NovelToon NovelToon
Manuskrip Vyonich

Manuskrip Vyonich

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sci-Fi / Cinta Terlarang / Epik Petualangan / Persahabatan / Romansa
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Rifa'i

Arka Fadhlan, seorang pakar kriptografi, menemukan potongan manuskrip kuno yang disebut Vyonich, teks misterius yang diyakini berasal dari peradaban yang telah lama menghilang. Berbagai pihak mulai memburunya—dari akademisi yang ingin mengungkap sejarah hingga organisasi rahasia yang percaya bahwa manuskrip itu menyimpan rahasia luar biasa.

Saat Arka mulai memecahkan kode dalam manuskrip, ia menemukan pola yang mengarah ke lokasi tersembunyi di berbagai penjuru dunia. Dibantu oleh Kiara, seorang arkeolog eksentrik, mereka memulai perjalanan berbahaya melintasi reruntuhan kuno dan menghadapi bahaya tak terduga.

Namun, semakin dalam mereka menggali, semakin banyak rahasia yang terungkap—termasuk kebenaran mengejutkan tentang asal-usul manusia dan kemungkinan adanya kekuatan yang telah lama terlupakan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Rifa'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAYANGAN DALAM KUIL

Lorong panjang itu gelap dan sunyi. Dinding batu yang mereka lewati terasa dingin, seolah menyimpan sisa-sisa energi yang tak lagi bisa dijelaskan dengan kata-kata. Cahaya dari senter Ezra menyorot ke depan, memperlihatkan ukiran-ukiran kuno yang menghiasi dinding.

Kiara menyentuh salah satu ukiran itu dengan jari-jarinya. "Lihat ini… simbol-simbol ini sama dengan yang ada di Menara Orbis."

Arka mengangguk. "Kita sudah menduga kalau tempat ini memiliki hubungan dengan Orbis. Tapi pertanyaannya, apa yang sebenarnya tersembunyi di dalam sini?"

Ezra menyeringai. "Mungkin harta karun? Atau jebakan mematikan? Aku bertaruh pada yang kedua."

Mereka terus berjalan, langkah-langkah mereka menggema di sepanjang lorong batu. Udara di dalam kuil semakin berat, membawa aroma debu dan sesuatu yang lebih tua, sesuatu yang sudah lama tertidur.

Lalu tiba-tiba, mereka melihat sesuatu di ujung lorong.

Sebuah pintu raksasa, lebih besar dari yang mereka temui di luar, berdiri megah di hadapan mereka. Pintu itu terbuat dari batu hitam yang berkilauan, dihiasi dengan lingkaran emas di tengahnya.

Di sekitar lingkaran itu, ada lima lubang berbentuk seperti telapak tangan manusia.

Kiara menyipitkan mata. "Sepertinya ini semacam mekanisme untuk membukanya."

Ezra mendekat dan meletakkan tangannya di salah satu lubang. Tidak ada reaksi.

"Kurasa kita perlu lebih dari satu orang untuk mengaktifkannya," kata Arka.

Tanpa ragu, Kiara dan Arka meletakkan tangan mereka di dua lubang lainnya. Ezra menghela napas dan menyentuh satu lagi.

Tiba-tiba, batu hitam itu mulai bergetar, dan lingkaran emas di tengahnya bersinar perlahan.

WUUUMMMM…

Cahaya keemasan merambat di sepanjang ukiran di dinding, menerangi lorong dengan kilauan aneh.

Dan saat itulah sesuatu terjadi.

Dari bayang-bayang di sudut ruangan, sebuah sosok mulai muncul.

PENJAGA KUil

Sosok itu tinggi, dengan tubuh yang tampak terbuat dari batu dan cahaya. Matanya bersinar seperti kristal biru, dan simbol-simbol kuno menyelimuti kulitnya yang kasar.

Arka, Kiara, dan Ezra segera mundur, bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.

"Siapa kau?" Arka bertanya, suaranya tetap tenang.

Sosok itu menggerakkan kepalanya perlahan, lalu berbicara dengan suara yang bergema di seluruh ruangan.

"Kalian telah memasuki kuil Luthadel. Aku adalah Penjaga Gerbang. Siapa yang berani menginjakkan kaki di tempat ini?"

Ezra melirik Kiara. "Oke… aku tidak menyangka akan ada raksasa batu berbicara di sini."

Kiara mengabaikan komentarnya dan menatap sosok itu dengan hati-hati. "Kami datang untuk mencari kebenaran tentang Orbis."

Mata biru sosok itu menyala lebih terang. "Orbis… telah dihancurkan."

Arka melangkah maju. "Tapi tidak sepenuhnya. Kami tahu ada sesuatu yang masih tersembunyi di sini."

Penjaga Gerbang terdiam beberapa saat. Lalu, dengan suara yang lebih dalam, ia berkata:

"Jika kalian ingin kebenaran, kalian harus membuktikan diri kalian layak."

Tiba-tiba, lantai di bawah mereka mulai bersinar, membentuk lingkaran cahaya di sekeliling mereka.

Ezra menelan ludah. "Aku benci kalau orang mulai bicara tentang 'pembuktian'."

Dan sebelum mereka bisa bereaksi, lantai di bawah mereka menghilang.

Ujian Kegelapan

Mereka jatuh.

Tidak ada gravitasi. Tidak ada suara. Hanya kegelapan yang menyelimuti mereka.

Arka mencoba menggerakkan tangannya, tapi tubuhnya terasa ringan, seolah dia berada di dalam kehampaan.

Lalu, satu suara bergema di dalam pikirannya.

"Apakah kau siap menghadapi bayangan dalam dirimu?"

Tiba-tiba, kegelapan di sekelilingnya mulai berubah.

Arka berdiri di tengah medan perang. Di sekelilingnya, dia melihat dirinya sendiri, tetapi bukan dirinya yang sekarang, melainkan versi dirinya yang lebih gelap, penuh dengan amarah dan kebencian.

"Kau tidak bisa menyelamatkan mereka," suara itu berbisik. "Seperti kau tidak bisa menyelamatkan dunia."

Arka mengepalkan tinjunya. "Ini tidak nyata. Ini hanya ilusi."

Tapi bayangannya sendiri tersenyum. "Lalu kenapa kau takut?"

Di sisi lain, Kiara menghadapi sesuatu yang berbeda. Dia berdiri di tengah kehancuran, di mana teman-temannya tergeletak tak bernyawa, dan dunia terbakar dalam api.

"Tidak peduli seberapa keras kau berusaha, semuanya akan berakhir seperti ini," suara itu berkata padanya.

Kiara menggeleng. "Tidak. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi."

Di tempat lain, Ezra melihat sosok dari masa lalunya, orang-orang yang telah dia tinggalkan, yang telah mengkhianatinya.

"Pada akhirnya, kau hanya sendirian," suara itu mengejek. "Tidak ada yang benar-benar percaya padamu."

Ezra tertawa sinis. "Mungkin begitu. Tapi aku masih di sini, bukan?"

Satu per satu, mereka menghadapi ketakutan terbesar mereka.

Dan satu per satu, mereka memilih untuk melawan.

KEMBALI KE NYATAAN

Ketika mereka membuka mata, mereka kembali berada di kuil.

Penjaga Gerbang masih berdiri di depan mereka, matanya bersinar lebih redup.

"Kalian telah melewati ujian pertama," katanya. "Tapi perjalanan kalian masih panjang."

Pintu batu hitam di belakangnya mulai terbuka, mengungkap sebuah ruangan yang lebih besar di dalamnya.

Arka, Kiara, dan Ezra saling pandang.

Tanpa sepatah kata pun, mereka melangkah maju, memasuki kegelapan yang lebih dalam.

Di dalam sana, mereka tahu bahwa kebenaran sejati tentang Orbis akhirnya akan terungkap.

1
Diana Dwiari
berasa nonton film lara croft
Ahmad Rifa'i: terima kasih kak sudah mampir ☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!