NovelToon NovelToon
Istri Bayaran Milik Tuan Raja

Istri Bayaran Milik Tuan Raja

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Cintamanis
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.7
Nama Author: ICHA Lauren

Demi membiayai operasi ayahnya yang terkena serangan stroke, Cleantha terpaksa meminjam uang pada rentenir. Ia berharap bisa mendapatkan pekerjaan untuk membayar hutangnya itu. Namun kenyataan berkata lain. Cleantha gagal mendapatkan pekerjaan dan malah bertemu dengan seorang lelaki misterius dalam sebuah kecelakaan. Lelaki itu memaksanya untuk menjadi isteri kedua sebagai ganti rugi atas kerusakan mobilnya.

Karena ketakutan, Cleantha menolak permintaan lelaki itu dan melarikan diri. Tapi takdir membawanya kembali bertemu dengan lelaki itu, melalui sebuah ajang kompetisi wanita untuk memenangkan hadiah seratus juta.

Cleantha yang keluar sebagai pemenang, dipaksa menjadi isteri kedua Raja Adhiyaksa di atas sebuah perjanjian. Akankah Cleantha mampu menjalani hidup sebagai isteri bayaran, yang hanya dijadikan alat pembalasan dendam oleh Raja atas pengkhianatan isteri pertamanya?



Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 Seleksi Awal (Part 1)

Sehabis mandi, Cleantha keluar dan melihat perawat sudah datang untuk memeriksa kondisi ayahnya.

"Pak, saya cek tekanan darahnya dulu," kata perawat itu sambil memasangkan tensimeter ke lengan Tuan Sigit.

Mata Tuan Sigit memandang ke arah Cleantha. Walaupun tidak berbicara sepatah katapun, pria separuh baya itu seolah-olah ingin berbicara lewat matanya.

"Sekarang coba gerakkan tangan kanannya, Pak. Perlahan-lahan saja."

Mendengar permintaan dari perawat, Tuan Sigit berusaha untuk menurutinya. Ia menggeser tangan kanannya ke samping lalu menaikkannya sedikit ke atas, meski lengannya masih tampak gemetar.

"Bagus, Pak. Sekarang ganti tangan yang kiri."

Kali ini, Cleantha menangkap rasa cemas yang terpancar dari sorot mata ayahnya.

Ia mendekat pada tempat tidur ayahnya untuk memberikan semangat.

"Yah, jangan takut. Coba saja gerakkan tangan kiri Ayah. Kalau tidak bisa tidak apa-apa."

Tuan Sigit mengedipkan mata dua kali, pertanda memahami maksud putrinya.

Ia mulai mengerahkan tenaga untuk menggerakkan tangan kirinya. Satu, dua, hingga tiga kali, namun usaha nya tidak kunjung membuahkan hasil.

"Masih sulit digerakkan, Pak? Tidak apa-apa, kita akan coba lagi nanti," kata perawat itu sambil mencatatkan beberapa hal di laporannya.

"Nanti juga Ayah pasti bisa melakukannya," sambung Cleantha berusaha membesarkan hati ayahnya.

"Suster, kapan dokter datang?"

"Dokter Anwar akan visit jam sebelas siang, Nona. Saya tinggal dulu, nanti saya akan kembali membawakan obat."

Perawat itu membereskan peralatannya lalu melangkah pergi.

Tak berselang lama, seorang petugas wanita datang mengantarkan sarapan pagi.

"Silakan sarapannya," ucap petugas itu meletakkan nampan di atas meja.

"Terima kasih, Mbak."

Cleantha mengambil mangkuk yang berisi bubur hangat untuk menyuapi ayahnya.

"Yah, ayo sarapan dulu supaya Ayah bisa minum obat."

Dengan telaten, Cleantha menyendokkan bubur ke mulut ayahnya.

Awalnya Tuan Sigit nampak enggan, namun lambat laun ia mau menerima suapan dari putri yang dahulu dibencinya itu.

"Sebentar, Yah, ada telepon masuk," ucap Cleantha mendengar nada dering dari ponselnya.

Ia meraih ponsel yang sengaja disimpannya di laci meja semalam.

Cleantha mengerutkan dahi saat melihat sederetan nomor tak dikenal yang muncul di layar ponselnya.

"Nomor siapa ini? Jangan-jangan panggilan wawancara kerja,"

gumam Cleantha penasaran.

Secercah harapan muncul di hati Cleantha. Tanpa pikir panjang, ia menerima panggilan tak dikenal itu.

"Halo, selamat pagi, maaf ini dengan siapa," sapa Cleantha sopan.

"Selamat pagi, apakah ini dengan Nona Cleantha Hastomo?"

Suara wanita dari balik telepon itu terdengar kurang bersahabat.

"Iya, Bu. Ini saya sendiri, Cleantha."

"Nona Cleantha, saya Jihan dari Adhiyaksa Multifinance. Kami telah menerima kiriman email Anda kemarin. Anda dinyatakan lolos dalam proses seleksi data awal. Kami ingin mengundang Anda untuk menghadiri wawancara tahap pertama. Wawancara diadakan hari ini pukul satu siang. Untuk lokasinya, kami telah mengirimkan alamat beserta denahnya ke email Anda."

"Hari ini jam satu?" ulang Cleantha.

Wanita bernama Jihan itu mengeraskan suaranya.

"Benar Nona. Jika Anda tidak hadir artinya Anda dinyatakan gugur dalam kompetisi. Jadi kami tunggu kedatangan Anda tepat waktu. Terima kasih," tegas wanita itu mengakhiri panggilannya.

Cleantha segera membuka kotak masuk pada emailnya, berdasarkan informasi yang diberikan oleh wanita bernama Jihan itu.

Mata Cleantha langsung tertuju pada urutan email teratas dengan judul 'Denah Lokasi Wawancara.'

"Lokasi wawancara untuk kompetisi: Vila Chrysant, Bogor,"

baca Cleantha terkejut.

Raut wajahnya berubah panik saat menatap jam dinding yang terpasang di ruangan itu.

"*Ini sudah jam tujuh lewat tiga puluh menit. Perjalanan ke Bogor paling tidak membutuhkan waktu dua jam. Aku harus berangkat secepatnya. Tapi bagaimana dengan Ayah? Siapa yang akan menjaganya*?"

Cleantha teringat pada ibu tirinya, Ana. Hanya dia yang memiliki waktu luang untuk berjaga seharian di rumah sakit hari ini. Namun Cleantha tidak yakin ibu tirinya itu bersedia memberikan bantuan. Mustahil juga bila ia meminta tolong pada Keyla. Kakaknya baru saja masuk kerja setelah mengajukan cuti beberapa hari.

Merasa menemui jalan buntu, Cleantha memutuskan untuk menghubungi Ana.

"Clea, ada apa menelpon Tante," tanya Ana tidak suka.

"Maaf, Tante. Bisa aku minta tolong pada Tante untuk menjaga Ayah? Sehari ini saja. Aku ada urusan mendadak, Tante. Aku mohon...." tutur Cleantha berupaya membujuk Ana.

"Urusan apa? Mau wawancara kerja lagi? Kalau iya batalkan saja. Tante yakin kamu akan ditolak untuk kesekian kalinya. Kamu cuma membuat susah Tante," gerutu Ana.

"Aku memang akan menghadiri wawancara, Tante. Tapi ini untuk memenangkan kompetisi. Hadiahnya seratus juta."

"Apaaa??? Kamu tidak asal bicara, kan?"

"Tidak, Tante. Kompetisi ini dari kantornya Kak Keyla. Kalau aku memenangkan uang itu, aku bisa melunasi semua hutangku pada Tante Puspa."

"Tante harap kamu tidak berbohong, Clea. Lalu kompensasi apa yang akan kamu berikan pada Tante kalau Tante mau membantumu?" tanya Ana berterus terang.

"Aku janji bila aku menang, aku akan memberikan sebagian uangnya kepada Tante."

Ana menimbang-nimbang sejenak sebelum memberikan jawaban.

"Baiklah, kali ini Tante akan mengalah."

"Terima kasih, Tante. Tolong Tante segera datang ke rumah sakit karena aku harus berangkat sebentar lagi."

"Iya. Bawel sekali kamu," sentak Ana menutup telpon Cleantha.

Hampir sejam Cleantha menunggu ibu tirinya dalam keresahan.

Menit demi menit terasa bergulir lambat, hingga Ana muncul tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Tante, kenapa baru datang?"

"Apa kamu baru sehari tinggal di Jakarta? Tentu kamu tahu bagaimana macetnya jalan raya di jam seperti ini."

"Kalau begitu aku berangkat sekarang ya, Tante. Tolong jaga Ayah. Jam sebelas nanti dokter akan memeriksa kondisi Ayah."

Ana mengayunkan telapak tangannya untuk mengusir Cleantha.

"Iya, tidak usah berlagak memberitahu Tante. Sana cepat pergi sebelum Tante berubah pikiran."

"Sekali lagi, terima kasih Tante.

Cleantha mencium tangan ayahnya sebelum pergi dari kamar rawat inap.

"Ayah, Clea, pamit dulu. Doakan Clea supaya menang," ucap Cleantha bergegas pergi.

...****************...

Cleantha menyandarkan kepalanya di sandaran kursi bus. Sesekali ia melirik jam, memastikan bahwa ia tidak terlambat sampai di tempat tujuannya.

Suara kernet bus yang melengking, menyadarkan lamunan Cleantha. Melihat para penumpang lainnya turun dari bus, Cleantha pun mengikuti mereka.

Wajahnya terlihat bingung menyaksikan deretan vila yang berjajar di hadapannya.

"Menurut denah, vila Chrysant ada di sekitar sini. Tapi kelihatannya lokasi vila itu lebih masuk ke dalam. Aku akan berjalan kaki kesana,"

batin Cleantha seraya membaca ulang denah di ponselnya.

Cleantha berjalan lurus ke depan, menyemangati dirinya sendiri untuk bisa menemukan lokasi vila Chrysant.

Karena sibuk dengan pikirannya sendiri, Cleantha tidak sadar bila ada seorang pria yang mengawasinya sejak tadi.

"Nona, tunggu!" seru pria bertubuh tinggi dan berseragam biru tua itu.

Cleantha menengok ke belakang dan menatap pria itu penuh rasa curiga.

"I...iya, Tuan. Ada apa?"

"Nona, apakah Anda salah satu peserta kompetisi gadis muda?" tanya pria itu mengamati Cleantha.

"Dari mana Anda tahu, Tuan?"

"Karena saya ditugaskan oleh Tuan saya untuk menjemput para peserta. Siapa nama Anda, Nona?" tanya pria muda itu enggan berbasa-basi.

"Nama saya Cleantha Hastomo."

Pria itu mengangguk lalu membuka ponselnya. Bola matanya bergerak ke atas dan kebawah, seperti sedang membaca sesuatu.

"Nona Cleantha. Anda dijadwalkan untuk wawancara jam satu siang. Bisa berikan kartu identitas Anda," lanjut pria itu tidak sabar.

"Tuan, maaf, saya tidak bisa memberikan identitas saya kepada orang asing."

"Maaf, Nona tapi ini syarat untuk bisa memasuki Vila Chrysant. Vila itu adalah vila pribadi milik Tuan saya. Tidak sembarang orang diperkenankan masuk. Jadi saya harus memastikan Anda benar-benar Nona Cleantha. Ini kartu pengenal saya," ujar pria itu menyerahkan kartu namanya.

"Edo Pranata, supervisor Vila Chrysant," baca Cleantha.

"Bagaimana Nona? Bisa berikan kartu identitas Anda sekarang?"

"Ini, Tuan," ucap Cleantha menyerahkan apa yang diminta pria itu.

"Baik, Nona, mari ikut saya!"

Pria itu mengembalikan kartu identitas Cleantha lalu berjalan dengan langkah lebar. Cleantha sampai merasa kewalahan mengejar kecepatan pria bernama Edo itu.

"Nona, kita sudah sampai. Ikuti saya ke dalam," perintah pria itu.

Dua orang security berbadan tegap membuka gerbang keemasan yang menutupi vila Chrysant.

Seketika Cleantha dibuat takjub menyaksikan pemandangan di depan matanya. Betapa tidak. Vila Chrysant tampak bagai kediaman para konglomerat yang acapkali hanya dilihat Cleantha melalui televisi.

Dan yang paling memukau Cleantha adalah hamparan bunga chrysan yang begitu memanjakan mata di taman depan.

"Nona, ayo masuk. Bu Siska tidak suka menunggu peserta terlalu lama," ajak Edo mengingatkan Cleantha.

"Baik, Tuan."

Seorang pelayan wanita berbaju putih membukakan pintu depan untuk Cleantha.

"Permisi, Mbak," sapa Cleantha sebelum melangkah masuk.

Setibanya di dalam, Cleantha dibuat makin terkesiap saat melihat ruang tamu yang begitu luas.

"Tuan Raja itu pastilah sangat kaya. Vilanya saja semegah ini,"

gumam Cleantha terkagum-kagum.

"Silakan duduk disini, Nona. Nanti Bu Siska akan memanggil Anda kalau giliran Anda sudah tiba."

"Baik, Tuan," jawab Cleantha menurut.

Cleantha duduk di sofa panjang yang berwarna merah maroon. Di sampingnya ada dua orang gadis yang sudah menunggu terlebih dulu dalam diam.

"Selamat siang," sapa Cleantha menganggukkan kepalanya.

"Siang," sapa dua gadis itu bersamaan.

"Maaf, apa Mbak juga peserta kompetisi gadis muda?" tanya Cleantha mencari tahu.

"Iya, Mbak."

"Oh, kalau begitu kita sama," jawab Cleantha tersenyum.

Sambil menunggu giliran dipanggil, entah mengapa jantung Cleantha berdetak makin kencang. Ia terlalu risau memikirkan pertanyaan apa yang akan diajukan padanya.

Bila ditanya tentang pengalaman kerja, ia akan kalah telak karena ia belum pernah bekerja sebagai pengasuh anak. Latar belakang pendidikannya pun menyimpang jauh dari dunia anak-anak. Mungkin saja panitia akan menganggapnya kurang waras karena berani mendaftar sebagai seorang pengasuh.

"Nona Cleantha, Nona," tukas suara seorang wanita memanggil Cleantha.

Cleantha mengangkat wajahnya dan melihat seorang wanita berumur empat puluhan akhir sedang berdiri tegak di depannya.

"Nona Cleantha, apa Anda tidak mendengar saya memanggil nama Anda?" tanya wanita itu.

Tatapan matanya sangat tajam seolah ingin menyibak semua misteri tentang Cleantha.

"Oh, maaf, Bu."

"Ayo ikut saya ke ruang tengah. Kita akan memulai wawancaranya sekarang."

Wanita bertampang galak itu berjalan dengan high heelsnya mendahului Cleantha. Sementara Cleantha hanya bisa mengekor dari belakang.

1
Katherina Ajawaila
pasti ada Raja junior 🤭
Katherina Ajawaila
keren, aku suka bacanya, sukses thour🥰
Katherina Ajawaila
sumpah keren endingnya, walau awal2 bacanya keret2 outhour yg jadi Sutrada🥰🥰🥰
Katherina Ajawaila
semoga Clea Terima demi Al
Katherina Ajawaila
gitu donk Raja, knp ngk dari dulu aja 🤭
Katherina Ajawaila
senyum akhirnya Cleo🤣
Katherina Ajawaila
mantap. opa oma jadi comblang🤭
Katherina Ajawaila
Modus Raja, kasihan
Katherina Ajawaila
keren thour, ada sisi kasian Almero
Katherina Ajawaila
bagus lah biar kembali ingat memori ya thour🤭
Katherina Ajawaila
makanya jd org berpikir positif🤣
Katherina Ajawaila
keren thour, Next
Katherina Ajawaila
sedih amat thour😭
Katherina Ajawaila
outhour, tegak banget, masa meninggal Alvian😭
Katherina Ajawaila
ngk jelas tua2 maruk semua, mati hanya pakai kafan harta ngk di bawa
Katherina Ajawaila
kasihan amat mmg nya org gol bawah kenapa, hina. outhour ceritanya keras ttg realita hidup.
Katherina Ajawaila
kapok lo Raja, cemen. nama boleh Raja tapi mines akhlak, hitung dink di jebak baru 2 minggu hamil udh 5 minggu., kan bego ngk tuh
Katherina Ajawaila
kepo deh kaya ibu2 arisan.
Katherina Ajawaila
kyla jDi pembunuh, ngiri ya ade mu dpt org kaya. dasar pratu
Katherina Ajawaila
iblis jalang di cerai in dia udh bisa jalan Raja ko ngk bertindak cepat. msh suka selingkuh 😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!