Dibuang karena Ramalan ... Kembali karena Dendam.
Novel ini mengisahkan tentang seorang putra dari Kaisar Langit yang hendak dibunuh oleh ayahnya sendiri karena suatu ramalan. Beruntung, sebelum anak itu berhasil di bunuh, dia di bawa pergi oleh seorang pria tua dan menyembunyikannya di alam Tengah.
Zhang Ziyi namanya...
Hari-hari dia lalui dengan penuh kemalangan dan kesialan. Hingga pada suatu ketika, kesialan itu membawa dia pada sebuah goa, dimana di situlah keberuntungannya ia temukan. Dari situ pula lah dimulainya suatu perjalanan. Perjalanan Menjadi Yang Terkuat Diantara Yang Terkuat... Perjalanan Menggulingkan Kaisar Langit....
"Aku Zhang Ziyi... Seorang Putra dari Kaisar Langit, akan kembali ke alam atas... Menemui kaisar langit dan Menggulingkan Kaisar Langit... Mereka yang menghalangi jalanku, akan ku tebas dengan Pedang Naga Langit!!" ~Zhang Ziyi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahmat Kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 6 ~ Goa
"Tak ada jalan lain!" Zhang Ziyi menoleh ke arah tebing yang menjulang tinggi hingga menembus langit di depannya. "Aku harus memanjat tebing ini!"
Tanpa menunda waktu, Zhang Ziyi lantas memanjat tebing tinggi di hadapannya. Terus memanjat hingga ketinggian sekitar sepuluh meter dari tanah.
Harimau Api sendiri saat ini telah sampai di bawah tebing. Seakan tak ingin melepas Zhang Ziyi, Harimau itu juga ikut memanjat tebing.
Melihat harimau api yang juga memanjat tebing, Zhang Ziyi meningkatkan kecepatan memanjatnya. Namun hal itu membuatnya dalam masalah. Kakinya salah berpijak pada batu yang tidak kuat. Membuat kakinya terpeleset. Zhang Ziyi nyaris terjatuh, beruntung ia masih sempat memposisikan diri.
Sementara Harimau Api hanya bisa memanjat tidak lebih dari tiga meter, setelahnya ia terpeleset dan terjatuh. Sekali terjatuh, tidak membuat binatang buas itu menyerah untuk mendapatkan daging manusia itu.
Namun beberapa kali ia mencoba, hasilnya sama saja. Harimau itu selalu saja terjatuh. Pasrah. Binatang buas itu menunggu Zhang Ziyi dari bawah. Mondar-mandir kesana-kemari sembari memamerkan taringnya ke arah Zhang Ziyi di atas sana. Auman keras pun tak lupa ia keluarkan, membuat tempat itu sedikit bergetar.
Di sisi lain, Zhang Ziyi yang tengah memanjat tebing menoleh ke bawah. Harimau api tak lagi mengejarnya. Ada rasa lega di hati anak itu. Namun yang menjadi masalahnya, Harimau itu tak mau menyingkir. Dan malah memilih menunggu ia turun atau terjatuh.
"Sial, kenapa harimau itu begitu setia menunggu."
Zhang Ziyi kembali melanjutkan aksi memanjatnya. Semakin tinggi dirinya kala itu. Beberapa saat, ia menemukan bagian tebing yang mendatar. Tanpa pikir panjang ia langsung naik ke tempat yang mendatar itu.
"Huuh, akhirnya!"
Diperhatikannya di bawah. Tak ada yang bisa ia lihat selain gumpalan awan yang membentang luas. Pohon-pohon yang menjulang tinggi juga dapat disaksikannya.
Larut dalam pemandangan tersebut, tiba-tiba saja ia merasakan batu tempat ia berpijak bergetar sesaat. Suara Auman harimau Api juga bisa ia dengar dari atas sana.
"Beruntung, aku telah berada di sini. Kalau tidak, mungkin aku akan terjatuh tadi."
Zhang Ziyi bangkit. Berjalan beberapa langkah ke depan sembari memperhatikan tebing, yang nampaknya masih terlampau tinggi untuk ia daki.
Hari saat itu telah menunjukan tanda-tanda akan malam. Langit biru mulai berganti warna menjadi kuning kemerah-merahan.
Tak berselang lama, awan mulai menghitam. Sinar jingga sang mentari mendadak dihalau oleh gumpalan awan kelabu. Zhang Ziyi mulai panik. Hujan nampaknya akan turun sebentar lagi. Awan hitam di atas sana mulai melontarkan cahaya menyilaukan sesaat. Yang disertai dengan suara dentuman Guntur yang terdengar begitu menggelegar. Tentu saja Zhang Ziyi tersentak kaget dibuatnya.
Gerimis mulai turun yang semakin lama semakin menderas. Zhang Ziyi kelabakan mencari tempat untuk berteduh.
Berlari hingga beberapa saat, Zhang Ziyi menemukan sebuah goa yang mulutnya tertutupi oleh daun-daun yang menggantung. Tanpa pikir panjang, pemuda itu langsung memasuki goa tersebut.
Tepat setelah pemuda itu berada dalam goa, hujan turun semakin menderas. Guntur juga terdengar bersahutan. Kilatan petir juga menyambar dimana-mana. Entah, bencana atau apa.
Pemuda itu berjalan menyusuri goa yang gelap. Kewaspadaannya tidak berkurang sedikitpun. Pedang yang terselip segera di hunus nya. Takutnya terdapat binatang buas seperti ular dan kelelawar yang mendiami goa ini.
Berjalan hingga beberapa saat. Namun tak dia temukan sesuatu yang mencurigakan dalam goa. Ia menghela nafas lega. Namun kesialan kembali menimpanya.
Zhang Ziyi tidak menyadari kalau di depannya adalah dinding goa. Dan dia menabrak dinding goa tersebut.
Bukk!
Begitu keras saat lelaki itu menabrak dinding goa. Kepalanya terasa pusing sejenak hingga beberapa saat Zhang Ziyi pun kehilangan kesadarannya.
***
Tersadar Zhang Ziyi di sebuah ruangan aneh. Semuanya nampak putih, hampir tak terlihat kegelapan di tempat itu.
"Tempat apa ini?"
Zhang Ziyi bangkit dari posisinya yang semula terbaring. Memperhatikan area sekitar, namun tak dapat ia lihat sesuatu pun di sana. Selain kehampaan yang tak berujung.
Zhang Ziyi berjalan mengitari ruangan putih itu. Sampai lelah ia berjalan, namun tetap tak menemukan ujungnya. Terhitung sudah hampir sejam ia berjalan. Rasa-rasanya ia hanya berkeliling di tempatnya semula.
Kesal! Zhang Ziyi berhenti berjalan. Ia memilih untuk duduk, sembari merenungi kehidupan yang sebelumnya ia jalani. Sedikit sekali Zhang Ziyi menemukan sebuah kebahagiaan, selebihnya adalah rasa pahit.
Selang beberapa saat ia larut dalam pikirannya, tiba-tiba saja ia dikagetkan oleh awan yang tiba-tiba saja muncul di atas nya. Awan tersebut kemudian membentuk sebuah wajah seorang pria tua dengan kumis putihnya yang panjang.
Zhang Ziyi memperhatikan awan itu. Sedikit aneh baginya. Apalagi awan tersebut juga bisa berkedip kepadanya. Wujudnya pun tak terlalu jelas dan transparan. Nampak seperti kabut asap yang berkumpul dan membentuk kepala pria itu.
"Si-siapa kamu?" Kontan saja, terkejut sekaligus takut akan sosok itu. Zhang Ziyi mendadak termundur beberapa langkah ke belakang.
Kedua sudut bibir sosok tersebut terangkat, membentuk sebuah sunggingan aneh
"Kau tak perlu takut, anak muda. Aku mendatangi mu karena ingin membantumu."
Sosok tersebut berusaha menenangkan Zhang Ziyi. Meski demikian, Zhang Ziyi nyatanya masih tak bisa tenang.
"Nak, kau tak perlu takut. Aku tak akan memakanmu... Kau hanya perlu tenang dan dengarkan semua perkataan ku."
Mencoba untuk tenang, seperti apa yang di katakan sosok tersebut. Zhang Ziyi berdiri kembali.
"Nak. Waktuku tidak lama. Dan aku hanya mempunyai dua kesempatan untuk menjenguk mu..." ucap sosok tersebut dengan suara yang menggema di seluruh ruang. "Langsung saja pada intinya...."
Sosok tersebut kemudian menjelaskan bahwa dahulu ia sempat menyegel dantian Zhang Ziyi. Hal itu jugalah yang membuat kultivasi pemuda itu tersangkut di Ranah Pendekar Tahap 2.
Terkejut sekaligus tak percaya Zhang Ziyi mendengar penjelasan sosok dihadapannya ini. Sejak lama ia berlatih keras. Bahkan siang malam tak kenal yang namanya lelah. Rasa lapar rela ia tahan demi untuk menaikkan kultivasinya. Namun ia tetap tidak bisa menerobos Ranah selanjutnya. Dan sekarang, Taulah ia alasannya.
Dantian Zhang Ziyi ternyata disegel oleh sosok tersebut. Entah hendak marah, ataukah senang. Mengetahui bahwa dantian nya di segel dan mendapat kesempatan untuk menerobos tahapan selanjutnya.
Namun disisi lain, ia juga tak terima. Karena sosok tersebut yang menyegel dantian nya. Zhang Ziyi harus di hina setiap hari. Karena sosok tersebut yang menyegel dantian nya. Zhang Ziyi harus mendapat perlakuan buruk dari orang banyak. Terutama sepupunya sendiri.
7 tahun...
Dimulai dari lima tahun ia berlatih kultivasi. Setengah tahun pertama Zhang Ziyi mendapat pujian anggota klan, karena proses menerobos ke ranah pendekar tahap 2 begitu cepat dari anak-anak seumurannya.
Namun hal buruk menimpa dirinya, kala itu juga. Setelah setahun Zhang Ziyi berkultivasi, namun tak pernah ia menerobos Ranah selanjutnya, saat itu pula lah dimulainya kepahitan hidup. Semakin hari, semakin kasar pula perlakuan orang-orang klan terhadapnya. Hingga di tahun kedua sampai sekarang, Zhang Ziyi menjalaninya dengan penuh kepedihan. Pedih secara fisik maupun mental.
\=\=\=\=
Terima kasih telah membaca cerita ini...
LIKE.... komen jangan lupa...
\=\=\=\=
Ranah Kultivasi....
~ Ranah Pendekar tahap 1-9
~ Ranah Langit tahap 1-9
~ Ranah Dewa tahap 1-9
~ Ranah Surgawi tahap 1-9