Hidup dalam keluarga yang tidak bahagia. Ayahnya, ibunya, serta kakak laki-lakinya lebih perhatian dan melimpahkan kasih sayang pada putri tiri mereka, Rachel Carnida.
Ruby merasa tidak dicintai dan tidak dihargai oleh keluarganya sendiri. Dia berusaha untuk membuktikan dirinya dan mendapatkan perhatian keluarga, tetapi setiap upaya yang ia lakukan selalu gagal.
Ruby tidak pernah menyerah. Sampai suatu hari, Ruby dibawa paksa oleh Cakra ke sebuah club dan diserahkan pada teman-temannya sebagai bentuk kakalahan Cakra dari taruhan. Ruby terkejut, perbuatan Cakra semakin menambah deretan luka yang selama ini sudah ia dapatkan.
Ruby pun akhirnya menyerah. Ia tidak lagi berusaha untuk mendapatkan cinta dari keluarganya. Tujuannya kini hanya satu; membalas dendam terhadap mereka yang selama ini telah menyakiti hatinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RYB. 5 Ruby Harus Pulang.
Pagi hari, kala matahari belum sepenuhnya mampu menerangi bumi, Ruby tersadar. Ia membuka mata dan mendapati dirinya sudah dirawat di rumah sakit. Pandangannya juga jatuh pada Airis yang terlelap di sebuah kursi.
Ruby terharu—masih ada Airis, sahabatnya yang sangat peduli padanya.
"Airis..." panggil Ruby pelan.
Mendengar suara, Airis mengerjap, ia membuka mata saat melihat sahabatnya sudah siuman, membenarkan posisi duduk dan langsung meraih tangan Ruby.
"Ruby! Kau sudah sadar? Bagaimana perasaanmu?" tanya Airis penuh kekhwatiran. Ia bahkan berdiri untuk lebih mendekat pada Ruby.
Ruby tersenyum. "Aku baik-baik saja, Airis. Terima kasih sudah membantuku."
Airis mengangguk. Ia terlihat lega melihat kondisi Ruby pagi ini, wajah Ruby sudah tak lagi sepucat saat datang ke kostnya.
"Siapa yang melakukannya, Ruby? Apa yang keluarga Sanders lakukan kali ini padamu?" Airis bertanya dengan nada geram. Ia sungguh ingin sekali memberi pelajaran pada keluarga racun itu.
Ruby menceritakan semuanya pada Airis. Ia tak menutupi apapun. Bagaimana Cakra-kakaknya begitu tega menyerahkan dirinya sebagai pembayar kekalahan di sebuah club. Dan Ruby yang sengaja mengguyur tubuhnya dengan air dingin agar bisa terlepas dari niat buruk Emer.
Hingga rencana Roger Sanders yang akan menjodohkan putrinya-Ruby dengan Tuan Herison-pria tua yang kaya raya.
"Gila! Keluargamu semuanya sudah tidak waras! Mereka tidak memiliki otak!!" Airis tidak tahan untuk tidak mencaci maki keluarga Sanders. Mereka begitu kejam dengan Ruby.
"Aku...aku pergi dari rumah..."
Airis mengangguk, ia langsung memeluk Ruby yang menangis. "Keputusanmu sudah benar. Tidak ada gunanya hidup dengan orang-orang beracun seperti keluargamu itu! Tidak bisa menghargai dan tak memiliki hati! Kau pantas mendapatkan kehidupan yang lebih baik."
Dalam tangisnya, Ruby tersenyum teduh. Ia merasa lebih baik saat mendapatkan dukungan dari Airis.
"Aku akan selalu mendukungmu, Ruby. Kau tidak sendirian." Airis kian erat memeluk tubuh Ruby.
Dua sahabat itu berpelukan. Saling menguatkan.
Sedari dulu, Airis sudah sering meminta Ruby untuk keluar dari rumah yang tempatnya saja bak istana, tapi tak pernah memberikan rasa bahagia pada sahabatnya.
Hanya ada perbuatan semena-mena untuk Ruby, perintah yang sesuka hati, dan akan mencaci di saat Ruby tak berdaya dengan sakitnya.
"Aku pasti menyulitkanmu dengan biaya rumah sakit." Ruby menatap Airis yang sudah duduk di sisi ranjangnya. "Aku akan mencari pekerjaan secepatnya, Airis. Aku akan menggantinya."
"Kau tidak menganggapku sahabat?" tanya Airis tajam. Ia tidak suka mendengar perkataan Ruby. "Aku tidak pernah menghitung semuanya. Selagi aku ada, aku pasti akan membantumu."
Ruby tersentuh. Airis sungguh baik padanya. Sahabatnya itu merupakan gadis rantau, Airis kuliah di kota ini sembari bekerja. Ia wanita yang begitu mandiri.
"Bisakah kau membantuku mencari pekerjaan?" tanya Ruby pada Airis. "Aku akan berusaha dengan baik," ucap Ruby lagi dengan penuh tekad. Ia ingin merubah hidupnya. Ruby akan berusaha menjaga dirinya, menjaga kesehatannya agar imun tubuhnya yang lemah tidak menghambat dirinya saat bekerja.
Airis tersenyum, ia menggenggam tangan Ruby. "Aku pasti akan membantumu mencari pekerjaan yang sesuai denganmu. Kau tenang saja." Airis suka melihat tekad dan semangat yang Ruby perlihatkan. Ia adalah orang yang akan selalu memberikan dukungan pada Ruby.
Dan untuk sementara waktu, sebelum Ruby memulai kehidupan barunya, Airis meminta sahabatnya itu untuk tinggal bersamanya. Jangan pernah kembali lagi ke keluarga Sanders.
Namun, tekad besar Ruby itu sepertinya akan menghadapi tantangan juga kesulitan. Karena saat ini, di kediaman keluarga Sanders. Ketika semuanya berkumpul untuk melakukan sarapan, Roger Sanders sudah mencari keberadaan putrinya yang penyakitan itu.
"Di mana Ruby? Dia belum pulang juga?" Roger membuka suara.
"Dia tidak terlihat dari pagi, Dad. Dia juga tidak membersihkan kamarku," jawab Rachel santai. Biasanya setiap pagi ia akan melihat Ruby sudah sibuk dengan rutinitasnya—membersihkan rumah, termasuk isi dalam kamarnya.
Roger menatap istrinya, membuat Shinta lekas meminta salah satu pelayan untuk memeriksa kamar Ruby.
"Nona Ruby tidak ada di kamarnya, Nyonya," lapor pelayan itu pada Shinta dan mereka semua yang berada di meja makan bisa mendengarnya.
"Mungkin dia ketagihan menjual dirinya di club," ucap Rachel dengan tertawa. "Atau jangan-jangan dia mati karena kelelahan melayani teman Kakak." Meski kesal mengingat Cakra yang menyerahkan Ruby pada Emer, tapi Rachel tetap terkekeh geli saat membayangkan Ruby yang penyakitan dan tidak bisa apa-apa itu digauli.
Cakra juga ikut tertawa mendengar ucapan Rachel. Adiknya-Ruby itu hanya menang paras karena memiliki wajah yang sangat cantik, selebihnya Ruby tidaklah berguna. Makanya ia menyerahkannya pada Emer.
"Daddy tidak mau tahu. Ruby harus ada di rumah. Tuan Herison menginginkan adanya lamaran sebelum ia menikah dengan Ruby."
"Kenapa seperti itu, Dad?" Shinta menatap suaminya. Ia tidak ingin repot jika harus mempersiapkan acara untuk Ruby. "Langsung menikah saja. Dan terima semua yang diberikan Tuan Herison."
Roger terlihat mendesah frustasi. Itu juga yang ia inginkan-Ruby langsung menikah dengan Tuan Herison tanpa adanya lamaran. Karena Roger juga harus mempersiapkan acara untuk menyambut kedatangan keluarga Rykhad. Sangat tidak mungkin jika acara lamaran kedua putrinya diadakan bersamaan, kan?
"Tuan Herison yang menginginkannya. Dan aku terpaksa mengatur lamaran itu secepat mungkin. Pekan depan kita sudah akan menyambut kedatangan keluarga Rykhad. Sekertaris keluarga mereka sudah menghubungiku dan memberikan jadwal kedatangan."
"Lamaranku tidak bersamaan dengan Ruby, kan Dad?! Aku tidak mau itu!" ucap Rachel penuh penekanan. Ia tidak ingin itu terjadi. Kehadiran Ruby hanya akan merusak acaranya.
"Daddy akan menyambut cepat Tuan Herison besok. Ia memiliki jadwal kunjungan bisnis beberapa hari kedepan. Akan sulit mengatur jadwal bersamanya," beri tahu Roger peda istri dan anak-anaknya. "Jadi pastikan Ruby pulang hari ini!" Roger menatap Cakra dan bisa melihat putranya itu yang mengangguk.
"Ruby pasti akan pulang, Dad. Dia tidak akan bisa berbuat apapun di luar sana jika sedang sakit. Tidak akan ada yang mau menolong gadis lemah dan penyakitan sepertinya."
Roger mengangguk atas ucapan istrinya. Ia bisa lebih tenang. Rencananya yang sudah tersusun rapi untuk menyambut Tuan Herison serta kedatangan keluarga Rykhad sepertinya akan berjalan sesuai keinginannya. Pertunangan kedua putrinya bersama orang-orang hebat akan segera terealisasi.
Sekarang pokoknya bahagia dulu aku, Emer dan Ruby jadi nikah juga. Pernikahannya sudah di umumkan 💃🕺💃🕺💃