NovelToon NovelToon
Tolong Nikahi Aku, Paman !

Tolong Nikahi Aku, Paman !

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:38k
Nilai: 5
Nama Author: Black moonlight

Shanna Viarsa Darmawan melakukan kesalahan besar dengan menyerahkan kehormatannya pada Rivan Andrea Wiratama. Kepercayaannya yang begitu besar setelah tiga tahun berpacaran berakhir dengan pengkhianatan. Rivan meninggalkannya begitu saja, memaksa Shanna menanggung segalanya seorang diri. Namun, di balik luka itu, takdir justru mempertemukannya dengan Damian Alexander Wiratama—paman Rivan, adik kandung dari ibu Rivan, Mega Wiratama.

Di tengah keputusasaan, Damian menjadi satu-satunya harapan Shanna untuk menyelamatkan hidupnya. Tapi apa yang akan ia temui? Uluran tangan, atau justru penolakan yang semakin menghancurkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black moonlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali Ke Rutinitas

Esok paginya, Shanna sudah bersiap untuk kembali ke kampus. Ia terlihat bersemangat, mengenakan pakaian rapi dengan tas yang sudah tersusun rapi di kursi sebelahnya.

Di meja makan, Damian menyesap kopinya sambil melirik ke arah Shanna.

"Kamu ada kelas sampai jam berapa?" tanyanya.

"Jam dua, Mas," jawab Shanna sambil merapikan piringnya.

"Berangkat bareng saya, ya. Pulangnya dijemput sopir." Damian lebih terdengar seperti memberi keputusan daripada sekadar saran.

Shanna mengangguk cepat. "Oke, Mas!"

Damian mengamati wajah istrinya yang tampak berbinar. "Kamu kelihatan happy banget," komentarnya.

"Banget!" sahut Shanna antusias, sebelum menyendok nasi ke mulutnya dengan senyum lebar.

Damian hanya tersenyum kecil, menatap istrinya yang tampak lebih bahagia dari sebelumnya. Dalam hati, ia bertanya-tanya, dari mana Shanna mendapatkan kekuatan sebesar itu?

Kalau dia berada di posisi Shanna, mungkin sudah ada seribu alasan untuk murung dan menangis setiap hari. Namun, selama sebulan pernikahan mereka, Damian belum pernah melihatnya benar-benar larut dalam kesedihan.

Terkadang, pikiran itu mengganggunya. Apakah Shanna sudah benar-benar menerimanya sebagai suami? Apakah empat tahun kebersamaannya dengan Rivan tidak meninggalkan jejak sedikit pun? Bagaimana bisa dia move on secepat ini?

Shanna tak pernah menunjukkan penyesalan, kesedihan, atau bahkan tanda-tanda masih menanti seseorang dari masa lalunya. Seolah, Rivan tak pernah ada.

Atau... apakah semua ini hanya kepura-puraan di depannya?

Saat Shanna berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya, ia merasakan banyak pasang mata tertuju padanya. Beragam ekspresi terpancar dari wajah-wajah yang menatap—ada yang terlihat jijik, iri, atau sekadar bingung.

Shanna bisa memahami reaksi mereka. Jika ia berada di posisi mereka, mungkin ia juga akan berpikir hal yang sama. Selama ini, semua orang mengenalnya sebagai kekasih Rivan. Mereka selalu bersama, tidak terpisahkan. Namun, tiba-tiba saja Rivan terbang ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya, dan Shanna—tanpa diduga—menikah dengan Damian, yang jelas-jelas adalah paman Rivan. Sebuah hubungan keluarga yang rumit dan sulit untuk dicerna.

Namun, Shanna tidak ingin ambil pusing. Ia menarik napas dalam, mengangkat dagunya, dan melangkah dengan yakin menuju kelasnya.

"Wah, wah, wah, akhirnya pengantin baru kita masuk kuliah lagi, guys!" ucap Roy dengan nada bergurau.

"Berisik lo, Roy," balas Shanna dengan kesal.

"Kemana aja lo, Shan? Lo harus kasih penjelasan ke kita," kata Laura, tiba-tiba.

Sekejap, kelas menjadi hening, dan semua mata tertuju pada Shanna.

"Apa yang perlu gue jelasin? Kalian udah tau kan tanpa gue jelasin," jawab Shanna dengan tenang.

"Ini semua gak masuk akal, Shan. Ko bisa?" tanya Laura, masih bingung.

"Intinya, Rivan ninggalin gue ke luar negeri. Sejak itu, kita udah gak punya hubungan apa-apa lagi. Terus, gue dapat lamaran dari Damian, ya udah, gue terima. Sebagai bentuk balas dendam gue ke Rivan." Shanna melontarkan alasan dengan nada santai.

"Serius karena itu, Shan?" Laura menatapnya penuh selidik.

"Serius. Emang karena apalagi?" Shanna mengangkat bahu seolah tak ada yang perlu dipertanyakan lagi.

Laura melirik sekilas ke arah perut Shanna. "Lo gak...?"

Shanna tertawa kecil. "Enggak lah. Tapi kalau suatu hari nanti emang jadi, ya berarti itu hasil balas dendam gue ke Rivan."

"Jadi lo udah dong sama Pak Damian?" Roy menyeringai, menggoda.

Shanna pura-pura berpikir lalu terkekeh. "Haha, siapa yang bisa nolak pesona Damian, Roy? Dia tuh... ah, udahlah, gak bisa gue ceritain."

Laura tertawa kecil sambil menggelengkan kepala. "Gak nyangka, Shanna. Kita yang selama ini ngeliat lo polos ternyata lo ada nakalnya juga."

"Gue udah bertekad gak bakal melibatkan perasaan lagi dalam hubungan apa pun semenjak Rivan pergi. Sekarang gue cuma mau menikmati hidup. Selama Damian bisa bahagiain gue, urusan hati dan cinta itu bisa nyusul belakangan."

"Cepet banget lo move on. Lo beneran gak inget sama Rivan?"

Shanna tersenyum tipis. "Inget, tapi gue bisa apa? Dia yang milih pergi. Kenapa gue harus nangisin orang yang udah ninggalin gue? Sedangkan gue punya seseorang yang mau bertahan sama gue dan bahkan ngasih komitmen jelas buat gue."

Roy bersiul pelan. "Gila, menyala sekali Nyonya Wiratama ini."

Shanna mendongakkan dagu dengan percaya diri. "Jelas. Gue gak boleh lembek lagi. Gue harus bisa ngimbangin Damian."

Hari itu, Shanna berhasil menepis keraguan, pertanyaan, dan stigma yang orang-orang jatuhkan padanya. Ia menutupi semua lukanya dengan keberanian yang dipaksakan. Namun tak ada yang tahu, semakin banyak orang membicarakan Rivan, semakin perih luka yang ia rasakan, seolah menganga lebih dalam.

Sementara itu, di tempat lain, Damian tampak lebih cerah dari biasanya.

"Selamat pagi, Pak Damian," sapa para karyawan yang berpapasan dengannya.

"Pagi," jawab Damian ramah.

Willy yang berjalan di sebelahnya langsung berbisik, "Dam, jangan senyum gitu deh. Sumpah, lo kelihatan aneh."

"Apaan sih? Perasaan gue biasa aja," Damian mengernyit bingung.

"Mau gue kasih rekaman CCTV? Gue bisa minta ke petugas keamanan, loh," Willy terkekeh menggoda.

Damian hanya tertawa kecil. "Haha, lebay lo. Ada agenda apa hari ini?"

"Hari ini kita ada meeting dengan perusahaan teknologi untuk tender proyek smart medical device. Mereka mau launching produk inovatif di bidang alat kesehatan."

"Oke. CTO udah ada?"

"Udah, Dam. Bokap juga bakal hadir, tapi beliau gak akan memimpin meeting. Katanya, dia percaya sama lo buat handle ini."

Damian mengangguk paham. Kepercayaan yang diberikan ayahnya bukan hal baru, tapi tetap saja ada sedikit tekanan. Ia harus memastikan semuanya berjalan lancar.

"Makan siang sama wali kota itu bahas apa?" tanya Damian sambil berjalan menuju ruangannya.

"Kerja sama proyek CSR rumah sakit. Pemkot tertarik buat kolaborasi di bidang layanan kesehatan berbasis teknologi. Makanya, mereka undang kita buat diskusi lebih lanjut," jelas Willy.

Damian mengambil jasnya lalu mengenakannya dengan rapi. "Bagus. Kita pastikan semua detailnya jelas sebelum deal. Oh ya, setelah dari pabrik nanti, ada agenda lain?"

"Gak ada yang besar. Cuma laporan mingguan dari beberapa divisi. Gue udah minta summary-nya dikirim ke email lo."

"Oke, noted."

Damian melirik arlojinya. Masih ada waktu sebelum meeting dimulai. Ia menghela napas ringan, membayangkan bagaimana hari ini akan berjalan. Lalu, tanpa sadar, pikirannya melayang ke sosok Shanna.

Apa dia baik-baik saja di kampus? Apakah ada yang mengganggunya?

Damian mendengus pelan. Kenapa dia jadi kepikiran seperti ini? Padahal Shanna sendiri tadi terlihat begitu percaya diri. Tapi tetap saja, ada sesuatu dalam dirinya yang ingin memastikan bahwa istrinya itu baik-baik saja. Sesuatu yang tidak pernah Damian rasakan dan lakukan pada wanita manapun.

1
April Lia
duhhh damian bijak bnget bikin klepek² gk sih 😍😍
April Lia
buat Damian bucin sebucin² ma shana begitu jga shana buat bucin ke damian biar gk ada nma mantan ganggu mereka
Ghinatanzila Valery
bagus crtnya
Tarini Rini
lanjutan nya mana ?
Suciati Ginting
kenapa gak lanjut" thor
Lina
lanjuut thor jngn nggantung
marnimamgeso
lanjut dong kak
Lina
athor mana lanjutan nya ,
Popo Hanipo
saking baiknya si damian wkkk nanti jangan bilang karna mau nolong ya🤣
Valen Angelina
hahahaha pompa asi kok jadi pompa yg lain si kwkwkwk
Popo Hanipo
ibunya kena baby blues tersangka utama sedang enak2 kuliah yah begitulah,,dimana2 yang menjadi korban itu perempuan
Popo Hanipo: kalo tersangka udah nyesel dari kemaren2,,aku nungguin si mega mendung sama suaminya yang nyesel apalagi kalo smpai di masa yang akan datang si rivan gak bisa kasih cucu lagi bakal tambah seru
Lina: yg bikin spa yg repot spa ,athor kenapa lengkap gini penderitaan senan dan Damian ,coba ke mereka ber2 bikin gitu bahagia biar si tersangka nyesel 😄
total 2 replies
Popo Hanipo
kak bisakah damian jangan pakai bahasa formal saat bicara dengan shanna kyk kurang enak bacanya kan sudah suami istri
Popo Hanipo: oalah ya ya aku kan jadi inget aldebaran wwkwk
Narata: bisa kakak kuu .. ini emang settingannya di giniin dulu. nanti ada waktunya ya hihi
total 2 replies
Popo Hanipo
bagus
Sukemi Nak Murtukiyo
trima kasih up nya kak,,,,,,,,ditunggu selanjut, semakin seru.
Narata: Siap kakak kuu. jangan lupa beri semangat buat author yaa
total 1 replies
Sukemi Nak Murtukiyo
kak upnya jangan lama lama,,,,,,,,
Dian Fitriana
up
Lina
di sini yg paling sakit Damian ,yg banyak berkorban ,jngn lah senan kembali pada Riva othor
Narata: betull sakit banget jadi damian hiks
total 1 replies
Dian Fitriana
up
Risma Waty
Keep strong Shan...
Risma Waty
Nemu istilah kedokteran yg baru nih ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!