menceritakan tentang seorang gadis mantan penari ballet yang mencari tahu penyebab kematian sang sahabat soo young artis papan atas korea selatan. Hingga suatu ketika ia malah terjebak rumor kencan dengan idol ternama. bagaimana kisah mereka, yukkk langsung baca saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon venn075, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Malam itu, Jihoon duduk terdiam di ruang kerjanya, menatap layar ponselnya yang gelap. Pikiran-pikirannya teralihkan oleh kejadian yang baru saja ia alami—telepon misterius yang mengingatkan pada masa lalu yang begitu ingin ia lupakan. Sejak pertama kali mengenal Jiwon, gadis itu telah menjadi bagian dari kisah hidupnya yang penuh dengan kebingungannya. Dan meskipun waktu telah berlalu, bayangannya kembali menghantui.
Jiwon adalah cinta pertamanya, gadis yang hadir saat Jihoon masih seorang pemuda biasa, jauh dari dunia yang kini ia kenal. Mereka bertemu sebelum Jihoon dikenal luas oleh publik, saat ia masih berjuang di dunia hiburan yang keras dan penuh ketidakpastian. Jiwon, dengan pesona dan perhatiannya, tampak seperti sosok yang sempurna dalam hidupnya. Jihoon merasa diterima, merasa seperti menemukan rumah di tengah hiruk-pikuk kehidupan yang penuh tantangan.
Namun, seiring berjalannya waktu, Jihoon mulai menyadari ada sesuatu yang keliru dalam hubungan mereka. Cinta Jiwon ternyata bukanlah cinta biasa. Obsesi yang mengerikan muncul secara perlahan—dan meskipun awalnya ia tidak bisa melihatnya, lama kelamaan, Jihoon menyadari bahwa Jiwon bersedia melakukan apa saja untuk mengikatnya. Ia bahkan berani memanfaatkan kekuasaan ayahnya untuk mengontrol hidup Jihoon, menggunakannya sebagai alat untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
Saat Jihoon mulai terkenal, ketenaran dan perhatian publik membuat Jiwon semakin tidak terkendali. Ia merasa memiliki hak atas Jihoon, dan setiap kali Jihoon berusaha menjauh, Jiwon dengan licik selalu menemukan cara untuk menariknya kembali, baik melalui tekanan sosial, ataupun manipulasi di balik layar yang melibatkan ayahnya, seorang pria berpengaruh yang memiliki koneksi di dunia hiburan.
Namun, meskipun Jihoon mencoba bertahan, ia tak bisa menahan diri dari rasa terjebak dalam hubungan yang penuh dengan kontrol dan ketakutan. Hanya ada satu orang yang bisa ia percayai, satu orang yang bahkan tak pernah ragu untuk mendukungnya dalam situasi yang paling gelap sekalipun: ayahnya.
Ayah Jihoon adalah sosok yang selama ini berdiri di belakangnya, menjadi pelindung yang tak pernah terlihat di media. Meskipun Jihoon selalu berusaha menjaga jarak antara kehidupan pribadinya dan publik, ayahnya adalah figur yang selalu ada untuknya, bahkan dalam hal-hal yang tidak banyak orang tahu. Ketika Jihoon merasa terjebak dalam permainan berbahaya yang melibatkan Jiwon, ayahnya turun tangan tanpa ragu.
Dengan jaringan luas yang ia miliki, ayah Jihoon segera bergerak untuk menuntaskan masalah ini dengan cara yang tak terduga. Menggunakan pengaruhnya, ia secara diam-diam menghentikan langkah Jiwon dan keluarganya, tanpa ada jejak yang bisa terendus oleh media. Tidak ada yang tahu bahwa ayah Jihoon telah mengatur segala sesuatunya, menyelesaikan masalah dengan cara yang sangat hati-hati. Jiwon dan ayahnya disibukkan dengan berbagai skenario yang dirancang untuk menurunkan pengaruh mereka, semua dilakukan tanpa menarik perhatian media. Jihoon dipisahkan dari Jiwon secara halus, tanpa drama besar yang bisa menarik sorotan publik.
Hasilnya, meskipun Jihoon harus membayar harga dengan meninggalkan sebagian besar dunia yang telah ia bangun, ia akhirnya bebas. Bebas dari cengkraman obsesi Jiwon yang tak bisa dikendalikan. Bebas dari rasa takut yang pernah menghantuinya, dan yang terpenting, ia bisa melanjutkan hidupnya tanpa harus terjerat dalam kekuasaan keluarga Jiwon yang selalu ingin mengontrolnya.
Tahun-tahun berlalu, dan meskipun Jihoon telah berhasil keluar dari masa gelap itu, bayangan Jiwon tetap menghantui sesekali. Telepon misterius yang baru saja ia terima mengingatkan Jihoon pada semua yang ia coba lupakan. Namun, kali ini, Jihoon lebih siap. Ia tahu bahwa ia tidak sendiri. Ayahnya selalu ada di belakangnya, meskipun tidak ada yang pernah tahu betapa besar pengorbanan yang dilakukan untuk membebaskannya dari cengkraman masa lalu itu.
Malam itu, setelah menerima telepon tersebut, Jihoon segera menekan tombol di ponselnya. “Tim, lacak nomor ini. Aku ingin tahu siapa yang menghubungiku dan apa tujuannya. Tidak ada yang bisa sembunyi dalam dunia ini,” ujarnya dengan ketegasan yang kembali menguat setelah bertahun-tahun.
Dia tahu bahwa apapun yang terjadi, ia tidak akan pernah terjebak lagi. Masa lalu telah tertinggal, dan kali ini, Jihoon siap untuk menghadapinya dengan cara yang lebih bijak, lebih cerdas, dan dengan dukungan dari orang-orang yang benar-benar peduli padanya.
---
Hari itu, seperti biasa, Erland Mattew Seaggel duduk di ruang kerja pribadinya yang besar, dikelilingi oleh tumpukan laporan dan dokumen yang membutuhkan perhatian serius. Sebagai kepala Seaggel Group, ia harus selalu waspada terhadap setiap masalah yang muncul—terutama yang melibatkan keluarga dan reputasi perusahaan. Namun, di tengah kesibukannya yang luar biasa, sebuah laporan yang tidak terduga masuk ke mejanya, membawa kabar yang langsung mengubah suasana hati Erland.
Pelayan pribadinya datang dengan ekspresi serius, membawa sebuah amplop tebal yang tersegel rapat. Laporan itu menginformasikan bahwa putrinya, Cassi, telah menjadi sasaran teror dalam beberapa hari terakhir. Beberapa kali, dia menerima ancaman lewat telepon dan pesan misterius yang menakutkan. Namun yang lebih mengejutkan, pelaku dari teror ini ternyata bukan orang asing, melainkan seorang pria misterius yang tampaknya memiliki motif pribadi terhadap Cassi.
Saat membaca lebih lanjut, Erland mengetahui bahwa pria tersebut bukan siapa-siapa yang mereka kenal sebelumnya. Tidak ada jejak yang jelas mengenai identitasnya, namun ancamannya sangat nyata. Pria itu mengirimkan pesan-pesan penuh kebencian dan ancaman, memperingatkan Cassi untuk berhenti mencari tahu lebih dalam tentang hal-hal yang seharusnya tidak ia ketahui. Ada beberapa kejadian mencurigakan yang menyusul—seperti kendaraan yang mengikutinya, dan sekali waktu, pria itu bahkan muncul di sekitar kediaman Cassi, seolah-olah dia tahu setiap gerak-gerik putrinya.
Erland merasakan cemas yang dalam. Teror ini tidak hanya mengancam keselamatan fisik Cassi, tetapi juga bisa merusak citra keluarga mereka. Namun yang lebih mengganggu adalah ketidakpastian mengenai siapa pria ini dan apa yang dia inginkan. Tidak ada informasi yang cukup untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi. Erland merasa terjebak dalam kegelapan, di mana ancaman ini datang begitu tiba-tiba dan tidak terduga.
Dia menekan tombol interkom di meja kerjanya dan segera memanggil kepala keamanan, yang datang dengan cepat. “Apa yang telah dilakukan untuk menangani masalah ini?” tanya Erland dengan nada serius, matanya tetap tertuju pada laporan yang tergeletak di atas meja.
“Kami telah melakukan penyelidikan, Tuan Seaggel. Kami melacak semua nomor yang digunakan untuk mengirimkan pesan-pesan itu, tetapi sejauh ini, kami masih belum menemukan identitas pelaku yang jelas. Semua jejak yang ada tampaknya mengarah ke pria yang sangat berhati-hati, yang tampaknya memiliki pengetahuan mendalam tentang Cassi dan keluarga ini,” jawab kepala keamanan, suaranya terdengar khawatir.
Erland mengangguk, wajahnya tegang. “Teruskan penyelidikan, dan pastikan tidak ada yang menghalangi keselamatan putri saya. Jika perlu, libatkan pihak berwajib. Jangan biarkan pria itu mendekati Cassi lagi.”
Kepala keamanan mengangguk dan segera meninggalkan ruangan untuk melaksanakan perintah tersebut. Erland kembali menatap laporan itu dengan perasaan yang semakin tak menentu. Siapa pria ini? Mengapa dia begitu obsesif terhadap Cassi? Apa yang sebenarnya dia inginkan dari putrinya?
Beberapa jam kemudian, laporan lanjutan kembali masuk. Tim keamanan akhirnya berhasil melacak jejak dari pesan-pesan ancaman yang dikirimkan ke Cassi. Mereka menemukan nomor telepon yang digunakan pria misterius tersebut, dan melalui penyelidikan lebih lanjut, mereka mengidentifikasi lokasi tempat pria itu biasa berada. Namun meskipun mereka berhasil melacak lokasi tersebut, identitas pria itu tetap kabur. Semua data yang mereka kumpulkan tidak mengarah pada seseorang yang dikenal atau yang memiliki hubungan dengan keluarga Seaggel.
Erland menatap layar komputer dengan tajam. Ia merasa tidak ada jawaban yang memadai untuk pertanyaan yang semakin menggantung di pikirannya. Siapa sebenarnya pria ini? Apa yang dia inginkan? Dan mengapa dia memilih untuk menargetkan Cassi?