Karena saya masih wanita yang beradab,
masih bisa mengganti kecewa dengan doa, sekalipun berbaur dengan luka sepertimu.
Bertahun tahun hidup dalam hubungan rumah tangga yang tidak sehat. Tiap saat harus berhadapan dengan orang orang yang memiliki jiwa tak waras, suami kejam, mertua munafik, kakak dan adik ipar yg semena mena. Bertahan belasan tahun bukan karena ingin terus hidup dalam tekanan tapi karena ada anak yang harus dipertimbangkan. Namun dititik tiga belas tahun usia pernikahan, aku menyerah. Memilih berhenti memperjuangkan manusia manusia tak berhati.
Jangan lupa kasih like, love dan komentarnya ya kak, karena itu sangat berarti buat kami Author ❤️
Salam sayang dari jauh, Author Za ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku juga bisa melawan
Saat aku dan Hasna hendak berangkat dan kami sudah berada diatas jok motor Vario merah kesayanganku, tiba tiba suara serak mas Yudha terdengar nyaring memanggil namaku.
"Halwa! Tetap disitu!"
Mas Yudha melangkah menghampiriku dengan tatapan tajamnya, nampak jelas kemarahan di wajah lelakiku itu, dan di belakang mas Yudha terlihat Mbak Yeni dengan senyuman mengejek. Ternyata wanita licik itu telah mengadu pada mas Yudha. Apa dia pikir aku akan takut dan mau mengikuti segala kemaunnya lagi. Owh tentu tidak. Aku akan bersikap tegas untuk kali ini. Lagian saat ini aku juga sudah ada di depan rumah, kalau saja mas Yudha akan melakukan kekerasan, aku akan teriak. Di depan sudah banyak ibu ibu yang sedang berkumpul, belanja di mamang sayur.
"Kenapa Mas? Aku mau ngantar Hasna ke sekolah. Setelah itu, aku juga harus berangkat kerja."
"Kenapa kamu tidak menyiapkan sarapan untukku hari ini?"
"Maaf Mas. Aku capek. Lagian di rumah ini juga sudah ada ibu dan Mbak Yeni, mereka juga bisa masak kan?
Dan bahan bahan di kulkas juga hanya tinggal tempe sama bayam satu ikat saja, dari pada aku masak dan tidak ada yang doyan, ya lebih baik aku nggak masak, bukankah mas Yudha dan yang lain tidak suka dengan sayur bayam?" Aku masih bersikap tenang menyikapi wajah wajah emosi yang ada di hadapanku, anggap saja ini hiburan sebelum aku benar benar keluar dari rumah ini.
"Banyak alasan kamu! Kamu kan bisa belanja. Tuh ada tukang sayur, tinggal beli apa susahnya." Mas Yudha bekacak pinggang sambil menunjuk tukang sayur dengan kepalanya. Menyuruh belanja tapi tidak memberi uang, sama saja bohong, apa dia pikir semua serba gratis, mau makan enak tapi tidak mau keluar uang, enak saja!
"Baiklah, mana uangnya?"
Kutadahkan tangan di hadapan suamiku, sambil memberinya senyum semanis mungkin, barangkali dia akan memberiku lembar warna merah, kan lumayan.
"Kenapa minta ke aku, kamu kan kerja. Ya pake uangmu." Rasanya ingin sekali menampar mulutnya itu, yang gemar sekali bicara tanpa tahu malu, yang mau makan siapa? Yang disuruh belanja siapa? Dasar suami tidak punya hati.
"Kalau begitu. Ya sudah! Aku mau berangkat. Kasihan Hana, nanti terlambat sekolahnya.
Dan aku juga sudah tidak sudi lagi memberi makan kalian semua." Sengaja ku tekan kata memberi makan, agar mereka merasa terhina dan menyadari kalau selama ini merekalah yang sebenarnya numpang hidup padaku, bukan aku yang numpang seperti yang selalu mereka katakan.
"Kurang ajar kamu! Sudah berani kamu sama suami. Sepertinya aku harus memberimu pelajaran." Mas Yudha mencekram pergelangan tanganku, rasanya sangat sakit, aku berusaha menepisnya, namun tenaganya jauh lebih kuat dariku.
"Lepaskan Mas, atau aku akan teriak minta tolong. Di depan banyak ibu ibu, aku yakin mereka akan menolongku, dan mereka semua akan tau sifat aslimu selama ini. " Aku sedikit mengancamnya, aku yakin mas Yudha pasti akan lebih memilih nama baiknya.
Mas Yudha tetap belum melepaskan cengkraman tangannya, dia hanya menatapku nyalang, terlihat jelas kilat kemarahan disana. Tanpa kuduga Hasna berteriak minta tolong pada warga, dan itu membuat Mas Yudha dan Mbak Yeni kelabakan.
"Tolong! Tolong!. Bu, tolong bundaku, itu bunda mau di sakiti papa." Teriak Hasna dengan kencang, sehingga langsung mengundang perhatian ibu ibu yang sedang asik belanja.
Beberapa ibu ibu pada berlarian menuju ke arah kami. Bu Tejo selaku Bu RT langsung mendekatiku dan menatap mas Yudha dengan tatapan yang entah.
"Bu Halwa ada apa, ibu baik baik saja kan?" Tanya Bu Tejo serius.
Ini kesempatanku untuk bisa membuat keluarga ini jera dan mempermalukan mereka di depan warga.
"Tangan saya sakit Bu. Mas Yudha memaksa saya untuk memasak, sedang bahan yang dimasak tidak ada, padahal sebagai istri saya tidak pernah diberi uang belanja olehnya, tapi saya selalu di suruh untuk mencukupi semua kebutuhan keluarga, hingga saya rela jadi buruh di toko, dan saat ini saya sudah tidak punya uang lagi. Uang gaji saya selalu habis diminta ibu dan mas Yudha." hikz hikz aku pura pura sangat sedih dan meneteskan air mata, kulirik mas Yudha mengepalkan kedua tangannya dan mbk Yeni nampak sangat tidak nyaman, terlihat jelas kecemasan diwajahnya.
"Benar seperti itu pak Yudha?
Padahal selama ini, kami kira pak Yudha itu begitu royal sama Bu Halwa, karena sempat beberapa kali saya memergoki pak Yudha sedang membeli tas yang harganya lumayan mahal." Balas Bu Tejo tak percaya, bahkan tanpa sengaja sudah membuka perselingkuhan mas Yudha di depan umum, ini pasti akan seru. Seketika wajah mas Yudha berubah pucat dengan mata terus berkedip, menandakan dia sedang tidak nyaman dengan situasi ini.
"Apa?
Bu RT pernah melihat mas Yudha membeli tas wanita? Kapan Bu? Karena saya merasa tidak pernah dikasih hadiah apapun oleh Mas Yudha loh. Selama menjadi istrinya, jangankan hadiah tas mewah, Daleman saja tidak pernah dia kasih, wah sepertinya suamiku punya selingan dong." Rasanya puas sekali membuat mas Yudha di posisi seperti ini, pasti saat ini dia menahan marah dan malu karena ulahku, menyenangkan.
"Benarkah? lalu tas itu untuk siapa?
Jangan jangan selama ini pak Yudha punya selingkuhan?" Balas Bu Tejo penuh selidik.
"Wah benar itu, sudah pasti punya wanita simpanan. Sudah jelas bukan buat Bu Halwa. wah nggak menyangka Yaaa, laki laki yang keliatannya baik ternyata bobrok kelakuannya, amit amit punya laki begitu sudah tak muntilasi kalau aku.' Suara riuh ibu ibu dengan prasangkanya masing masing makin membuat mas Yudha mati kutu, wajahnya memerah dan nampak kedua tangannya mengepal erat.
"Benar Mas, kamu selingkuh?"
Aku pura pura bertanya seoalah tidak pernah tau kelakuannya selama ini, padahal aku sudah banyak mengumpulkan bukti perselingkuhannya, hanya ingin tau gimana jawabannya.
"Kenapa sih kamu percaya dengan ucapan ibu ibu ini. Kalau nggak ada bukti jangan asal nuduh."
"Owh iya, lantas, tas itu? yang waktu beli ketemu Bu RT, itu buat siapa? yang pasti bukan untukku kan?" Sengaja aku memojokkan mas Yudha di hadapan tetangga, dan terlihat mas Yudha langsung salah tingkah, bingung harus menjawab dengan alasan apa. Rasain kamu Mas, makanya jangan sok selingkuh kalau belum siap dipermalukan.
"Itu, ituuuuu
Anu, itu sebenarnya buat kamu, tapi aku lupa naruh. Hilang deh. Gak tau siapa yang ambil."
'Mas, mas. Kamu pikir, aku sebodoh itu. sampai kamu membohongiku dengan alasan seperti anak kecil.'
"Yasudah, aku sudah tak perduli lagi dengan apa yang kamu lakukan, dan aku juga sudah tidak mau tau lagi dengan urusan keluarga ini. Mulai hari ini, aku dan Hasna akan keluar dari rumah ini, dan satu lagi. Aku sudah mengajukan gugatan ke pengadilan, tunggu saja panggilan dari pengadilan." Tak ingin berpisah lama lama adu mulut dengan manusia munafik seperti mas Yudha, karena waktu sudah hampir siang, kasihan Hasna kalau sampai terlambat ke sekolah.
Mas Yudha dan mbk Yeni langsung melongo dan melotot dengan apa yang aku bicarakan. Rasain! apa kalian pikir aku akan terus diam dengan perlakuan semena mena kalian selama ini, dan ada saatnya aku melawan, waktunya adalah hari ini, akan aku buktikan. Halwa Maharani juga bisa bangkit dan menjelma menjadi wanita kuat.
Setelah mengatakan itu, aku kembali menaiki montor dan mengajak Hasna untuk segera pergi, tak lupa mengucapkan terimakasih pada ibu ibu yang sudah datang untuk menolongku dari cengkraman mas Yudha.