira yang tiba-tiba diam kepadanya.
Sementara itu Amira menyelesaikan semua pekerjaan rumah,karena dia tidak ingin mendengar semua drama pagi ini di rumah mertuanya dia memilih keluar rumah,baginya lebih baik dia meninggalkan rumah untuk menghindari setiap makian dan sindiran mertuanya.
Amira meninggalkan rumah pada saat mertua dan adik iparnya belum bangun, dia sengaja meninggakan rumah yang sudah bersih dan rapi agar nanti sore setelah pulang dia tidak mendengar ocehan dari mertuanya.
Maya keluar dari dalam kamar,dia melihat rumah yang sudah bersih dan rapi,dia berjalan ke belakang rencanya ingin mencari Amira untuk di buatkan teh untuknya.
"Kemana Amira,kenapa dia tidak kelihatan kemana lagi dia kelayapan?" Sungut Maya,karena tidak melihat keberadaan Amira akhirnya dia membuat teh sendiri untuk dirinya sendiri.
Sementara itu,Dimas sudah beberapa kali di tegur atasannya dari tadi pagi,mungkin karena pikirannya yang sangat frustasi akhirnya konsentrasi kerjanya buyar semuanya.
"Ini semua gara-gara Amira,tidak seharusnya dia marah kepadaku,apa salah adikku menumpang untuk sementara di rumah,aku yakin dia marah karena kepulangan adikku." Ucapnya dalam hati dia sama sekali tidak selera untuk makan bekal siang yang sudah di siapkan oleh Amira.
"Kenapa kamu dimas,tidak biasanya kamu frustasi seperti ini?" Tanya Robi teman kerjanya,sekaligus temannya yang paling dekat.
"Aku frustasi bro,coba kamu bayangkan masak Amira istriku, marah kepadaku hannya karena adikku dan dua anaknya datang berkunjung ke rumah,memang salah ya aku membahagiakan orang tua dan adikku." Ucap Dimas mengeluarkan semua uneg-uneg di hatinya.
Robi tersenyum kecil mendengar ucapan sahabatnya,umur mereka memang sama,dan hari pernikahan mereka hannya berbeda satu bulan dan Robi sudah punya anak satu.
"Bro...Sebelum kamu membahagiakan keluargamu,coba tanyakan dirimu apa kamu sudah pernah membahagiakan istrimu,sebagai seorang pria kita memang wajib membantu orang tua tapi kita harus terlebih dahulu melihat kebahagian anak dan istri kita." Ucap Robi dengan santai.
Dimas berpikir sejenak,sebagai seorang pria memang harus dia akui dari awal menikah sampai hari ini Dimas belum pernah sekalipun memberikan sesuatu yang layak kepada istrinya dan Amira tidak pernah meminta apa pun kepdanya.
"Tapi ...Dia sama sekali tidak pernah minta apa pun kepada ku." Jawab Dimas perlahan dan memang benar Amira tidak pernah sekali pun meminta apa pun kepadanya.
"Hahaha...Sudah lama menikah kamu belum tau sifat istrimu selama ini kamu ngapain saja bro...Makanya sebagai seorang pria yang sudah menikah, walaupun rumah gubuk pisah dari orang tua itu hal yang seharunya kita lakukan." Tambah Robi membuat Dimas semakin stres.
"Aku tidak tau,kepala ku pusing memikirkan semua masalah ini,aku tidak mungkin meninggalkan ibuku,demi seorang wanita yang baru saja aku nikahi sementara ibuku sudah merawat ku dengan tulus dari aku kecil.Sebagai seorang istri seharunya dia juga membantuku mencari uang jangan bisanya hannya menuntut." Ucap Dimas kemabli.
"Sudahlah Dimas aku berharap istrimu bertahan di samping mu sampai ajal memisahkan kalian,tapi satu pesanku tidak akan ada satu orang pun wanita yang mau tinggal bersama pria yang tidak bersikap adil." Ucap Robi lalu meninggalkan Dimas di tempatnya karena takut Dimas akan tersinggung dengan kata-katanya.
Dimas menghela napas berat,menurutnya tidak ada kewajiban buat dirinya untuk membahagiakan istrinya karena membahagiakan orang tua pahalanya jauh lebih besar.
Sementara itu Maya sudah bersiap-siap hendak pergi menuju rumah Safira,dia berharap dengan begitu safira akan tertarik dengannya dan bisa kembali menjodohkan Safira dan Dimas anaknya.
"Ibu mau kemana pagi-pagi sudah cantik saja,dan baju ibu yang ini cantik banget untuk Tuti ya Bu..." Ucap Tuti dia tertarik dengan pakaian yang dikenakan oleh ibunya.
"Janganlah,kreditnya baru lunas minta uang Abang mu saja nanti kalau dia sudah gajian akan kamu bisa beli." Tolak ibunya.Bibir Tuti manyun saat ibunya tidak mau melepaskan baju yang sangat cantik menurutnya.
"Ngomong-ngomong kemana Amira Bu,pakaian anak-anak sudah banyak yang kotor dan pakaianku juga banyak yang kotor,aku lagi malas nyuci." Tanya Amira dan matanya menatap sekelilingnya tapi tidak menemukan keberadaan Amira.
"Sudah letakkan saja disitu nanti dia akan mencucinya apalagi yang bisa dilakukan wanita tidak berguna itu kalau tidak mengerjakan semua pekerjaan rumah." Ucap Maya.Setelah mengucapkan kata-katanya Maya segera keluar dari rumah dia buru-buru pergi dia sengaja tidak makan sebelum berangkat berharap nanti Safira akan memberikan makanan yang enak dan gratis.
Sementara itu Tuti duduk di sopa usang milik ibunya dia malas tidak ada kegiatan apa pun,sementara dia tidak punya uang sama sekali.
Pada saat melihat kamar kaka iparnya,tiba-tiba muncul pikiran kotornya,dia masuk kedalam kamar Amira dan mulai membuka lemari dia ingin mencuri uang simpanan milik Amira.
💗💗💗Bersambung 💗💗💗
kok banyak yg antagonisnya niy....???
adam sampe ga bisa tegas ngusir jane
ini peran antagonisnya banyak yaaaa
jadi kesel niy hati...
bangkiiitttt
kabuuurrrrr saja...
amiraaa pergi....biar menjadi istri durhaka....../Grin/
kenapa amira dibawa2..