Di zaman sekarang ini adakah laki-laki yang serba bisa? sempurna!
jawabannya di novel kali ini ada!
Dia dijuluki Human Perfect oleh semua orang karena kesempurnaannya. Dia bernama Badai Bagaskara.
Lalu, sesempurna apakah dia?
Baca kisahnya dalam Novel Human Perfect. Dan disarankan bagi yang belum membaca Novel Tafsir Mimpi Sang Inspirator diharapkan membacanya terlebih dahulu, karena novel ini berhubungan dengan itu.
happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke Kerajaan Ratu Roro kidul
"Kenapa ayah melamun? Apakah ayah teringat masa lalu lagi?" tanya Satria.
Dimana pertanyaannya membuyarkan lamunan ayahnya. Arya mengusap wajahnya, lalu menggeleng.
"Ayah tidak melamun." Arya masih mengelak.
Satria beranjak dari duduk di singgasana nya, membuat Arya pun langsung menanyainya.
"Mau kemana lagi kau?!"
Satria menoleh sejenak, "Aku mau ke ibu." ucap Satria.
"Hei! Gak perlu. Buat apa kamu kesana? Ayah gak mau di tolak olehnya." Arya langsung tak menginginkan Satria mendatangi ibunya.
Mendengar lagi-lagi Arya mengehentikan langkahnya jika hendak menemui ibunya, Satria pun kesal. "Ayah. Ayah tenang saja aku sudah besar. Sejak kecil aku tidak pernah diperbolehkan mengunjungi ibuku. Jika ayah dan ibu berpisah, setidaknya jangan pisahkan anakmu dari ibunya.
Lagian sekarang aku sudah besar. Seandainya benar selama ini apa yang ayah katakan, ibu akan menolak kedatangan ku. Seperti nya saat ini aku akan kuat. Aku bukan anak kecil lagi!" ucap Satria sambil beranjak pergi dari hadapan Arya.
Dimana Arya pun terdiam saja mendengar ucapan Satria, "Dia memang sudah besar." gumam Arya.
Satria yang sejak awal dia mengetahui tentang kehidupan jin, sejak dia mulai tumbuh besar, dia sesekali ingin mengunjungi sang ibu, tak pernah sekali pun Arya mengizinkannya. Hingga saat ini pun, Satria tak pernah benar-benar tau seperti apa ibunya. Hanya mendengar dari cerita para pelayan kerajaan nya saja. Bahwa ibunya adalah jin perempuan terkuat yang pernah ada.
"Sampai kapan aku akan di penuhi rasa penasaran, saat ini juga aku akan ke laut selatan!" pekik Satria dengan tekadnya yang sudah bulat.
...****************...
Di alam manusia, kini Najwa sedang melepaskan kedua orangtuanya untuk kembali pulang, setelah mengunjungi dirinya di pondok pesantren.
"Najwa, jaga diri baik-baik. Kalau memang lelaki tampan itu datang lagi. Coba pegang tangannya, jika dapat di pegang. Berarti dia bukan ilusi." ucap Bapaknya.
Sedangkan sang mama mengucapkan hal lain yang lebih spiritual. "Jangan turuti bapakmu. Dengarkan mama, jika memang lelaki tampan itu nyata, coba bacakan salah satu surat dalam Al-Qur'an. Jika dia kepanasan, artinya jin. Jika dia tidak kepanasan. Berarti itu hanya ilusi semata." ucap mamanya.
"Mama! Jin itu tidak ada. Jangan tanamkan aneh-aneh ke anakmu!" ucap Bapaknya Najwa kepada sang mama.
"Sudah sudah. Aku sudah besar. Aku ngerti aku harus bagaimana mama, bapak.... dan insyaallah dua-duanya akan aku praktekkan. Hehe" ucap Najwa. Menenangkan kedua orangtuanya. Najwa memang lah anak yang mampu mengambil hati keduanya.
"Yaudah bapak dan mama balik dulu. Assalamualaikum...." ucap Bintang.
"Waalaikumsalam...." jawab Najwa sambil melambaikan tangannya ke arah kedua orangtuanya yang mulai melenggang pergi dengan mobil ojek online menuju ke stasiun kereta api.
Najwa tersenyum melepaskan kepergian kedua orangtuanya. "Tapi ada benarnya juga ide dari mama dan bapak. Nanti aku akan bacakan surat jin, kemudian aku pegang tangan lelaki itu. Siapa tau itu jin tampan." gumam Najwa.
"Najwa! Ayo ikut kita-kita!!!" suara teriakan salah satu kawan baiknya dari kejauhan.
Najwa pun menoleh, dan segera berlari kecil menuju teman-temannya. Dan dia melanjutkan kegiatan nya di pondok pesantren nya dan di sekolahannya.
...****************...
Ombak yang sama, dan deru suara ombaknya yang juga sama. Tidak ada perbedaan antara laut di Utara dan laut di selatan. Di pantai Ratu, Jawa Barat. Satria kini berada.
Dia telah sampai di bibir pantai, tepatnya di depan Kerajaan Ratu Roro kidul yang telah diceritakan oleh ayahnya dan diceritakan oleh para pelayannya juga. Dia melihat ke kejauhan, betapa megahnya istana itu. Bahkan melebihi kemegahan Istana Kerajaan Raja Jin Laut Utara.
Dan dia pun mulai melangkahkan kakinya di air laut, dimana seperti biasa. Para jin memang lah dapat berjalan di atas air laut. Karena sejatinya, itulah satu-satunya jalan menuju ke kerajaan Roro kidul.
Satria berjalan dengan perlahan menuju ke kerajaan. Dari kejauhan, para prajurit yang tengah berdiri di depan gerbang tinggi yang dapat terbuka dengan sendirinya juga sama seperti di istana nya, sedang menatap sinis ke arahnya.
Namun, setelah melihat sorot kedua mata Satria. Para prajurit itu tiba-tiba menundukkan pandangan dan kepalanya. Prajurit yang berjaga di gerbang sama-sama berasal dari bangsa jin. Satria pun memasuki gerbang Kerajaan Ratu Roro kidul.
Dan saat memasukinya, ternyata itu adalah sebuah lorong yang panjang. Barulah disini Satria sedikit terkejut. Karena di istananya tidak pernah dia melihat hal seperti yang kini di lihatnya.
Para prajurit berjajaran di lorong megah dan mewah yang kini lantainya terbuat dari marmer bercahaya petang. Para prajurit nya itu lah yang mengalihkan perhatian Satria. Karena mereka semua terdiri dari kepala hewan-hewan laut. Semuanya menundukkan pandangan dan kepalanya seolah memberikan hormat kepadanya. Kedatangan Satria, seolah memang telah ditunggu.
Dan sunyi, tidak ada suara seperti di istananya yang sejak awal masuk gerbang saja sudah di sambut dengan suara menggema sang ayah. Namun di istana Ratu Roro kidul berbeda. Dia hanya melewati lorong tanpa berkata-kata apapun, karena memang semua prajurit diam menundukkan kepalanya.
Dan setelah dia melewati lorong panjang itu. Di depannya seperti terbuat dari kaca bening. Namun Satria saat berjalan dapat menembusnya. Ya, itu adalah dinding pemisah antara lorong dengan singgasana kerajaan Ratu Roro kidul. Barulah kini tiba-tiba Satria mendengar suara.
"Selamat datang Satria!" ucap satu suara yang begitu lembut di pendengaran Satria. Dimana sebelumnya, tak pernah Satria mendengar suara lembut seorang perempuan dari bangsa Jin yang seperti kini yang didengarnya.
Satria masih berdiri tegap melihat ke depan. Dimana saat itu juga, Ratu Roro kidul membalikkan tubuhnya menatap dirinya, diatas singgasana nya.
.
.
.
Lanjutannya secepatnya 😘