Apa kamu bisa bertahan jika seorang yang kau kasihi dan kau hormati menorehkan luka begitu dalam.
Penghianat yang di lakukan sang Suami membuat Ellen wajib berlapang dada untuk berbagi segala hal dengan wanita selingkuhan Suaminya.
Ingin rasanya Ellen pergi menjauh namun Davit, Suaminya tidak mau menceraikan. Ellen di tuntut bertahan meski hampir setiap hari dia menerima siksaan batin. Bagaimana hati Ellen tidak sakit melihat lelaki yang di cintai membagi perhatian serta kasih sayang nya di pelupuk mata. Namun tidak ada pilihan lain kecuali bertahan sebab David tak membiarkannya pergi.
Suatu hari tanpa sengaja, Ellen di pertemukan dengan seseorang yang nantinya bisa menolongnya terlepas dari belenggu David.
Langsung baca ya👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluSi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25
David pulang dalam keadaan berantakan. Dia sengaja datang ke rumah Paula untuk membicarakan sesuatu. Bu Sarah tampak panik melihat keadaan David yang penuh luka lebam sementara Paula sendiri malah menunjukkan ekspresi kesal. Ungkapan perasaan David di depan umum tentu membuatnya malu juga cemburu sebab posisi Ellen masih tidak bisa di geser.
Bu Sarah duduk di samping David dengan membawa kotak P3K. Dia tidak tahu menahu jika semalam David tak pulang karena tempat tinggal mereka terpisah. Demi menjaga calon cucu, Bu Sarah rela tinggal bersama Paula.
"Kamu habis jatuh atau apa?" Tanya Bu Sarah.
"Hum ya." Jawab David singkat. Di otaknya berkecamuk rasa kesal pada sosok Yuan yang di sebut sudah merebut Ellen darinya.
"Hati-hati Vid. Kamu itu mau punya anak loh. Jangan bertindak bodoh dengan mencelakakan diri hanya demi wanita itu. Nurut sama Mama, ceraikan saja Ellen." Tutur Bu Sarah. Rupanya dia tidak tahu tentang perceraian.
"Ini juga salah Mama. Kenapa menyuruhku menikah dengan wanita itu." Ujar David seraya menunjuk ke arah Paula yang tengah makan potongan buah.
"Bicara apa kamu Vid? Mama melakukan itu demi kebaikan mu dan juga nama..."
"Nama baik Mama di depan Ibu-ibu kampung itu?!" Sahut David menyingkirkan tangan Bu Sarah." Mama pun pantas di salahkan atas pembangkangan Ellen. Kalau bukan karena desakan Mama aku tidak mungkin menikah lagi!!!" Imbuh David ketus nan kasar.
"Bukan di depan Ibu kampung tapi bagaimana pendapat para relasi serta karyawan mu kalau bos mereka tidak punya keturunan. Orang besar seperti mu membutuhkan pewaris." Tutur Bu Sarah menjelaskan.
"Aku hanya butuh Ellen untuk hidup!" Jawab David tegas." Masalah anak bisa adopsi! Mama saja yang terlalu mencampuri kehidupan rumah tangga ku! Kalau sampai Ellen tidak bisa ku dapatkan lagi, Mama harus menerima konsekuensi dari perbuatan Mama!!!" Setelah melontarkan itu, David pergi.
Bu Sarah memegangi dadanya yang terasa sesak. Ini kali pertama David meneriakinya bahkan dengan nada tinggi nan kasar.
"Saya saja di umpat habis-habisan oleh David hanya karena wanita itu." Paula tersenyum simpul seraya menikmati potongan buah seolah tidak melihat perdebatan tadi.
"David tega sekali. Demi membela wanita itu sampai membentak Ibu kandungnya." Keluh Bu Sarah. Dadanya tampak naik turun menahan rasa sesak.
"Saya merasa tidak di hargai padahal di perut saya ada calon anaknya."
"Biarkan saja Paula. Kalau nanti David tidak perduli biar Mama yang merawat."
"Tidak bisa begitu Ma. Kalau memang anak ini tidak di hargai, lebih baik ku bawa pergi! Aku juga butuh pengakuan status." Terutama harta David.
"Jangan Paula, Mama mohon. Nanti akan Mama bujuk David agar menceraikan Ellen." Paula tertawa kecil.
"Mereka sudah bercerai tapi David tetap segila itu." Bu Sarah menoleh ke arah Paula." Saya pun terkejut." Imbuh Paula kembali makan.
"Bagaimana sih David, sudah punya kamu kok masih saja mengharapkan wanita tak berguna itu."
"Wajar Ma. Perusahaan David cukup besar dan sangat bisa menopang pengeluaran untuk membayar kacung. Tanpa uang, mana bisa dia berteriak nyaring ke Mama." Jawab Paula santai." Beda lagi kalau seluruh properti David bisa Mama kuasai. Pasti David akan jadi anak penurut dan patuh pada Mama." Bu Sarah tampak menghela nafas panjang.
"Mana paham Mama soal itu." Paula duduk tegak lalu membisikkan sesuatu ke telinga Bu Sarah yang memasang wajah bingung." Sepertinya ada di brangkas." Imbuh Bu Sarah.
"Mama tahu nomer PINnya?"
"Tidak tahu."
"Tugas Mama cari tahu, selebihnya biar saya yang mengatur. Nanti setelah semua aset berbalik atas nama Mama, pasti David bisa di kendalikan dan tidak lagi mengejar Ellen. Bagaimana Ma?"
Setelah menimbang beberapa saat, akhirnya Bu Sarah mengangguk. Tidak ada tujuan selain mencarikan sosok sempurna untuk pendamping David, tapi di sini Bu Sarah melupakan jika sangat mungkin bagi Paula mempunyai tujuan lain.
🌹🌹🌹
Ellen meletakkan secangkir kopi di hadapan Yuan. Sambil memangku nampan, Ellen duduk seolah kekacauan atas ulahnya tidak pernah terjadi. Sementara Yuan sendiri sangat canggung dengan sikap Ellen sekarang. Dia berandai-andai Ellen meminta maaf atas tamparan lalu menunjukkan sikap manis.
"Apa Tuan sudah membunuh nya?" Pertanyaan Ellen sontak membuat wajah Yuan berubah masam.
"Dia siapa?" Tanya Yuan pura-pura bodoh.
"Lelaki yang Tuan temui kemarin."
"Sebutkan namanya." Tanya Yuan tegas.
"Aku malas menyebut nama nya." Yuan membuang nafas kasar.
"Kalau malas, kenapa di tanyakan?! Apa kau masih perduli padanya?!!" Tutur Yuan kasar. Ellen menatap Yuan dengan mata bulatnya.
"Tinggal jawab saja Tuan."
"Sudah ku bunuh! Puas hah!" Jawab Yuan asal. Seketika senyuman membingkai di bibir Ellen.
"Tentu puas. Jadi aku bisa bebas?" Meski tidak suka dengan nada bicara Yuan. Tapi Ellen sangat menghormati lelaki itu sebagai majikan walaupun terkadang dia sulit mengontrol diri.
"Ingat pada kontrak perjanjian. Mana bisa kau bebas." Ujar Yuan seraya menyeruput kopi panasnya.
"Maksud saya, sesekali saya bisa berpergian saat tiba waktu gajian. Pasti menyenangkan bisa jalan-jalan di luar."
Sesuai tebakan, Ellen ingin bebas berpergian setidaknya satu bulan sekali. Sudah bertahun-tahun lamanya Ellen tidak melakukannya. Sejak menikah, David membatasi ruang geraknya bahkan selalu memperkerjakan supir pribadi dan bodyguard.
Sebenarnya Ellen tidak mempermasalahkan karena para bodyguard bisa menjaganya. Namun kecemburuan David yang membuat Ellen semakin merasa tertekan. Jika David memberikan ruang bagi Ellen mengekspresikan keinginan saat di rumah, mungkin kecemburuan David bisa di terima. Tapi semua kebebasan seolah ingin David renggut tanpa memikirkan bagaimana perasaan Ellen yang tak pernah sekalipun di perlakukan selayaknya ratu seperti janji David dulu.
"Satu Minggu sekali tidak apa Tuan." Rayu Ellen. Yuan tampak acuh seolah tak mendengar." Dua Minggu sekali bagaimana?" Masih saja Yuan tidak merespon." Penawaran terakhir, satu bulan sekali saja." Imbuhnya." Ah tidak seru." Keluh Ellen seraya berdiri.
"Bisa kau lakukan saat ada perkerjaan di luar." Tentu saja mayoritas wanita suka berbelanja. Hanya Almarhum Mama yang tidak hobi berkeliaran. Keluh Yuan dalam hati. Dia berharap Ellen bisa bersikap seperti Almarhum Mamanya seperti kriteria yang Yuan inginkan. Berkeliaran di luar berarti memancing musuh.
"Pekerja di luar? Contohnya bagaimana Tuan?" Ellen kembali duduk.
"Entahlah." Mana mungkin ku ajak dia berburu musuh.
"Kok entahlah?"
"Aku memang asal bicara." Ellen mendengus seraya melirik malas.
"Bisa bercanda juga, tapi sama sekali tidak lucu!"
Ellen memutuskan pergi, ingin rasanya Yuan melarang tapi niatnya hanya tertahan di kerongkongan. Setiap kali Ellen berada jauh darinya, Yuan selalu merasakan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Itu kenapa terkadang Yuan mencari-cari alasan memberikan perkerjaan konyol seperti menemani makan roti dan mengambilkan minum padahal teko air berada di hadapannya.
Ellen membelokkan langkahnya saat mendengar suara lantang Johan. Terlihat puluhan anak buah berjajar di pekarangan yang mirip lapangan. Kepala mereka tampak tertunduk sementara Johan sendiri tengah duduk santai sambil makan. Tentu saja pemandangan itu cukup menarik perhatian Ellen.
"Astaga hahaha, mereka mirip robot berkulit." Ellen tiba-tiba sudah berdiri di samping kursi Johan dengan nampan di tangannya.
"Ya. Sudah makan?" Tanya Johan.
"Belum. Kenapa mereka melakukan itu?" Menunjuk ke puluhan lelaki yang berjajar.
"Melakukan apa?"
"Berdiri di tempat panas." Johan menutup kotak makan dan berniat melanjutkan nya nanti.
"Mereka lalai jadi wajib di hukum."
"Oh memangnya ada permasalahan apa?" Tanya Ellen ingin tahu.
"Pasti semalam mereka tidur sampai tidak melihat Nona masuk ke rumah utama. Itu salah satu kesalahan fatal." Ellen mengangguk-angguk.
"Berarti tidak boleh tidur."
"Hum, kalau sedang bertugas." Lebih tepatnya wajib waspada mengawasi kegiatan mu saat di luar. Kalau sampai kamu kabur, entah Kak Yu bisa jatuh cinta lagi atau tidak.
Demi ketertarikan Yuan, Johan berusaha melupakan perasaannya. Ellen berhasil merubah sejarah hidup Yuan yang tadinya berjalan datar menjadi lebih menyenangkan walaupun harus melewati berbagai kesulitan serta perdebatan.
🌹🌹🌹