NovelToon NovelToon
Menjahit Luka Dengan Benang Khianat

Menjahit Luka Dengan Benang Khianat

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Selingkuh
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Penasaran dengan cerita nya lansung aja yuk kita baca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5: Umpan Di ujung Kail

Pagi itu, sinar matahari masuk melalui jendela besar kantor Arini, menerangi debu-debu halus yang menari di atas gulungan kain sutra. Namun, kehangatan itu tidak mencapai hati Arini. Di layar komputernya, sebuah notifikasi transaksi berhasil muncul. Sepuluh miliar rupiah telah berpindah ke rekening perusahaan properti milik Adrian, Adhi Jaya Land.

Arini menyandarkan punggungnya di kursi kulit. Ia tahu, dalam hitungan menit, ponselnya akan bergetar.

Benar saja. Sebuah panggilan masuk dari Adrian. Suara suaminya terdengar begitu bersemangat, hampir seperti anak kecil yang baru mendapatkan mainan baru yang sangat mahal. "Sayang! Dananya sudah masuk. Kamu benar-benar penyelamatku. Aku berjanji, proyek ini akan menjadi kesuksesan terbesar kita!"

"Aku senang mendengarnya, Ian," jawab Arini datar, tangannya memainkan gunting kecil yang biasa ia gunakan untuk memotong benang sisa. "Pastikan saja Maya menangani administrasinya dengan teliti. Aku tidak ingin ada kesalahan sekecil apa pun yang bisa menarik perhatian auditor."

"Tentu, tentu. Maya sedang bersamaku sekarang, kami sedang menyiapkan kontrak pembelian lahan di Bogor. Kamu tenang saja," ujar Adrian sebelum menutup telepon dengan terburu-buru.

Arini meletakkan ponselnya. Ia tahu "lahan di Bogor" itu adalah fiktif. Rendra telah mengatur agar makelar tanah yang dihubungi Adrian adalah orang bayaran mereka. Tanah itu sebenarnya tidak pernah bisa dibangun karena sengketa hukum yang rumit, namun di atas kertas, semuanya terlihat sangat menggiurkan bagi orang yang sedang dibutakan oleh keserakahan seperti Adrian dan Maya.

Beberapa jam kemudian, Maya masuk ke ruangan Arini dengan dalih mengantarkan laporan bulanan butik. Wajahnya berseri-seri, mengenakan tas tangan merek ternama yang harganya setara dengan tiga bulan gajinya. Arini tahu itu adalah "hadiah" pertama dari Adrian menggunakan uang sepuluh miliar tadi.

"Mbak Arini, terima kasih banyak sudah mempercayakan proyek besar ini kepada kami. Saya janji tidak akan mengecewakan Mbak," ucap Maya dengan nada yang sok akrab.

Arini menatap tas baru Maya sejenak, lalu beralih ke mata asistennya. "Tas yang bagus, Maya. Sangat cocok denganmu. Tapi ingat, dalam bisnis fashion maupun properti, sesuatu yang tampak mewah di luar terkadang memiliki jahitan yang buruk di dalam. Jika jahitannya lepas, semuanya akan terurai."

Maya sedikit tersentak, senyumnya memudar sesaat. "Maksud Mbak?"

"Maksudku, jagalah kepercayaan itu baik-baik," Arini berdiri, berjalan mendekati Maya. Ia memperbaiki posisi kerah baju Maya yang sedikit miring. "Karena sekali saja kau membuat kesalahan, aku tidak akan hanya memecatmu. Aku akan memastikan tidak ada satu pun rumah mode di negara ini yang mau menyebut namamu lagi."

Maya menelan ludah, ia merasa ada tekanan yang tidak kasat mata mencekik lehernya. Ia segera berpamitan dengan alasan banyak pekerjaan. Arini menatap kepergian Maya dengan tatapan kosong. Ia merasa jijik melihat bagaimana wanita yang dulu ia tolong dengan tulus kini tega menikamnya dari belakang hanya demi kemewahan semu.

Malam harinya, Arini bertemu kembali dengan Rendra di sebuah kafe remang-remang di pinggiran kota. Rendra menyerahkan sebuah alat perekam suara kecil.

"Ini dari penyadap yang kita pasang di mobil Adrian," kata Rendra.

Arini memasang earphone dan mendengarkan. Suara tawa Adrian dan Maya terdengar jelas.

"Arini benar-benar bodoh," suara Maya terdengar manja di rekaman itu. "Dia pikir dia sedang membantu suaminya, padahal dia sedang membiayai rencana kita untuk pindah ke Australia. Setelah uang ini cair dari proyek Bogor, kita tinggalkan saja dia dengan perusahaan properti yang bangkrut itu."

"Sabar, Sayang," suara Adrian menimpali. "Kita harus bermain cantik sedikit lagi. Aku masih butuh tanda tangannya untuk beberapa aset rumah. Setelah itu, dia bukan siapa-siapa lagi."

Arini melepas earphone-nya. Tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih. Rasa sakit itu kembali datang, menusuk jantungnya, namun kali ini rasa sakit itu tidak membuatnya ingin menangis. Rasa sakit itu mengkristal menjadi dendam yang dingin dan murni.

"Mereka ingin aku menjadi bukan siapa-siapa?" bisik Arini pada Rendra. Suaranya terdengar sangat tenang, yang justru membuat Rendra merasa ngeri. "Baiklah. Kalau begitu, aku akan membiarkan mereka merasa menjadi 'seseorang' untuk sesaat, sebelum aku menarik tanah tempat mereka berdiri."

Arini bangkit dari kursinya. Ia sudah tahu apa yang harus dilakukan di Bab selanjutnya. Ia akan mulai menarik satu per satu benang penyangga hidup mereka, membiarkan luka hatinya dijahit oleh kehancuran mereka sendiri. Benang khianat itu kini sudah benar-benar melilit leher Adrian dan Maya, dan Arini baru saja mulai menarik ujungnya.

1
Yulitajasper
Cerita yang 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!