NovelToon NovelToon
Resiko Menikah Dengan Nona Dingin

Resiko Menikah Dengan Nona Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Nikahmuda / Mafia / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: qyurezz

Cewek imut dan manis ketika dia sedang manja, dan berubah 180 derajat menjadi dingin dan menakutkan ketika dia sedang dalam mode gila ....
Dia adalah Avril, gadis yang susah ditebak isi hatinya dan gampang berubah haluan, melakukan sesuatu seenak jidat dan suka merepotkan orang-orang disekitarnya..
Bahkan ketika sudah menikah pun d
tidak jauh beda.. Yaa dia menikah dengan laki-laki yang sederhana bernama Asep..
Ehh bukan Asep namanya..😅
Laki-laki itu bernama Keinan
Enaknya dipanggil Ken apa Kei ya??

Ken dan Avril menjalani kehidupan rumah tangga dengan banyak rintangan.. mampukah mereka melabuhkan kapalnya dengan baik sampai tujuan...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qyurezz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Latihan berat

Avril duduk dengan lemas di tepi kasur, ia mengingat-ingat perkataan Li barusan, lelaki itu sudah keluar dari kamarnya dengan raut wajah datar dan mengancam. Gadis itu masih sesenggukan dan sesekali menyeka air matanya.

Avril melihat sekeliling kamarnya hanya berwarna putih, hanya ada kasur dan satu lemari pakaian. Terlihat polos, tidak seperti biasanya, semua barang yang ia miliki tak lagi berada di tempatnya. Jangankan buku, tas dan seragam sekolahnya pun entah dimana.

"Kenapa paman melakukan ini?" ucapnya disertai tangisan. Tangannya bergetar masih memegangi kertas yang diberikan Li tadi, kemudian ia membukanya dan membaca mulai dari urutan pertama.

Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, sudah ditentukan jadwalnya oleh Li. Semua yang tertera di dalamnya hanya pekerjaan berat yang harus ia jalani sebagai hukuman. Jika tidak patuh, bersiaplah Avril untuk menyesal seumur hidup, kata itu tertera diakhir kalimat peraturan.

Sementara Li, ia menahan tangisnya dibalik pintu kamar Avril. Ia terpaksa bersikap kasar pada Avril, tapi ia tidak sanggup melihatnya menangis.

Ada dua bodyguard disana yang berdiri tegak menjaga pintu kamar Avril. Kemudian Li dihampiri oleh seorang wanita, Fani asisten pribadi Li. Ia mendekap beberapa berkas di dadanya.

"Tuan, apa anda baik-baik saja?"

"iya fan" ucapnya datar. Li melanjutkan langkahnya diikuti Fani.

"Tuan, apa tidak terlalu berlebihan bersikap seperti itu pada nona?"

"Tidak punya banyak waktu Fan, bagaimanapun caranya Avril harus secepat mungkin diubah menjadi dewasa, tanggung jawab besar menantinya di depan"

"Ya tuan, saya faham" Fani mengangguk.

"Pastikan pola makannya teratur dan beri dia makanan sehat, kalau perlu sediakan koki khusus untuk menyiapkan makanannya, minta tolong pak Alex untuk segera mengantarkan makanannya pada nona, dia pasti sangat lapar"

"Baik tuan" Fani merunduk hormat

"Satu lagi" Li mengacungkan jarinya. "jangan ada yang mengajak Avril bicara, walaupun sekedar menanyakan keadaannya, Cukup awasi saja diam diam. Jangan sampai ia terluka!"

"Baik tuan" Fani mengangguk.

Li mengisyaratkan dengan tangannya agar Fani pergi. Sementara Li pergi ke arah lain di rumah itu, ia mengambil satu buah pisang dari meja makan lalu memakannya sambil berjalan, Li memasuki lorong rahasia di rumah belakang hanya dia yang tau tempat itu, pegawai yang bekerja disana tidak diijinkan berkeliaran di area itu oleh Li, sejak masih ada tuan besar tempat itu sudah ada, menjadi tempat rahasia untuk Li.

Li melanjutkan langkah, masih memakan buah pisang ditangannya, ia berjalan dengan santai di lorong minim pencahayaan itu. Ia membuka gembok pintu menuju ruang bawah tanah. Melanjutkan langkahnya menuruni tangga, sekitar dua puluh anak tangga.

Terdengar erangan seseorang di sana, seolah menahan sakit berada di dalam jeruji besi penjara rahasia. Yang lebarnya hanya 1x1 meter.

Li menghampiri orang itu dengan raut wajah datar penuh kebencian, ia menghabiskan satu suap terakhir pisang itu.

Segera seseorang itu mengenali Li dan memohon ampun padanya. "Tuan.. Ampuni saya tuan..." Lirih orang tersebut disertai tangisan. Dia seorang laki-laki paruh baya yang keadaannya sangat memprihatinkan. Wajahnya sudah tidak bisa dikenali lagi karena hancur seperti sudah dikeroyok habis habisan, kakinya patah, namun sudah dibalut perban. Dia hanya bisa terduduk dibalik jeruji yang sudah tidak bisa dibuka. Terdapat sebuah lubang kecil disamping lelaki itu, tempatnya membuang hajat, air akan mengalir setiap satu jam sekali.

"Tuan..." ia mencoba meraih Li walau itu mustahil.

Li hanya diam tak bersuara.

Dasar bedebah tua! Kau memang pantas dihukum disini. Beraninya menghabisi nyawa tuanku yang berharga. Matilah dengan perlahan dan lebih menyakitkan. Batin Li dengan tatapan bencinya. Ia melemparkan kulit pisang sampai didekat jeruji.

Itu untuk makan siangmu bodoh!!

Tak lama setelah itu dia kembali menaiki tangga kembali ke atas. Hatinya sangat puas melihat si pembunuh menderita, sendirian di dalam jeruji tanpa ada yang mengajaknya bicara satu pun. Si pembunuh ditangkap oleh anak buah Li satu Minggu setelah kecelakaan tuan besarnya serta Edward. Kecelakaan yang disengaja oleh si pembunuh, ia membayar mahal supir yang menabrak ayah Avril dan Edward. Namun akhirnya dia ketahuan juga, berkat kecerdasan Li dia dengan mudah tau siapa dalang dibalik kecelakaan tersebut.

****

Esok paginya

Aturan sudah mulai berlaku hari ini, Avril harus bangun pagi, jam empat. Dia bisa bersiap sebelum akhirnya turun untuk sarapan. Jam enam pas harus sudah berada di meja makan. Ini awal yang baru baginya, setelah hampir semalaman tidur setelah cape menangis, merindukan keluarganya yang telah meninggal. Pak Alex yang mengantarkan makanan ke kamarnya pun tidak bersuara sedikitpun, walaupun dia menemani Avril menghabiskan makanannya. Tertera di dalamnya aturan, Avril harus menghabiskan apapun yang terhidang di hadapannya dalam 15 menit, tak terbayang betapa dengan susah payahnya ia menelan makanan. Harus dihabiskan mau tidak mau, bersiap pa Alex kena amuk Li jika Avril tidak menghabiskan makanannya.

Avril remaja menarik kakinya menuruni tangga, langkahnya masih lemah, ia berjalan ke arah meja makan. Sudah ada Li duduk menunggunya. Pak Alex serta dua koki berdiri di dekat meja makan.

Avril duduk di sebelah Li, berharap lelaki itu bersikap ramah pagi ini padanya.

"Kau telat dua detik!" ucap Li dingin sambil menunjuk timer digital di atas meja makan. Menunjukkan jam enam lewat 2 detik.

Avril membelalakkan matanya.

"Paman..bisa kah kita berbicara sedikit santai, aku rindu paman yang dulu" ucapnya lirih.

"Cepat makan! Waktu semakin berjalan!" Li tidak menghiraukan ucapan Avril. Ia menyantap makanannya dengan santai.

Avril hampir menangis lagi, namun ia tahan. Segera ia makan dengan susah payah menelannya.

"kenapa makanmu seperti itu? Apa makannya tidak enak? Apa perlu saya menghajar koki itu yang sudah menghidangkan makanan yang tidak enak untukmu!?" Li menatap geram kedua kokinya. Terlihat sang koki ketakutan.

Avril menggeleng. "Bukan paman.. Makanannya enak, hanya saja aku sedang tidak berselera " ucapnya sesenggukan.

"Cepat habiskan! Kalau kau tidak mau orang disekitar mu menderita hanya karena kamu tidak patuh!" bentak Li. Seperti biasa setelah bersikap kasar, ia meninggalkan Avril. Ia pergi ke ruangan kerja tuannya. Merenung disana.

Dengan cepat Avril menghabiskan makanannya, ia sangat ketakutan. Sementara pak Alex hanya menatap tak tega pada Avril.

Setelah selesai makan, Avril berjalan menuju ruang tengah, berpapasan dengan Li juga disana berjalan ke arahnya.

"Ikut denganku!" Li berjalan ke depan rumah diikuti Avril. Menyusuri teras sampai di samping rumah, terdapat halaman yang luas dan beberapa penjaga tengah berbaris rapi di halaman. Terdapat juga Fani dan dua orang perawat diteras menghadap para penjaga. Jaga-jaga kalau terjadi sesuatu pada Avril nanti.

Mau apa ini paman?. Apa paman serius mau menghukumku?. Aku sangat takut. Batin Avril.

"Ikut baris disana!" titah Li pada Avril. Menunjuk barisan.

"tapi paman.." Avril enggan.

Li melepas nafas kasar tanpa melihat ke arahnya.

Avril langsung merunduk dan berjalan menuju barisan. Berdiri paling ujung sebelah kanan.

"Tegakkan badanmu Avril!"

Seketika Avril menegakkan badannya , tangannya terkepal di samping terlihat gemetar.

"Seperti yang kita tahu tuan-tuan, nona Avril telah melakukan kesalahan besar, untuk itu sebagai hukumannya, dia akan berlatih setiap hari bersama kalian di sini, lakukan latihan sesuai dengan aturan lama, jangan segan-segan menghukum jika nona tidak patuh!" suara Li menggelegar disana.

"Siap tuan" ucap penjaga serentak.

Li berbalik ke belakang dan duduk dikursi yang sudah disiapkan untuknya.

Setelahnya tempat Li berdiri diambil alih oleh pelatih yang bertanggung jawab akan kegiatan tersebut.

Avril menatap sayu pada Li, berharap ia memperhatikannya. Li hanya menunjuk telinga kemudian menunjuk pelatih, mengisyaratkan kalau Avril harus dengarkan pelatih di depannya.

Mulai dari olahraga ringan sampai berat, Avril melakukannya dengan setengah hati tanpa bicara, nafasnya terengah-engah karena kelelahan, belum lagi harus berlari mengitari 100 kali halaman rumah yang luasnya hampir sama dengan lapangan bola, itu ia lakukan bersama para penjaga juga.

Avril sudah sangat kepayahan, dia beberapa kali terjatuh namun tidak ada yang berani membantu.

"Bangun Avril!" teriak Li. "yang lain sudah hampir menyelesaikan tugasnya, kau mau buang-buang waktu?"

Ayo nona, ayo bangun! Kamu pasti bisa. batin Li.

Dengan langkah gemetar Avril bangkit dari terjatuhnya, melanjutkan lari walau harus kepayahan. Napasnya ngos-ngosan, wajahnya sudah merah karena sinar matahari mulai menyengat.

Fani terlihat khawatir.

"Tuan, apa tidak kasian pada nona? Hanya tinggal dua putaran lagi, cukup sudahi saja larinya"

"Diam kau Fan! Kau lihat dia sedang berusaha!" ucap Li "Biarkan dia menyelesaikan tugasnya."

Setelah menyelesaikan putaran ke seratus, Avril tumbang pas dihadapan Li, namun ia masih sadar. Badannya lemas. Segera Li memanggil perawat mendekat padanya memeriksa keadaan Avril. Pak Alex membawa air minum dan meminumkannya pada Avril. Terlihat sangat khawatir diwajah tua pak Alex. Li segera membopong tubuh Avril menidurkannya di kursi panjang di sana.

"Biarkan dia istirahat sebentar ucap Li, baru lanjut lagi setelah ia pulih"

1
Dwi Winarni Wina
Ayahnya keyden dikira pengemis dan kau dengar sangat marah skl sm li...
Dwi Winarni Wina
mampir dan nyimak thor, Avriel sangat semangat skl makannya sambil melihat pria di kedai itu...

kayaknya avriel lg jatuh cinta pemuda di kedai itu sll membuat avriel semangat skl mendekatinya...
Milka Budi
Luar biasa
qyurezz: terimakasih kakak
total 1 replies
Milka Budi
Lumayan
ZiG Momen
/Heart/
qyurezz: thanks
total 1 replies
DonnJuan
emm... suka banget ceritanya
qyurezz: Aaa makasih..😊😊
total 1 replies
Gourry Gabriev
Bikin gak bisa berhenti
qyurezz
😅😅😉
Stella
Ngakak ampe terbahak-bahak. 🤣
qyurezz: hehe, hai ka salam kenal ya😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!