Perjodohan adalah sesuatu yang Mazaya benci. Dari setiap novel yang ia baca, selalu saja pihak perempuan yang jadi sosok tertindas. Kadangkala ending cerita sang suami menjadi bucin. Kadang kala ada juga yang berakhir dengan perceraian dengan sang perempuan menikah lagi kemudian hidup bahagia dan laki-laki hidup dalam penyesalan.
Namun bagaimana bila Mazaya lah yang menjadi tokoh seperti dalam novel tersebut, terpaksa menikah karena perjodohan?
Apalagi setelah ia tahu, sosok yang dijodohkan dengan dirinya telah memiliki kekasih.
Sungguh, Mazaya tak ingin melewati proses jadi istri yang tertindas.
BIG NO!!!
Namun untuk ending, siapa yang tahu. Yang pasti, ia tak mau ditindas apalagi oleh sang pelakor meskipun dia adalah wanita yang suaminya cintai. Lalu bagaimana caranya agar ia tidak ditindas oleh pasangan sialan tersebut?
Makanya, yuk tap ❤️ untuk mengikuti cerita selengkapnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hal tak terduga
Pagi ini Mazaya bangun kesiangan. Setelah hampir semalaman mereka berdebat mengenai tempat tidur, akhirnya Gemilang mengalah dan mau berbagi tempat tidur dengannya. Namun untuk berjaga-jaga, Mazaya meletakkan dua buah bantal guling sebagai pembatas. Ia tak ingin Gemilang curi-curi kesempatan meskipun sebenarnya tak masalah karena mereka telah halal.
Mazaya menggeliat saat panas matahari mulai curi-curi kesempatan, masuk ke dalam kamar melalui celah-celah gorden dan menyinari bagian wajahnya. Silau. Itu yang ia rasakan saat pertama kali matanya mengerjap.
Mazaya duduk kemudian merentangkan kedua tangannya. Diambilnya ponsel yang tergeletak di atas nakas. Mata Mazaya seketika membulat saat melihat jam di layar ponselnya sudah menunjukkan hampir pukul 8.
"Astaga, ini gara-gara si suami nyebelin. Aku jadi kesiangan kan," gerutu Mazaya. Lalu ia melirik ke sisi kanannya, ternyata Gemilang pun masih memejamkan mata.
Dengan perlahan, Mazaya pun beranjak dari tempat tidurnya. Lalu ia segera masuk ke kamar mandi untuk menyelesaikan ritual wajibnya setiap hari.
Setelah selesai, Mazaya pun keluar dari kamar mandi dengan bathrobe menutupi tubuhnya. Rambutnya yang panjang tergerai basah. Mazaya lantas menghampiri kopernya dan mengambil pakaian untuk ia kenakan hari itu.
Mazaya melirik Gemilang. Tampaknya laki-laki itu masih tertidur lelap. Lantas tanpa pikir panjang panjang ia mengenakan bawahannya dahulu. Setelahnya, barulah ia melepaskan bathrobe dilanjut mengenakan bra dan pakaiannya. Tanpa ia sadari, ada sepasang mata yang membola saat tanpa sengaja melihat gadis cantik itu tengah mengenakan pakaiannya.
Glegggg ...
...***...
Sebenarnya Mazaya merasa malu untuk turun ke lantai bawah. Bagaimana pun, ini sudah terlalu siang untuk menyantap sarapan pagi. Apalagi mertuanya pasti telah selesai sarapan.
"Sayang, akhirnya kamu turun juga," sapa Anika sambil tersenyum lebar. Entah sejak kapan, tiba-tiba saja Anika telah berdiri di depan pintu lift sekeluarnya dirinya dari kotak besi tersebut. "Yuk, kamu sarapan dulu. Pasti kamu lapar banget kan setelah menguras energi semalaman," ucap Anika sambil menatap rambut basah Mazaya. Ia tersenyum penuh arti. Bahagia tentunya.
Mazaya mengerutkan dahi. Terang saja ia bingung dengan kalimat yang diucapkan sang mama mertua.
'Menguras energi semalaman? Apa mama tahu ya aku semalaman sibuk bertengkar dengan mas Elang? Duh, jadi nggak enak. Gimana kalau mama ngira aku menantu yang pembangkang dan keras kepala. Nggak berbakti juga. Aduh, malu ... Ini nih nggak enaknya serumah sama mertua. Kalau ada masalah, pasti sampai ke telinga mereka. Hal inilah yang terkadang memicu kesalahpahaman.'
"Kamu kenapa, sayang? Kok tiba-tiba bengong?" tanya Anika saat Mazaya tiba-tiba terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Ah, ng-nggak kok, ma. Zaya ... nggak sedang mikirin apa-apa," kilah Mazaya. "Oh ya ma, mama udah sarapan?" tanya Mazaya mengalihkan pembicaraan.
"Oh, udah kok. Tinggal kalian berdua aja yang belum," ucap Anika penuh arti sambil mengerling ke belakang. Mazaya lantas menoleh.
Deg ...
Ternyata di belakangnya telah ada Gemilang dengan raut wajah berantakan. Ia belum mandi. Belum cuci muka juga. 'Jorok. Tapi kok malah keliatan cakep ya?' Batin Mazaya bermonolog saat melihat penampilan Gemilang layaknya tokoh badboy dalam drama Korea.
Mazaya lantas segera memalingkan wajahnya. Ia tak mau terpesona dengan laki-laki itu. No. Pokoknya nggak boleh. Sebaliknya, laki-laki itulah yang harus lebih dahulu terpesona dengannya.
...***...
"Ma, siang ini aku akan membawa Mazaya ke rumahku." Ucap Gemilang datar. Bukan meminta izin, tapi pernyataan yang sepertinya telah ia pikirkan sebelumnya.
Mazaya jelas saja membulatkan matanya. Ia benar-benar terkejut dengan keputusan sepihak Gemilang. Tanpa minta izin atau berkompromi lagi dengannya, tiba-tiba saja Gemilang mengambil keputusan semaunya.
"Rumah kamu? Rumah yang baru kamu beli sebulan yang lalu? Memangnya udah selesai direnovasi?"
Bukannya menjawab, Anika justru balik bertanya.
"Ya, sudah." Jawabnya singkat..Mazaya sampai gemas sendiri dengan jawaban Gemilang. Laki-laki yang aneh, bila bicara dengan orang lain, termasuk orang tuanya sendiri, Gemilang justru sangat hemat bicara. Namun, bila berdebat dengannya, Gemilang seolah tak pernah kehabisan stok kata-kata.
"Nggak bisa apa kalian tinggal di sini aja? Kamu kan tahu Lang, mama suka kesepian di rumah. Kedua adikmu semuanya jauh. Kalau ada Zaya kan mama nggak kesepian. Apalagi kalau anak kalian nanti lahir, kembar lagi, wah rumah kita pasti bakal rame dan menyenangkan. Kalian nggak menunda kehamilan kan?"
Gleg ...
Byur ...
Gemilang menyemburkan air minum di dalam mulutnya, sedangkan Mazaya menelan ludahnya kasar. Bagaimana bisa memberikan ibunya itu cucu, pikir Gemilang, menyentuh istrinya sendiri saja ia merasa tak berani.
Setelah drama perdebatan antara ibu dan anak, akhirnya Anika mengalah. Anika kekeh ingin Gemilang dan Mazaya tetap tinggal di rumah mereka, tapi Gemilang pun tak kalah ngotot ingin menempati rumahnya. Akhirnya, mereka berdua memilih jalan tengah, yaitu meminta pendapat Mazaya.
Setelah berpikir sejenak, Mazaya pun memilih ajakan Gemilang. Ia pikir, sebagai sepasang suami istri, baiknya mereka tinggal berdua agar bila ada apa-apa, orang tua mereka tak perlu ikut campur. Lagipula ini untuk kebaikan keduanya. Bagaimana pun ia kini sudah menjadi seorang istri, wajib baginya mematuhi perintah suami sekiranya hal itu demi kebaikan termasuk dengan membina rumah tangga sendiri.
Mazaya pun membutuhkan privasi tersendiri. Ia juga memiliki misi untuk merebut hati suaminya. Ia tak ingin rumah tangganya kandas hanya karena ego dan kalah dalam perjuangan. Ia sangat memaklumi sikap Gemilang padanya. Bagaimanapun, mereka awalnya dua orang asing yang dipaksa hidup bersama. Hanya saja, Mazaya masih bisa berpikir dengan bijak. Tempaan sang kakek selama bertahun-tahun membuatnya mampu berpikir bijak dan pantang menyerah. Karena itu ia takkan menyerah dengan rumah tangganya ini. Ia harus menaklukkan sang suami agar rumah tangga mereka tidak kandas di tengah jalan.
Setelah mendengar pendapat Mazaya, dengan berat hati Anika pun mengalah. Gemilang sampai tak habis pikir, ia kira Mazaya akan memilih tinggal dengan orang tuanya menimbang di sini akan ada yang melindunginya dari sikapnya yang terkadang semena-mena, tapi nyatanya tidak. Mazaya justru memberikan alasan bijak yang tanpa sadar membuat sudut bibirnya sedikit terangkat ke atas.
Satu jam kemudian, Gemilang pun mengajak Mazaya pulang ke rumahnya. Sebenarnya rumah yang sebenarnya ia beli sebagai investasi. Tapi saat melihat rumah itu dalam tahap renovasi, entah darimana tiba-tiba ia memiliki keinginan untuk menjadikan rumah itu sebagai istananya. Ia pun tak menampik memiliki keinginan untuk berumah tangga. Namun bukan juga secepat ini pikirnya. Tapi semua telah terjadi. Entah bagaimana nasib rumah tangganya kelak. Apalagi ia tak memiliki perasaan sedikitpun pada Mazaya. Ia hanya mencoba menjalani. Setidaknya untuk satu tahun ini, pikirnya. Apalagi ia sudah memiliki Carla, gadis yang telah menjadi kekasihnya selama hampir 2 tahun ini. Ada perasaan bersalah menyusup karena telah mengkhianati kekasihnya dengan menikahi perempuan lain. Gemilang pun berencana akan menemui Carla setelah mengantarkan Mazaya ke rumahnya dan menjelaskan segalanya.
Namun setibanya di rumahnya, suatu hal tak terduga terjadi. Gadis yang tadi ada di pikirannya ternyata telah duduk santai di ruang tamunya.
"Sayang," pekik Carla dengan mata berbinar. "I Miss you," imbuhnya sambil beranjak kemudian langsung berhambur ingin memeluk Gemilang.
...***...
...HAPPY READING. 🥰🥰🥰...