Wanita Pilihan CEO 2
Wanita Pilihan CEO
Oleh Sept
Hotel Asthon, Jogyakarta.
Seorang wanita berjalan sempoyongan menuju salah satu bilik toilet di sebuah hotel bintang lima yang megah. Alexa Hutama, sang anak haram dari keluarga Hutama yang kehadirannya sangat tidak dianggap. Alexa bagai aib, seperti noda. Kehadirannya hanya merusak citra keluarga.
Gadis yang kelahirannya tidak diharapkan sama sekali itu, kini sudah beranjak dewasa. Ia tumbuh dan memiliki paras yang sangat menawan. Cantik dan memiliki daya tarik tersendiri. Tapi, sekarang gadis itu malah berjalan sambil tertatih, hampir saja ia jatuh terjerembab ke lantai kalau tidak berpegang pada dinding di sebelahnya. Akhirnya, setelah susah payah berjalan. Ia pun sampai di dalam salah satu bilik.
Ingin menenangkan diri sejenak, Alexa memilih duduk di atas closet yang masih tertutup. Ia memijit pelipisnya, kepalanya pusing, perutnya mual seperti diaduk-aduk.
"Sial!" Gadis itu memaki dan merutuk, sorot matanya menatap tajam ke depan. Alexa bangkit, ia berpegang pada apa saja yang bisa ia buat tumpuan. Kemudian melihat pantulan dirinya dengan rasa benci yang dalam. Alexa menatap cermin seperti musuh.
Tangannya menyalahkan keran air, membiarkan wajahnya basah sempurna. Ia harus segera mendapatkan kesadarannya lagi. Sembari membasuh wajah, kembali ia merutuk kesal.
"Argggh!"
Bibirnya yang merah menggoda perlahan terangkat, Alexa kemudian tersenyum kecut. Menyadari ia sedang dijebak, untung saja ia bisa menghindar. Namun, tubuhnya masih terasa amat lemas. Entah apa yang dimasukkan ke dalam minuman yang sudah ia minum beberapa saat lalu.
Tap tap tap
Tiba-tiba terdengar derap langkah yang semakin mendekat, Alexa menajamkan telinga, kemudian bersikap siaga. Takut bila orang yang sudah menjebak dirinya yang datang.
Klek
"Astaga!" Alexa yang masih merasa pusing, memegangi dadanya. Ia terhenyak menatap siapa yang datang. Jantungnya hampir lepas karena was-was yang berlebihan.
"Kamu nggak apa-apa?" Jessy mendekat. Teman baiknya itu merasa khawatir dengan kondisi Alexa. Ia berjalan ke arah Alexa yang nampak kacau tersebut.
"Oles ini," Jessy mengulurkan sebotol minyak. Berharap akan bisa meredakan rasa tak nyaman pada temannya itu. Jessy sepertinya bisa menebak, kalau Alexa sudah dijebak.
"Terima kasih," ucap Alexa kemudian mengoles benda itu pada perut dan pelipisnya.
"Aku bilang juga apa, terlalu beresiko datang ke tempat seperti ini."
"It's okay! Aku nggak apa-apa, kamu gak usah khawatir," ucap Alexa yang melihat penyesalan pada wajah teman baiknya itu. Bagaimana pun juga ini tidak ada kaitannya dengan Jessy. Anggap saja ia sedang kena apes, ketemu pria hidung belang yang mau menjebak dan menyeret dirinya ke ranjang.
Untung saja, sekarang Alexa bisa lolos. Meski dengan tubuh yang masih lemas. Telat sedikit, mungkin ia akan menyesali karena masuk kandang singa dengan suka rela.
"Kamu balik aja, aku beneran udah nggak apa-apa." Alexa menepis tangan Jessy yang memegangi tubuhnya.
Jessy nampak ragu. Namun, ia juga memiliki sesuatu yang harus ia kerjakan.
"Beneran kamu nggak apa-apa kalau aku tinggal?"
"Hemm!" Alexa mengangguk, yang artinya tidak masalah ia ditinggal sendirian.
"Beneran, aku tak apa," tambah Alexa yang menangkap mimik penuh ragu Jessy.
Karena Alexa memaksa, akhirnya Jessy pun memutuskan keluar. "Hati-hati ya,"
Setelah mengatakan itu, Jessy bangkit. Gadis itu keluar dari bilik. Tapi, apa yang terjadi. Baru melangkah, ia malah dikejutkan dengan kehadiran sosok yang menakutkan.
"Gawat! Kalau sampai Austin tahu, mati aku!" batin Jessy melihat kekasih Alexa yang mendekat ke arahnya.
Dengan tatapan dingin dan mencekam, Austin berjalan melewati Jessy. Sepertinya ia tidak akan membiarkan Jessy. Tapi, ada yang lebih penting. Ia harus mengurus Alexa terlebih dahulu.
"Aduh ... bakal ada perang!" pikir Jessy, ingin melarikan diri. Begitu Austin memeriksa tiap bilik, buru-buru Jessy kabur.
Klek
Alexa muncul dari balik pintu dengan manik mata yang menajam.
"Ish!" Ia mengumpat, mengapa pria itu ada di sini? Mengapa ia datang di saat yang kurang tepat. Cemas, panik, Alexa meremas jari-jarinya.
"Kok bisa ke sini?" Alexa memaksa senyum palsunya.
Austin menjentik puntung rokok dengan santai, ia memindai seluruh bagian tubuh Alexa. Terlihat kacau, wajah pria itu pun berubah mengeras.
"Apa lagi yang mau kamu lakuin kalau aku ngak datang? Habis nemanin minum, mau nemanin tidur?" sindir Austin dengan sarkas. Menusuk tepat sasaran. Menyisahkan nyeri di relung hati Alexa yang paling terdalam.
Alexa menelan ludah dengan kasar, setelah itu ia berkata dengan nada sabar dan sedikit membujuk, "Mana berani aku."
Austin mendekat, ia langsung merangkul pinggul Alexa, lalu menahannya di atas wastafel sambil menatap wajahnya yang menawan dan sepasang kaki jenjang yang putih mulus, memang sesuai julukannya sebagai wanita tercantik di kota Yogyakarta. Tapi, dandanannya secantik ini justru untuk menemani orang lain minum-minum. Austin jelas merasa geram menahan amarahnya.
"Singkirkan itu," Alexa menatap rokok yang semula Austin hisap.
Austin lantas melempar rokok yang masih menyalah itu ke dalam tong sampah di sisihnya. Gadis itu selalu protes bila ia merokok, tapi ia tidak peduli.
"Katakan! Mengapa kamu ada di sini?"
Sekarang ganti Austin yang bertanya.
"Ah ... itu," Alexa terlihat kesulitan memberikan penjelasan. Ia takut bila kekasihnya tahu rencana apa yang ia lakukan.
"Katakan!" bisik Austin di telinga sang gadis.
Alexa bergidik ngeri, tak kala jari-jari Austin mulai menjalar dan menyusuri leher jenjangnya. Seperti sebuah isyarat, Austin ingin jawaban pasti.
"Ini tentang kompetisi mengambar waktu itu," ucap Alexa dengan ragu. Ia pikir Austin tidak akan ingat hal itu, sebab beberapa waktu lalu, ia meminta dukungan pada kekasihnya tersebut. Namun, Austin terlihat acuh dan tidak peduli.
Alexa salah sangka, ia bicara mengenai kompetesi di saat kurang tepat. Waktu itu Austin yang merupakan pimpinan perusahaan besar sedang meeting. Mana bisa Austin fokus pada dua hal yang bertolak belakang. Ia hanya sekedar mengiyakan, tapi tak terlalu tanggap tentang apa yang kekasihnya ucapkan.
Keduannya berada pada hubungan yang miss understanding.
"Jadi kamu ke mari untuk mencari sponsor?" tebak Austin yang langsung terpancing. Ia sudah menahan marah sejak tadi karena melihat Alexa minum bersama pria lain, sekarang dia malah mengetahui alasan Alexa ke sini. Jelas saja emosi pria itu langsung meluap.
"Bukan, bukan seperti itu."
Alexa langsung menempelkan kepalanya di dada bidang Austin. Ia mencoba merayu sang kekasih.
"Aku hanya ingin bertemu dan meminta ijin langsung agar aku bisa lolos ikut kompetesi itu. Tidak ada yang lain, hanya agar pihak mereka memperbolehkan aku ikut. Itu saja, tidak lebih."
"Lalu apa aku harus percaya? Lihat ini!" Austin mencium bau minuman yang menyengat dari mulut Alexa.
Reflek, Alexa melepas pelukannya. Ia kemudian ke wastafel. Membasuh wajahnya berkali-kali, gadis itu mencoba mencuci mulutnya, mencoba menghapus aroma minuman yang masih menyengat.
Melihat itu, Austin menarik pinggang Alexa.
"Cukup!" serunya pada sang wanita.
"Kamu pasti marah?"
"Mana bisa aku marah padamu!"
Austin langsung merampas bibir yang masih basah itu. Terasa dingin dan semakin lama makin hangat. Ia menyesapnya dengan dalam, dan ini adalah hukuman pertama untuk Alexa. Bersambung.
Baca juga novel Sept yang lain
Dinikahi Milyader
suami Satu Malam
Dipaksa Menikah
Wanita Pilihan CEO
Dea I love you
Kanina Yang Ternoda
cinta yang terbelah
menikahi pria dewasa
Pernikahan Tanpa rasa
The Lost Mafia Boy
Menikahi pria Cacat
suamiku Pria Tulen
dokter Asha and KOMPOL Bimasena
crazy Rich
selengkapnya kalian bisa klik profile Sept
Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
komalia komalia
lanjut
2024-02-25
0
Syifa Altafunnisa
mampir ya Thor 🙏🙏🙏 abis baca Guntur,,,kesini dlu nunggu Guntur up,,😁 lanjut
2022-10-26
0
💖 sweet love 🌺
mampir lg aq thor
2022-09-30
0