Sheila yang dibesarkan dari orang tua yang tak pernah menyayanginya dan selalu dianggap sebagai pembantu di rumah sendiri, dia tak pernah menyangka bahwa dia akan menikah dengan seorang pengusaha terkenal dan ternama juga seorang mafia yang sangat kejam.
Menikah dengan orang asing apa lagi dengan seseorang yang belum ia kenal sama sekali karena dia harus menggantikan kakaknya yang kabur di pernikahannya karena harus membayar hutang.
Brian seorang pengusaha terkenal di New York dan memiliki banyak bisnis di berbagai negara namun tidak banyak orang yang tahu bahwa dia juga seorang mafia kejam yang tak segan-segan untuk melenyapkan orang yang mengganggunya. Sedangkan Sheila wanita periang dan juga lemah lembut harus dipasangkan dengan mafia kejam yang bisa saja menyakitinya.
Bagaimana kelanjutannya???
Kalau kepo langsung baca ceritanya ya......
🥕🥕🥕
FOLLOW INSTAGRAM @LALA_SYALALA13
FOLLOW TIKTOK @LALA_SYALALAA13
FOLLOW FACEBOOK @LALA SYALALA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6_Frustasi (REVISI)
Sementara itu di tempat lain Brian sedang berada di markas Elang dengan Aldo dan juga yoga, Yap yoga juga termasuk dalam anggota elang karena ayah yoga dulu adalah tangan kanan papinya sebelum beliau meninggal karena kecelakaan.
"Bos," sapa Aldo pada Brian saat pria tampan itu baru saja masuk ke dalam markas.
"Bagaimana dengan pengiriman senjata api do?" tanya Brian kepada Aldo soal pengiriman senjata ilegalnya.
Bukan markas Elang namanya kalau tidak bisa melakukan sesuatu, bahkan penyelundupan senjata api pun berjalan dengan lancar dan sedang dalam perjalanan dengan sangat ketat.
"Semuanya beres bos, rencananya besok sampai." ucap Aldo.
"Bagus."
Setelah itu Brian, Aldo dan juga yoga pun melakukan pembahasan tentang beberapa klien mereka yang melakukan penumpukan hutang dan tak kunjung terbayarkan, selain sebagai penyelundup senjata api dan barang ilegal lainnya, selain narkoba pastinya karena Brian sangat tidak terlalu suka dengan barang tersebut begitu pun sang papi.
Brian juga meminjamkan beberapa uangnya kepada beberapa orang yang sedang kepepet dan butuh uang cepat tetapi dengan bunga yang juga tak kalah besar, tapi orang-orang bodoh yang meminjam uang ke Brian hanya mengiyakan saja tanpa tahu resiko jika tidak bisa membayarnya.
Setelah membahas hal itu Brian pun pergi meninggalkan markasnya sedangkan yoga memilih untuk stay di sana dan menemani Aldo, yoga memang sangat akrab dengan Aldo selain mereka anggota Elang orang tua mereka juga berteman baik.
Brian melajukan mobil sportnya membelah jalanan kota menuju ke mansion nya, saat dia membuka pintu di sana dia melihat mami dan papinya sudah pulang dari acara pesta anniversary pernikahan om Willy dan juga Tante Sintia yang juga orang tua dari Mike sahabatnya.
Namun sayang Brian tidak bisa ikut karena dia ada urusan di markas tadi sehingga dia pun beralasan sedang banyak tugas di kantor, kalau sampai maminya tahu dia ternyata ke markas Elang sudah habis dirinya di lahap sang mami.
"Mami sama papi udah pulang?" tanya Brian sambil duduk di kursi kosong di ruang tamu, membuyarkan ke fokus an orang tuanya.
"Iya Bri." jawab papi dengan singkat.
Sedangkan mami Salma hanya menoleh saja kemudian kembali fokus ke layar televisi seperti tak ingin berbicara dengan sang anak.
"Mami kenapa?" tanya brian yang sepertinya di cuekin oleh sang mami.
"Bri, kamu beneran kan ada calon buat di kenalin ke mami?" tanya mami.
Brian pun di buat ketar ketir, pasalnya dia belum sama sekali mencari calon untuk di kenalkan dengan sang mami, rasanya Brian sekarang frustasi akibat desakan mami nya untuk Brian membawa calonnya ke sini dan juga segera menikah.
"Mami sabar ya, kan mami bilangnya satu Minggu ini baru satu hari mi!" sahut Brian, mami Salma pun hanya cemberut terus.
"Karena mami udah gak sabar bri, oh ya bri tadi mami ketemu cewek cantik dan baik loh, kalau kamu belum ada calon biar mami deketin kamu ke cewek itu!" sahut mami dengan sangat antusiasnya.
"Astaga, mami tenang aja Brian pasti akan bawa calon Brian kok!" sahut Brian memberikan pengertian kepada sang mami.
Setelah perdebatan panjang soal calon istri, Brian pun memilih untuk kembali ke kamarnya dan membersihkan dirinya, Brian tak habis pikir kenapa mami nya selalu saja memaksanya untuk segera menikah padahal umur juga masih 27 tahun, umur yang masih muda bukan.
🥕🥕🥕
Sedangkan Sheila setelah masuk ke rumah sederhananya langsung di halangi oleh kakak dan mamanya yang sudah ada di depannya saja.
"Kakak, mama!" ujar Sheila terkejut akan kehadiran mereka.
"Mana uang!" pinta mama dengan menodongkan tangannya dan di ikuti oleh kak Maria.
"Ma Sheila enggak ada uang, kemarin kak Maria juga udah ambil semua uang Sheila," ucap Sheila sedikit bergetar.
Karena mendapat penolakan dari Sheila, mama dan kakaknya pun merampas tas Sheila dan mencari di mana dompetnya berada, saat menemukannya mereka pun segera mencari uang di dalamnya namun nihil tidak ada uang sama sekali di tasnya.
"Mana uang nya? Seharusnya hari ini kan kamu gajian!" bentak mama dengan menjambak kuat rambut Sheila, hingga sang empunya rambut meringis kesakitan akibat perlakuan kasar mamanya.
Sudah biasa bagi Sheila jika mama, papa dan kakaknya minta uang ke Sheila tapi Sheila tidak punya pasti mereka akan main kasar dan juga main tangan sama Sheila.
"Ma beneran Sheila gak ada uang sama sekali, tadi udah gajian tapi Sheila buat untuk bayar hutang ke mbk Ika." Sheila memohon kepada mamanya untuk melepaskan tarikan di rambutnya yang sangat sakit.
Setelah beberapa saat mamanya pun melepaskan tangannya dari rambut Sheila dan juga bertepatan dengan papanya yang baru saja pulang kerja.
Papa memiliki perusahaan kecil sehingga masih bisa untuk menghidupi keluarga dan juga mempekerjakan asisten rumah tangga, namun papa suka sekali mabuk-mabukan kemudian judi sehingga uang sering kali habis karena di habiskan oleh papanya, Sheila merasa miris dengan keluarganya ini.
"Ada apa ribut-ribut ini?" tanya papa saat baru sampai dan mendengar keributan di dalam rumah.
"Nih kamu tanya ada sama gadis sial ini!" pekik mama sambil mendorong tubuh Sheila yang sudah sangat lemah itu.
"Ada apa?" bentak papa ke arah Sheila, Sheila selalu saja takut dengan bentakan papanya karena papanya akan selalu saja memukul jika sudah bentak seperti tadi.
"Tadi mama dan kakak minta uang ke Sheila, tapi Sheila sama sekali gak ada uang pa!" ucap Sheila dengan sedikit pelan.
Plak
Tamparan keras dilayangkan papanya kepada Sheila membuat gadis cantik itu pun memegang pipinya erat dan menundukkan kepalanya mencoba menahan air matanya agar tidak turun, namun nihil usahanya sia-sia air matanya pun jatuh tak terbendung.
"Gak usah nangis!" bentak papa lagi.
"Kalau mama atau kakak kamu minta tinggal kamu kasih gak usah alasan tau," sahutnya lagi kemudian meninggalkan Sheila yang masih saja menangis.
Sedangkan mama dan kakaknya yang melihat kejadian itu pun tersenyum gembira sambil melenggang pergi menyisakan Sheila sendirian di ruang tamu, dengan lemah Sheila pun berjalan menuju ke kamarnya, dia tak habis pikir kenapa hidupnya sangat sengsara sekali.
Mereka selalu saja minta uang ke Sheila, padahal kan Sheila bukan mesin ATM berjalan yang bisa selalu mengeluarkan uang, Sheila bekerja keras hingga bisa mendapatkan uang.
Untung saja gajinya tadi ia tabungkan di rekening yang memang tidak ada yang tahu dan hanya mbk Ika saja yang tahu dan ikut membawanya, karena jika Sheila yang bawa pasti sudah habis uang tersebut.
Ia tak tahu kenapa perlakuan keluarganya sangat beda sekali dengan perlakuan mama dan papanya terhadap kak Maria, sedangkan dia selalu saja di hina dan di kasari, rasanya sesak jika Sheila harus menanggung ini terus.
.
.
TBC