Ini kisah Alexa Hutama, seorang anak haram yang selalu mendapat tatapan kebencian dari keluarga ayahnya, Anggara Hutama. Tidak sampai di situ, kisah cinta Alexa pun tidak pernah mulus. Dihianati kekasih dan adiknya sendiri. Membuat Alexa yang penurut dan pendiam menjadi sosok berani dan liar. Apalagi setelah pertemuanya dengan seorang CEO dingin dan arrogant. Pria dewasa yang hanya ingin tubuhnya. Apa Alexa akan tetap bertahan? Pada hati yang selalu membuatnya sakit? Atau justru membuat Austin menyesali sikap acuhnya selama ini, begitu Alexa memutuskan hilang dari dunia ini dengan cara bunuh diri. Menceburkan diri dari kapal pesiar ketika hari pernikahannya. Cekidot. Baca juga novel Sept yang lain;
Rahim Bayaran
Menikahi Majikan
Dea I Love you
Istri Gelap Presdir
Suamiku Pria Tulen
Follow juga IG Sept yaa... yuk kenalan sama penulisnya.
Instagram ; Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hati Yang Kecewa
Wanita Pilihan CEO Bagian 6
Oleh Sept
Rate 18+
Ketegangan sempat menghampiri keduanya. Namun, Alexa langsung menyesuaikan keadaan.
Bibir wanita itu mengembang, melengkung mengumbar senyum. Ia mencoba bersikap manis dan senatural mungkin. Kemudian mulai merayu pria yang nampak dingin itu agar meleleh.
“Cemburu? Kamu marah hanya karena aku mengatakan kata cemburu. Ayolah ... itu hanya omong kosong.”
Alexa sangat mahir dalam berpura-pura patuh. Dia segera bermanja pada Austin seperti seekor kucing kecil yang ditindas kalau merasa sakit.
“Aku tidak peduli yang kamu lakukan di luar sana, aku sangat paham betul tempatku ... Tapi, badanku sekarang sakit semua. Bahkan ini ... terasa sangat sakit!” ucap Alexa manja, Alexa menatap lengannya. Berharap Austin juga melihatnya. Atau mungkin ini salah satu cara wanita itu mengalihkan perhatian Austin. Agar tidak marah lagi.
Sepertinya itu berhasil merubah mood Austin, karena detik berikutnya, ekpresi wajah Austin berubah. Bongkahan es itu pun mulai mencair.
“Mana yang sakit?” Austin kemudian semakin mendekati Alexa. Ia memeriksa tubuh Alexa dengan menyentuhnya.
“Yang ini,” Alexa kembali menatap lengannya. Ia bicara dengan manja.
“Tapi tidak apa-apa, dokter mengatakan obat antibiotik ini akan membuat pembuluh darah terasa sakit, jadi pembulu darah pada lengannya sekarang sedang nyut-nyutan,” tambah Alexa dengan wajah memelas, seolah mengharap belas kasih dari pria di sampingnya itu.
“Cengeng!” cetus Austin dengan wajah datar.
Alexa langsung memasang muka masam, bukannya dikasihani, pria itu malah mencibirnya wanita cengeng. Semua mengatakan ia cengeng, membuat Alexa merasa sangat benci dan tidak nyaman. Namun, ia pandai sekali menyimpa rasa. Di depan Austin, seolah ia baik-baik saja.
“Apa yang ini? Bagaimana? Apa masih sakit?” Meskipun mencibir Alexa dengan mengatakan wanita itu sangat cengeng, nyatanya Austin malah meletakkan telapak tangannya yang dingin di lengan Alexa.
Alexa menyipitkan matanya dan berkata lembut sambil tersenyum, “Kalu begini ... jadi nggak sakit lagi.”
Melihat sikap manis Alexa, Austin mengusap rambut Alexa dengan lembut. Keduanya pun kembali berbincang santai. Setelah berbicara sebentar, Aexa pun tertidur karena kecapekan, sedangkan Austin, ia duduk sambil memandangi wajah tidur wanita itu dengan sabar, dilihatnya paras Alexa yang memang sangat cantik.
Klek
Austin melihat siapa yang datang, ternyata bi Wati datang dengan membawa tempat makan. Sepertinya itu adalah bubur yang ia pesan tadi. Austin yang penasaran mengapa Alexa ditemukan pingsang, akhirnya mengintrogasi sang bibi.
“Kenapa Alexa sampai pingsan, Bik?” tanya Austin to the poin.
“Ah ... itu ... Anu, Tuan ...” Bi Wati kesulitan mengatakan apa yang ia ketahui. Takut kalau jawabannya salah dan mengundang masalah bagi keduanya.
“Katakan dengan jelas!” sentak Austin. Pria itu mungkin tidak sabar untuk mengetahui kenyataan apa yang membuat kekasihnya sampai pingsan di dalam vila.
Akhirnya, karena Austin terus memojokkan dirinya. Bi Wati pun mengatakan yang sebenarnya. “Anu ... Tuan ... Semalam nona Alexa ... sepertinya menghabiskan setengah botol whiskey, Tuan.”
Austin langsung mengepalkan tangan, memejamkan mata sesaat. Ia sangat tidak suka Alexa yang terus menyentuh Alkohol. Sedangkan bi Wati yang menyadari kemarahan dari sorot mata Austin, langsung menundukkan kepala, ia takut bila Austin marah pada dirinya. Hanya karena dia tak pecus menjaga Alexa.
“Tuan ...” Lagi-lagi Gerry muncul di saat yang tidak tepat. Asisten Austin mengingatkan Austin tentang rapat nanti sore.
“Kita harus segera ke perusahaan, Tuan. Semua sudah menunggu. Beberapa jajaran dewan direksi bahkan sudah menghubungi berkali-kali. Sepertinya kita tidak bisa membuat mereka terlalu lama menunggu,” tutur Gerry.
Mendengar perkataan dari sang asisten, ditambah ia sedang kesal pada Alexa karena masih saja menyentuh minum-minuman. Akhirnya Austin beranjak dari kursi dan pergi menghadiri rapat. Alexa tak lain hanya seorang wanita di sisinya, belum begitu penting hingga dia harus mengundur rapat.
Beberapa saat kemudian.
Saat bangun, Alexa hanya seorang diri di dalam bangsal. Wajahnya terlihat menyimpan kesedihan, ketika bangun, Austin tidak ada di sisinya.
Bi Wati yang berdiri di pojokan seakan mengerti, seolah ia tahu. Alexa sedang mencari sosok Austin yang sudah menghilang.
“Apa dia pergi sejak tadi?” tanya Alexa kemudian.
Bibi mengangguk. Dan itu membuat Alexa makin memperlihatkan kesedihan di raut wajahnya. Bibi sendiri merasa kasihan. Sepertinya nona mudanya itu lebih menyukai tuan muda, dari pada tuan muda menyukainya. Tapi, Alexa tidak seperti kebanyakan wanita di luar sana. Alexa tidak mengejar-ngejar tuan Austin seperti wanita lain, dan selalu terlihat acuh tak acuh, tapi yang paling penting dia juga pandai menyenangkan Austin.
“Apa dia tidak mengatakan sesuatu untuk disampaikan padaku?” tanya Alexa lagi.
Bi Wati mengeleng, Alexa pun tambah tersenyum kecut. Mengapa ia sangat mengharap Austin meninggalkan sesuatu padanya? Bahkan walau hanya sebuah pesan. Ish, ia mendesis dalam hati. Tersiksa dengan perasaanya sendiri.
“Non ... ini buburnya dimakan ya?”
Bibi membuka tempat makan, dan berjalan ke ranjang sambil membawa bubur yang diminta oleh Alexa tadi.
“Tidak ... aku tidak menginginkannya lagi.”
“Tapi, nanti saya dimarahi tuan. Makan sedikit saja, ya?” bujuk wanita yang tak lagi muda itu.
“Aku bilang tidak!” sentak Alexa frustasi.
"Tapi, Non ...!"
"Bibi tidak mengerti bahasa manusia?" sentak Alexa dengan kasar. Hatinya yang kecewa membuat ia melampiaskan kekesalannya pada asisten rumah tangga yang tidak tahu apa-apa tersebut. Bersambung.