Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata keluarga? Rumah untuk berteduh? Tempat meminta perlindungan? Tempat memberi kehangatan? Itu semua benar. Tetapi tidak semua orang menganggap keluarga seperti itu. Ada yang menganggap Keluarga adalah tempat dimana ada rasa sakit, benci, luka dan kekangan.
"Aku capek di kekang terus."
"Lebih capek gak di urus."
"Masih mending kamu punya keluarga."
"Jangan bilang kata itu aku gak suka."
"Kalian harusnya bersyukur masih punya keluarga."
"Hidup kamu enak karena keluarga kamu cemara. Sedangkan aku gak tau siapa keluarga aku."
"Kamu mau keluarga? Sini aku kasih orang tua aku ada empat."
"Kasih aku aja, Mamah dan Papah aku udah di tanam." Tatapan mereka berubah sendu melihat ke arah seorang anak laki-laki yang matanya berbinar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echaalov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Sinar matahari menyinari bumi, saking teriknya tidak di sukai oleh anak-anak yang sedang melakukan pemanasan. Hari ini di kelas Candy dkk sedang dilaksanakan pelajaran olahraga. Candy melihat teman-temannya yang seperti tidak ada semangat, Naysa dan Tania terlihat murung kalau Tyra terlihat seperti biasa.
Naysa dan Tania bahkan terlihat ogah-ogahan melakukan pemanasan.
"Nanay, Yaya kalian kenapa? " tanya Candy berbisik namun masih bisa di dengar oleh Naysa dan Tania. Candy berbisik karena takut ketahuan mengobrol terus di hukum oleh Pak Bayu.
"Aku gakpapa," balas Naysa lesu.
"Sama aku juga gakpapa," sahut Tania yang juga lesu.
Mendengar jawaban mereka yang tidak mau bercerita Candy pun tidak bertanya lagi."Yaudah deh kalau kalian gakpapa."
Mereka pun melakukan kegiatan pemanasan lagi. Meski Naysa dan Tania terlihat lesu.
"Sekarang kita sudah selesai pemanasan, kalian lari lima keliling," ujar Pak Bayu.
"Pak jangan lima keliling."
"Iya Pak lima keliling itu banyak."
"Tiga keliling aja pak."
"Tidak ada bantahan ucapan Bapak tidak bisa di ganggu gugat. Bapak nyuruh kalian lari lima keliling agar tubuh kalian sehat. Selama lima hari kalian kan belajar dan tubuh kalian terus duduk. Jadi sekarang kalian harus lari lima keliling agar tubuh kalian sehat karena berolahraga, kalau kalian mengeluh Bapak tambah jadi 10 keliling," ucap Pak Bayu dengan ancaman di akhir ucapannya.
Mereka pun tidak bisa mengeluh lagi, karena Pak Bayu mengancam akan menambah jumlah mereka berlari jika mereka terus mengeluh.
"Baik Pak," ucap mereka serentak.
Semua murid pun mulai berlari. Putaran pertama mereka terlihat masih antusias bahkan mereka sampai balapan lari, di putaran kedua dan ketiga masih aman. Putaran keempat muka mereka terlihat memerah dan nafas mereka ngos-ngosan tapi tetap memaksakan untuk berlari. Putaran kelima mereka sudah tidak kuat bahkan ada yang berdiam dan berjongkok untuk beristirahat, pemandangan itu terlihat oleh Pak Bayu.
"Hey kalian yang diam dan jongkok cepat lari jangan bermalas-malasan! Mau Bapak tambah larinya? " ancam Pak Bayu.
Mendengar itu mereka bersusah payah berlari meski kenyataannya mereka malah berjalan.
"Aku gak kuat," ucap Naysa ngos-ngosan.
"Semangat bentar lagi nyampe," ucap Tania berusaha menyemangati dirinya sendiri dan teman-temannya.
"Ayo terus lari di sana air minum yang sejuk sedang menunggu kita," ucap Candy.
"Terus jalan jangan berhenti nanti di tambah larinya," ucap Tyra yang mempercepat langkah kakinya.
Mereka pun terus berlari tidak mau putaran kelilingnya di tambah.
Begitu sampai di depan botol minum, Candy langsung saja meneguk airnya hingga tersisa setengah.
"Leganya," ucapnya riang setelah dahaganya telah terpenuhi.
"Iya air yang biasa saja kalau habis lari emang keliatan segar," ucap Tania yang baru saja menghabiskan semua air minumnya hingga tidak tersisa.
"Aku gak bawa minum minta punya kamu ya," Naysa mengambil air minum yang masih tersisa setengah di tangan Candy, lalu meneguknya sampai habis."Segarnya."
Setelah mereka selesai minum rasa kepanasan baru terasa. Apalagi mereka duduk di lapangan.
"Panas banget," ucap Naysa mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahnya.
"Iya rasanya pusing saking panasnya," ucap Tania sambil menghalangi sinar matahari menyinari kepalanya dengan meletakkan tangannya di atas kepalanya.
"Kalian sepertinya sudah kelelahan jadi Bapak memberikan kalian jam istirahat lebih cepat dari biasanya. Silahkan beristirahat," ucap Pak Bayu.
"Terima kasih Pak," jawab mereka serentak.
Dengan tenaga yang tersisa mereka berjalan menuju kelas. Sesampainya di kelas mereka langsung duduk di bangku masing-masing.
"Cape banget jadi pengen tidur," ucap Tania menelungkupkan kepalanya diatas tangan.
Candy merentangkan tangannya yang terasa pegal. Setelah itu ia menjadikan buku sebagai kipas agar ia tidak terlalu kegerahan.
"Kipasin aku dong Sel," ucap Naysa.
"Aku juga mau," ujar Tania.
"Aku juga," Tyra ikut-ikutan.
Candy menghembuskan nafasnya kesal melihat teman-temannya begitu. Meski demikian begitu ia tetap mengipasi teman-temannya.
"Monggo kanjeng ratu," Candy mengipasi mereka.
"Lebih cepat Sel," ujar Tania.
"Kearah sini gak kerasa Sel," ucap Naysa.
"Aku gak kebagian," ucap Tyra.
Candy pun mengipasi mereka lebih cepat sehingga angin yang di keluarkan terasa. Mereka pun terlihat menikmati angin sejuk ini.
Saat sedang mengipasi ide jail muncul, dengan semangat Candy mengipasi mereka dengan sangat cepat.
"Woy Sel anginnya terlalu kencang."
"Santai Sesel jangan cepat-cepat."
"Terus Sel nyaman."
Begitulah ucapan teman-temannya. Melihat teman-temannya kesal Candy semakin semangat mengipasi mereka dengan sangat cepat, saking cepatnya buku yang ia pegang malah terlempar.
Bruk
Candy mematung melihat bukunya terlempar ke wajah Azel. Semua orang menatap kejadian yang begitu cepat itu.
Azel mengambil buku yang baru saja mendarat di wajahnya. Ia melihat nama yang terletak di bagian atas kanan buku ini. Di sana tertulis nama yang sangat familiar.
"Candy," gumam Azel membaca buku itu. Pandangan Azel kini tertuju kepada sang pemilik buku ini.
"Hahaha kena wajah kamu," suara tawa terdengar dari mulut Candy. Ia sudah berusaha menahan tawa tapi tetap saja ia tidak bisa menahannya.
Suasana hening hanya terdengar tawa dari Candy. Naysa yang menyadari situasi menyikut perut Candy.
"Aw kenapa sih Nay? " ringis Candy, suara tawanya sudah hilang.
"Liat kondisi Sesel, lagi kayak gini bukannya kamu minta maaf malah ketawa," bisik Naysa yang berada di sebelah Candy.
"Habisnya lucu sih jadi aku gak bisa nahan tawa," ucap Candy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Cepat minta maaf keburu tuh bocah ngamuk," ujar Naysa.
Candy pun berjalan mendekati Azel yang masih memegang bukunya.
"Maaf," permintaan maaf itu bukan dari Candy melainkan dari Azel. Candy menatap Azel bingung.
Azel menyerahkan buku Candy lalu berucap kembali."Maaf."
"Maaf kenapa harusnya aku yang minta maaf karena gak sengaja ngelempar buku aku ke wajah kamu," ujar Candy.
"Maaf soal yang waktu itu," ucap Azel lagi dengan nada yang rendah, untung Candy ada di depannya jadi ia masih bisa mendengar apa yang di ucapkan oleh Azel. Mengerti pembicaraan ini mengarah kemana. Candy pun tersenyum.
"Aku maafin tapi jangan di ulangi," ujarnya.
"Hm," jawab Azel ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Meski begitu terlihat telinganya memerah. Mungkin Azel malu.
"Aku juga minta maaf ya, pasti sakit kena lempar buku," Candy sudah bisa membayangkan betapa sakitnya jika ia yang merasakan itu.
"Iya," jawab Azel singkat.
"Cie udah saling memaafkan apa artinya kalian sekarang akur? " tanya Harrel.
Sedari tadi mereka emang mendengarkan percakapan antara Azel dan Candy.
"Gak," ucap Candy dan Azel berbarengan.
"Tadi kan udah saling memaafkan masa masih musuhan," ujar Naysa.
"Kita saling memaafkan sama kita musuhan itu dua hal yang berbeda," ucap Candy. Di angguki oleh Azel.
"Terserah kalian lah yang penting aku bahagia," ucap Tania.
"Apa hubungannya? " Naysa bingung dengan ucapan Tania.
"Diam aja kalau kamu gak ngerti," ujar Tania.
"Kalian ngerti? " tanya Naysa kepada Candy dan Tyra. Di balas gelengan kepala oleh mereka.