SUKSES SETELAH BERPISAH

"Dengar Fad,ibu mau Lia jadi menantu ibu. Anaknya pintar dan berkelas. Nggak malu-maluin saat diperkenalkan di acara keluarga. Ngga kayak si Kiara itu, Ngga jelas. Ibu sampai malu ngenalin dia di keluarga kita." Setelah berkata Bu Nani segera masuk ke kamar. Ia tak perduli dengan respon dari sang anak. Dirinya bergegas masuk ke dalam dan ingin berbaring santai.

Mendengar ibunya membahas mantan istrinya,Fadly kembali teringat akan kejadian yang baru saja ia alami. Hatinya kembali terbakar cemburu mengingat mantan sahabatnya dekat dengan mantan istrinya.

"Andri keparat! Ia benar-benar ingin membalas dendam rupanya. Akan aku ladeni. Aku tak rela Kiara bersamanya." Gumam Fadly kembali dikuasai amarah. Kecemburuannya saat ini menguasai akal sehat yang ia miliki.

Sambil menyandarkan tubuhnya di sofa,Fadly berselancar di media sosial facebooknya. Sekedar melihat-lihat beranda yang mungkin saja menarik untuk dibaca. Sekilas semua postingan yang dibacanya terlihat membosankan. Sampai pada akhirnya matanya menangkap sebuah postingan yang membuatnya terkejut.

"Loh,bukannya ini papah ? Tapi siapa wanita yang bersamanya ?" Dengan penasaran, Fadly segera menelusuri sebuah akun yang menandai temannya Kenso. Namun tak ditemukan apa-apa yang bisa menjelaskan siapa wanita yang bersama sang papa. Di dalam foto tersebut terlihat Pak Dani memeluk mesra sang wanita.

"Apa ibu tahu tentang hal ini ?" batin Fadly. feeling-nya tak enak setelah melihat foto sang ayah bersama wanita lain. Apalagi selama ini Pak Dani jarang pulang ke rumah dengan alasan kerja di luar kota.

Bu Nani pun selama ini berpikir bahwa sang suami sedang sibuk dengan bisnisnya.

"Aku harus memantau gerak-gerik papah mulai sekarang. Tapi ....kenapa sudah beberapa hari ini papah tak pernah pulang." Monolog Fadly pada dirinya sendiri. Fadly merasa tak tenang. Banyak kekhawatiran dan pikiran buruk terlintas di dalam benak Fadly saat ini. Sepertinya ia mulai menyadari jika sang papa akhir-akhir ini mulai berubah.

Karena kelelahan dengan pikirannya,Fadly segera masuk ke kamar untuk beristirahat. Niatnya untuk meminta bantuan ibunya segera di urungkan untuk sementara.

Fadly masuk ke kamar dan segera beristirahat.

Saat semua penghuni rumah sedang beristirahat siang. Pak Dani pulang ke rumah. Seperti biasa saat memasuki rumah,suasana terasa sepi. Ia segera meneruskan langkahnya ke kamar nya bersama sang isteri.

Bu Nani terkejut dan bangun dari tidurnya saat mendengar bunyi pintu kamar di buka. Dirinya begitu terkejut melihat sang suami berada di depan matanya.

"Pah, kapan sampai ?" Tanya Bu Nani lembut. Ia begitu rindu pada sang suami yang sudah pergi selama beberapa hari dan sulit dihubungi.

"Barusan." Jawab Pak Dani cuek sambil membaringkan tubuhnya di samping sang isteri namun posisinya membelakangi.

Melihat itu,kening Bu Nani mengernyit heran. Tak biasanya sang suami seperti ini. Nalurinya sebagai seorang isteri menangkap bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh suaminya. Dan saat ini suaminya mulai berubah.

"Udah makan Pah ?" Bu Nani mencoba berusaha memberikan perhatian pada suaminya itu.

"Tumben kamu perhatian ? Biasanya kamu nggak mau tahu aku sudah makan atau belum." Ucap Pak Dani tajam pada sang isteri.

"Deg!" Perkataan sang suami sontak membuat Bu Nani tersentak kaget akan kelakuannya selama ini yang sering mengabaikan tanggung jawabnya sebagai seorang isteri.

"Maafkan mama Pah,selama ini Mamah terlalu sibuk memikirkan bisnis." Bu Nani mencoba untuk membela diri.

"Oya ? Tapi kalo jalan sama geng sosialita nggak sibuk ya Mah ?" Pertanyaan balik dari sang suami sukses membuat Bu Nani bungkam. Di akuinya memang selama ini dirinya benar-benar tak memperhatikan sang suami saking dirinya sibuk mencari pengakuan diri dari orang lain.

"Teruslah bersikap seperti kemarin-kemarin. Aku sudah terbiasa dan tak lagi menuntut untuk kamu layani. Dan untuk anak-anak didiklah sesuai kemauan mu,dan aku harap jangan pernah mengeluh jika suatu saat mereka menyusahkan mu,karena aku tak mau mendengarkan itu semua." Akhirnya pak Dani mengeluarkan semua apa yang selama ini tersimpan di dalam hatinya.

Bu Nani bungkam seribu bahasa mendengar perkataan suaminya. Dirinya benar-benar tak sanggup menyanggah semua perkataan sang suami karena memang semua itu sesuai fakta. Kini,tak ada lagi sikapnya yang keras kepala saat berbicara dengan suaminya.

Setelah perkataan itu,suasana kamar kembali hening. Baik Pak Dani maupun Bu Nani kembali terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing.

Entah sudah beberapa menit kedua pasangan suami istri itu terdiam ,akhirnya Pak Dani kembali angkat bicara.

"Mungkin hari ini terakhir aku pulang ke rumah." Suara Pak Dani terdengar pelan namun membuat Bu Nani terkejut.

"Kenapa Pah ? papa ingin pisah ?" Tanya Bu Nani dan segera bangkit dari tempat tidur. Mendengar perkataan sang suami membuatnya terlonjak kaget. Mata Bu Nani mulai berkaca-kaca menatap sang suami.

"Pisah ? Tidak sekarang,aku hanya ingin pisah ranjang denganmu untuk sementara waktu." Seolah tak memikirkan perasaan sang isteri,Pak Dani berucap dengan santai.

Bu Nani sangat syok menghadapi kenyataan saat ini. Suaminya tiba-tiba berubah dan mengatakan hal yang menyakitkan hati. Namun di sisi lain,ia membenarkan bahwa selama ini ia lalai menjalankan tugasnya sebagai seorang isteri.

"Maafkan mamah Pah,kita perbaiki semuanya kembali,Mamah janji akan menjadi isteri yang benar-benar berbakti pada suami." suara Bu Nani terdengar bergetar menahan tangis. Jauh di lubuk hatinya ia sangat menyayangi suaminya meskipun selama ini ia terlihat tak memberikan perhatian.

"Sudahlah,aku tak ingin menerima janji. Aku ingin pergi sekarang." Setelah berkata,Pak Dani segera bangkit dan berniat keluar dari kamar namun ditahan oleh istrinya.

"Pah,jangan pergi. Sekali ini saja beri mamah kesempatan memperbaiki semua kesalahan mamah selama ini." sedikit mengiba,Bu Nani menahan lengan suaminya itu agar tak keluar dari kamar.

Pak Dani terdiam sejenak memandang sang isteri. Ada rasa iba menjalar dalam hatinya. Bagaimanapun juga istri nya ini sudah bertahun-tahun bersama dirinya. ada rasa tak tega melihat linangan air mata yang terus mengalir di pipi isteri nya itu. Namun jika mengingat kembali betapa keras kepalanya Bu Nani,kembali ia bertekad untuk pisah ranjang sementara waktu.

Sebenarnya pisah ranjang hanyalah alasan Pak Dani untuk menguji dirinya sendiri apakah masih mencintai sang isteri atau tidak lagi. Ia berpikir,mungkin saja rasa rindu akan kembali hadir dalam dirinya jika berjauhan dalam kurun waktu yang lama.

Akhirnya dengan membulatkan niat,Pak Dani melepaskan cekalan tangan sang isteri dan bergegas keluar dari kamar. Bu Nani tak lagi menahan suaminya. Ia menangis tergugu di dalam kamar menyesali semua keegoisan nya selama ini.

Dari dalam kamar,Bu Nani bisa mendengar bunyi mobil suaminya pergi menjauh dari rumah.

Semua sudah terlanjur. Waktu tak lagi bisa diputar,oleh karena itu setiap manusia sudah sepatutnya menghargai apapun yang kita miliki. Bu Nani menghentikan tangisnya dan mulai menenangkan dirinya. Dalam hati ia bertekad untuk kembali meraih suaminya. Rumah tangganya harus diselamatkan .....