Hanum Khumaira, seorang wanita soleha yang taat beragama, terpaksa menerima perjodohan dari kedua orangtuanya dengan seorang perwira polisi bernama Aditama Putra Pradipta. Perjodohan ini merupakan keinginan kedua orangtua mereka masing-masing.
Namun, di balik kesediaannya menerima perjodohan, Aditama sendiri memiliki rahasia besar. Ia telah berhubungan dengan seorang wanita yang sudah lama dicintainya dan berjanji akan menikahinya. Akan tetapi, ia takut jika kedua orangtuanya mengetahui siapa kekasihnya, maka mereka akan di pisahkan.
Diam-diam rupanya Aditama telah menikahi kekasihnya secara siri, ia memanfaatkan pernikahannya bersama Hanum, agar hubungannya dengan istri keduanya tidak dicurigai oleh orangtuanya.
Hanum yang tidak mengetahui rahasia Aditama, mulai merasakan ketidaknyamanan dengan pernikahannya ini.
Konflik dan drama mulai terjadi ketika Hanum mengetahui suaminya telah menikahi wanita lain, akankah Hanun tetap mempertahankan rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjenguk Hanum
Setibanya di rumah barunya, setelah sebelumnya Hanum menginap di rumah mertuanya, Hanum terkejut saat melihat sosok wanita paruh baya berada di dalam rumahnya.
"Assalamualaikum, selamat pagi Bu Hanum!" Sapa wanita paruh baya tersenyum ramah ke arahnya.
"waalaikumsalam!" Jawab Hanum terlihat bingung.
"nah Hanum, ini nmanya Ibu Laras, beliau yang akan menjagamu selama aku dinas pagi sampai jam enam sore, setelah aku pulang maka tugas Bu Laras selesai menjagamu, Bu laras juga rumahnya tidak jauh kok dari sini, beliau juga sering sekali membantu pekerjaan anggota lainnya di asrama, jadi Bu Laras ini sudah banyak yang mengenalinya." Jawab Tama yang mencoba menjelaskan kepada Hanum.
Hanum pun tersenyum senang karena ada yang menemaninya saat suaminya pergi bekerja.
"Alhamdulillah kalau begitu, Mas!" Jawabnya sambil memandangi suaminya.
Mengingat hari ini Tama harus pergi bekerja, karena banyaknya pekerjaan yang harus segera ia selesaikan akhirnya ia terpaksa meninggalkan Hanum di rumahnya bersama dengan Bu Laras.
"Oh iya Bu, apakah Bu Laras bisa memasak?" Tanya Hanum.
"Tentu saja bisa Bu Hanum, Pak Tama sudah menjelaskan semuanya kepada saya jika saya harus bisa melayani Bu Hanum dengan sangat baik, apapun yang ibu Hanum minta harus saya turuti."
Hanum cukup terkejut atas perkataan dari Bu Laras.
"Ya ampun Bu, aku jadi tidak enak dengan Bu Laras.
"Lah, kenapa tidak enak Bu Hanum? Yasudah, sebaiknya Bu Hanum istirahat ya, untuk sementara kamarnya Bu Hanum berada di lantai dasar, mengingat kondisi Bu Hanum masih belum sembuh secara total, barang-barang Bu Hanum sudah saya pindahkan, mari Bu Hanum biar saya antarkan Ibu ke kamar, agar bisa istirahat!" Ucap Bu Laras sembari mendorong kursi roda menuju kamar tidur.
Hanum pun mengangguk patuh, ia mengikuti apa yang di perintahkan oleh Bu Laras.
Mabes polri
Setelah kemarin pergi ke TKP, Damar dan Tama menemukan suatu barang bukti di sana, yakni berupa sarung tangan berwarna hitam yang di duga di gunakan untuk membunuh korban.
"jadi dari hasil autopsi, sebelum peristiwa jatuhnya mobil tersebut ke dalam jurang, ternyata korban sudah di habisi terlebih dahulu?" Tanya Tama sambil tangan bersidekap dan netranya fokus ke arah Damar yang sedang menjelaskan.
"Betul sekali Pak Kombes, dari hasil autopsi jenazah, di bagian leher terdapat luka memar, besar kemungkinan Korban meninggal dengan cara di cekik terlebih dahulu, setelah itu korban sengaja di buang ke jurang bersamaan dengan mobil yang ia gunakan untuk menabrak istri anda Pa Kombes!" Jawab Damar sambil fokus dengan file yang ia dapat dari rumah sakit, dimana file tersebut menjelaskan hasil autopsi korban secara terperinci.
......................
Siang ini rencananya Riana akan pergi menjenguk Kakak iparnya di rumah barunya bersama dengan seorang pria, yang tentunya pria tersebut sudah sebulan terakhir dekat dengan Riana.
"Assalamualaikum." Ucap Riana sambil beberapa kali menekan bel rumah kakaknya.
"Waalaikumsalam." Jawab Bu Laras sambil membuka pintu.
Riana cukup terkejut saat melihat Bu Laras yang telah membukakan pintu untuknya.
"Permisi Bu, apa kak Hanum ada di dalam?" Tanya Riana sambil membungkuk sopan.
"ada Non, Bu Hanum sedang berada di dalam kamarnya, kalau boleh saya tahu Non cantik ini siapa ya?" Tanya Bu laras sembari memuji Riana.
Riana pun senang bukan kepayang saat dirinya disebut Nona Cantik.
"Aku adik iparnya kak Hanum!" Jawabnya singkat.
"Oalah...jadi Nona cantik ini adiknya pak Tama?" Tanyanya sambil menatap lekat Riana.
"Pantesan cantik, pak Tama nya juga ganteng!" sambung kembali Bu Laras yang asal ceplos.
Mendengar hal itu, Riana malah tertawa kecil, sedangkan pria yang ada di sampingnya hanya berdiam diri saja dan terlihat kaku, Riana yang sepintas melirik ke arah pria di sampingnya hanya bisa menghela nafasnya.
'Nando, bisakah kau tersenyum sedikit saja? Kau itu begitu kaku sedari dulu, tapi aku begitu menyukai pria sepertimu, aishhhh...!' ucapnya dalam hati.
Setelah itu Hanum datang dengan menggunakan kursi roda dan dibantu oleh Bu Laras yang mendorong nya sampai ruang tamu, Hanum pun tidak menyangka jika adik iparnya datang mengunjungi dirinya, karena saat kemarin Hanum tinggal di rumah mertuanya selama tiga hari, ia tidak bertemu dengan Riana karena adik iparnya tersebut sedang sibuk dengan magangnya di salah satu perusahaan di Jakarta.
"Kak Hanum, aku kangen!" Ucap Riana sambil memeluk Hanum di atas kursi roda.
"Aku juga kangen sama kamu Ana, rasanya rumah Papah dan Mamah begitu sepi tanpa kamu, gimana magangnya lancar kan, Apa ada kendala?" Tanya Hanum penasaran.
"Alhamdulillah lancar kak!" Jawabnya.
Lalu Hanum melirik ke arah pria tampan di samping Adik iparnya.
"siapa pria di sebelah kamu Ana?" Tanya Hanum.
Riana sempat gugup saat dirinya menjelaskan siapa pria yang saat ini bersama dirinya.
"namanya Nando Anggara Kak, dia ...!" Riana malah tersipu malu dan tidak berani melanjutkan perkataannya.
"saya pacarnya Riana, Kak!" Sambung Nando sambil menatap lekat Hanum.
Hanum pun tidak berani menatap pria tersebut, dan hanya meliriknya secara sepintas.
"Jadi kamu sudah punya pacar?" Tanya Hanum kepada Riana.
"ssstttt...kak Hanum jangan bilang-bilang sama Kak Tama ya, apalagi kalau sampai Papah dan Mamah tahu!" Pinta Riana terlihat takut.
"Loh kenapa Ana? Bukankah sebaiknya keluargamu tahu tentang hal ini?" Tanya Hanum sembari mengernyitkan dahinya.
Riana malah mendesah kasar , lalu ia duduk di kursi sofa bersebelahan dengan Kekasihnya.
"Kak Hanum kaya gak tahu keluargaku saja, apa kakak tidak tahu jika sampai aku ketahuan pacaran sebelum aku lulus sarjana, Papah dan Kak Tama pasti akan menghukum ku." Jawabnya terlihat kecewa.
Sedangkan Hanum sepintas memperhatikan gelagat kekasih adik iparnya yang netranya telah fokus memperhatikan sekitar area ruang tamu, entah kenapa Hanum merasa kurang sreg dengan kekasih adik iparnya tersebut.
"Lantas kalau kau sudah tahu seperti itu, kenapa kau nekat pacaran Ana?" tegur Hanum sambil menghela nafasnya.
"yaelah kak Hanum ini seperti tidak pernah muda saja, pasti kak Hanum sebelum menikah dengan Kak Tama, pernah kan jatuh cinta dengan pria lain?" Pertanyaan dari Rian sontak membuat Hanum langsung tercekat, Hanum malah menjadi teringat akan sosok gus Adam yang telah menjadi cinta pertamanya, namun beruntungnya ia sudah bisa melupakannya dan Hanum pun perlahan mulai menaruh hati terhadap suaminya.
"Iya Ana, aku pernah mengalaminya, tapi aku tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya, karena dalam islam di haramkan berpacaran!" Jawab telak Hanum.
Seketika Riana langsung terdiam atas perkataan dari Hanum, dan pria yang saat ini menjadi kekasih adik iparnya menatap tidak sukanya kepada Hanum.
"yaelah, itukan pemikiran kak Hanum, kalau buatku pacaran masih di atas normal gak jadi masalah asalkan bisa menjaga diri!" Jawab Riana mencoba membela diri.
Hanum pun tidak berani berkata apapun lagi, ia tidak mau sampai perkataannya menyinggung adik iparnya.
Saat menjelang sore, Riana dan kekasihnya memutuskan untuk pulang.
"Kak Hanum, pokoknya kakak jangan sampai bilang sama kak Tama ya, hanya Kak Hanum yang tahu jika aku memiliki seorang kekasih, karena aku percaya jika kak Hanum bisa menjaga rahasia!" Pinta Riana sambil menggenggam tangan kakak iparnya.
"InshaAllah ya Ana, kak Hanum gak mau janji!" Jawabnya dengan jujur.
Akhirnya Riana pergi bersama kekasihnya, setelah berpamitan kepada Hanum dan Bu Laras.
Setelah melaksanakan solat magrib, akhirnya orang yang sedari tadi Hanun tunggu telah pulang sambil membawa sesuatu untuknya, Hanum pun sampai di buat terkejut atas apa yang di bawa oleh suaminya.
"Gimana Num, suka tidak dengan martabaknya?" Tanya Tama menatap Hanum yang begitu lahapnya menyantap martabak coklat keju yang ia bawa, sedangkan Bu Laras, sudah berpamitan pulang sebelum magrib karena ada urusan mendadak, dan sebelumnya ia sudah mendapatkan ijin dari Tama.
"suka banget Mas, entah kapan terakhir kalinya aku memakan martabak coklat keju ini, kok kamu bisa tahu sih kalau aku sangat menyukai makanan ini?" Tanya Hanum sambil mengunyah martabak
"ada deh!" Jawab Tama dengan sengaja, sehingga membuat Hanum menjadi penasaran dibuatnya.
"Ish, Mas Tama malah main rahasia-rahasia." keluh Hanum kecewa.
Tama pun memperhatikan Hanum yang terlihat kesal sambil mengerucutkan bibirnya yang sudah belepotan oleh coklat dari martabak, dengan gemasnya Tama malah membersihkan sisa coklat di bibir istrinya oleh mulutnya.
Cup!
"Wah, ternyata memakan coklat dari bibirmu jauh lebih enak!" Jawabnya tanpa ada rasa malu, sedangkan Hanum, wajahnya bagaikan kepiting rebus.
"Mas Tama nyebelin, main nyosor gitu aja!" Keluh Hanum.
"Bebek kali, nyosor!" Kelakar Tama sambil tertawa terbahak-bahak, ia pun sampai memegang perutnya.
Bersambung...
⭐⭐⭐⭐⭐⭐