"Aku pikir, kamu malaikat baik hati yang akan membawa kebahagiaan di hidupku, ternyata kamu hanya orang sakit yang bersembunyi di balik kata cinta. Sakit jiwa kamu, Mas!"
Kana Adhisti tak menyangka telah menikah dengan lelaki sakit jiwa, terlihat baik-baik saja serta berwibawa namun ternyata di belakangnya ada yang disembunyikan. Akankah pernikahan ini tetap diteruskan meski hati Kana akan tergerus sakit setiap harinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamar Yang Tertutup
...-Rasa curiga timbul karena ada sesuatu yang ditutupi-...
Adnan pamit untuk bekerja pada Kana. Sebagai istri yang baik, Kana mengantar Adnan sampai ke depan pintu. Jika tadi sikap Adnan sangat dingin dan agak menyeramkan, kini Adnan kembali bersikap hangat.
"Aku tidak akan lama. Hanya membereskan sedikit pekerjaan di kantor. Nikmatilah hari ini. Istirahat yang cukup karena nanti malam kamu harus melakukan tugasmu lagi." Adnan mengecup kening Kana lalu masuk ke dalam mobilnya.
Kana memaksakan senyum di wajahnya. Ia melambaikan tangan melepas kepergian Adnan meski hati terasa enggan akibat rasa kecewa yang besar.
Selepas Adnan pergi, Kana kembali masuk ke dalam rumah. Kana mengamati dari jauh ketika Ibu Erin -asisten rumah tangga Adnan- membawa nampan berisi makanan menuju kamar utama tempat istri pertama Adnan berada. Ini adalah kesempatan emas yang tidak boleh disia-siakan bagi Kana.
Dengan hati-hati, Kana mengikuti dari belakang, menjaga jarak agar tidak terlihat.
Sesampainya di depan pintu, Ibu Erin mengetuk pintu kamar. "Nyonya, makanannya sudah siap," ujarnya dengan suara lembut. Tanpa menunggu jawaban, Ibu Erin menekan password di pintu lalu masuk ke dalam.
Kana berjalan mendekat, ia berniat menguping pembicaraan di dalam kamar. Sayang, tak terdengar apapun, kamar utama nampaknya kedap suara. Kana menatap pintu kamar yang menggunakan smart lock, ia harus tahu passwordnya jika ingin masuk ke dalam. Bagaimanapun caranya Kana harus masuk ke dalam. Ia harus meminta maaf pada istri pertama Adnan karena sudah hadir sebagai orang ketiga di rumah tangga mereka.
Kana terkejut saat pintu kamar tiba-tiba terbuka. Kana cepat-cepat sembunyi di samping lemari kaca. Kana melongok dari balik dinding dan mencoba mengintip ke dalam kamar. Namun, ruangan tertutup gorden, cahaya di dalam terlalu remang sehingga ia tidak bisa melihat dengan jelas. Ibu Erin terlihat menutupi pemandangan di belakangnya saat tahu Kana sedang berusaha mengintip. Ia cepat-cepat menutup pintu lalu memasang senyum di wajahnya. "Ada yang bisa saya bantu, Nyonya Kana?"
Kana terkejut karena ketahuan bersembunyi. Kana keluar dari samping lemari lalu menjawab pertanyaan Ibu Erin. "Mm ... Bu Erin ... apakah aku boleh menyapa ... Beliau?" tanya Kana ragu-ragu.
"Maaf Nyonya Kana, Tuan Adnan melarang siapapun masuk kecuali Tuan Adnan sendiri dan saya," jawab Ibu Erin dengan tegas.
"Termasuk aku?" Kana menunjuk dirinya sendiri.
"Iya. Termasuk Nyonya Kana, tidak diijinkan masuk," jawab Ibu Erin dengan tegas.
"Oh ... baiklah jika aku tak boleh masuk." Kana tak putus asa, ia harus mendapat jawaban atas pertanyaannya. "Mm ... Bu Erin, aku hanya mau bertanya sedikit boleh?" tanya Kana.
"Mau bertanya apa, Nyonya?" tanya balik Ibu Erin.
"Tentang ... Beliau." Mata Kana melirik ke arah pintu yang ada di belakang tubuh Ibu Erin. "Kenapa Beliau terus di kamar dan tidak ikut sarapan bersama kami? Apakah Beliau sedang sakit keras?" tanya Kana, berusaha agar suaranya terdengar tenang meski menyimpan segudang pertanyaan.
Asisten rumah tangga berusia 50 tahunan itu nampak menghela napas panjang. "Sebenarnya saya tidak berhak memberitahu Nyonya Kana. Tuan Adnan yang berhak memberitahunya. Namun saya akan menjawab sedikit rasa ingin tahu Nyonya Kana, saya harap Nyonya tidak berusaha mencari tahu lebih jauh lagi." Ibu Erin menatap Kana dengan tatapan iba. "Nyonya besar memang sedang sakit, Nyonya. Saya yang mengurusnya setiap hari. Tolong Nyonya Kana tidak menambah pekerjaan saya dengan rasa penasaran Nyonya lagi."
Kana jadi tak enak hati. Ibu Erin sudah memintanya untuk tidak ikut campur namun hal itu malah membuat Kana menjadi semakin penasaran. "Iya. Aku ... tak akan ikut campur. Bu, suamiku pasti sangat mencintai Beliau ya?"
Asisten rumah tangga itu ragu-ragu sejenak, lalu melanjutkan. "Tuan Adnan sangat menyayangi Nyonya besar. Maaf jika ucapan saya membuat Nyonya Kana kecewa. Saya hanya menjawab pertanyaan Nyonya Kana dengan sejujurnya."
Dengan susah payah Kana menelan salivanya dan memaksakan senyum di wajahnya. "Iya. Aku mengerti."
****
Kana merasa bosan terkurung di rumah besar milik Adnan tanpa melakukan apapun. Adnan melarang Kana pergi keluar sebelum 3 hari. Kana sudah membuat beberapa video endorse dan sudah ia posting di sosial media miliknya. Sejak mengumumkan akan menikah dengan Adnan, tawaran endorse kembali masuk, begitupun dengan syuting iklan dan film namun Kana menolak. Kana masih memilih film apa yang akan ia ambil. Kali ini Kana akan lebih selektif lagi, tak asal menerima tawaran. Kana akan membuktikan kalau ia memang jago akting bukan hanya menang hoki semata.
Kana menunggu istri pertama Adnan keluar kamar sambil berpura-pura menonton TV. Sayangnya, pintu kamar Nyonya Besar selalu tertutup. Kana melihat terus ke arah kamar Nyonya Besar sampai ditegur oleh Ibu Erin yang curiga dengan gerak-gerik Kana. "Ada yang bisa saya bantu Nyonya Kana?"
"Oh, tidak. Aku hanya ... sedang melihat-lihat dekorasi rumah ini saja. Bagus ya, Bu," kata Kana beralasan.
Kana mencari cara lain agar bisa melihat Nyonya Besar yang namanya tak ia ketahui itu keluar agar bisa berkenalan dengannya namun tatapan mata Ibu Erin membuat Kana tak nyaman. Kana harus punya alasan, satu-satunya alasan masuk akal yang ia lakukan adalah menulis.
Selama sepi job, Kana melakukan kegiatan untuk mengisi kesibukannya di sela waktu kuliah dengan menulis. Sudah beberapa novel online Kana buat, tentunya dengan nama samaran agar tak ada yang mengenal identitas aslinya. Penulisan cerita dan ide yang tidak pasaran membuat Kana memiliki pembaca setia. Meski belum terkenal namun memiliki pembaca setia merupakan kebahagiaan tersendiri untuk Kana.
Dengan secangkir susu cokelat hangat dan laptop kesayangannya, Kana duduk di ruang tengah seraya menghadap pintu kamar Nyonya Besar. Jari-jarinya mulai menari di atas keyboard, mengetikkan kata demi kata yang ia rangkai menjadi satu kesatuan cerita. Ia membayangkan dirinya berada di dunia fantasi yang ia ciptakan. Karakter-karakter dalam novelnya seolah-olah menjadi teman setianya dalam menghadapi kenyataan pahit yang sedang ia hadapi.
Tanpa Kana sadari, waktu berjalan dengan cepat namun Nyonya Besar tak juga keluar kamar. "Gawat, sebentar lagi Mas Adnan pulang, aku harus mandi dan terlihat segar saat menyambutnya pulang kerja."
Kana membawa laptop miliknya dan segera membersihkan dirinya. Saat terdengar suara mobil memasuki garasi, Kana segera turun dengan penampilannya yang cantik dan selalu segar. Kana menyambut kepulangan Adnan dengan senyum di wajahnya. Meski Adnan menyembunyikan pernikahan pertamanya namun Adnan tetap suaminya. Sudah menjadi tugas Kana menyambut kepulangan Adnan dengan senyuman.
Adnan menatap Kana dari ujung kepala sampai ujung kaki. Istrinya memang cantik, wajar kalau namanya cepat naik daun. "Kamu cantik sekali," puji Adnan.
"Tentu. Aku harus menyambut suamiku dengan cantik, bukan?" balas Kana sambil memasang senyum palsu di wajahnya. Kana menggandeng tangan Adnan dengan manja. Ia harus bersikap baik meski hatinya menyimpan banyak kekecewaan karena telah dibohongi.
"Pintar. Itu baru istri yang baik." Adnan tersenyum lalu mengecup pipi Kana dengan mesra.
"Mas mau langsung makan atau mandi dulu?" tanya Kana.
"Kayanya, aku mau makan dulu. Aku lapar," jawab Adnan sambil terus menatap kecantikan Kana dengan lekat.
"Baik, aku minta Ibu Erin siapkan dulu ya, Mas." Baru saja balik badan, tangan Kana sudah dicekal oleh Adnan.
"Aku tak mau disiapkan Ibu Erin. Aku mau kamu yang siapkan dan suapi ... di kamar kita." Adnan memberikan paper bag yang ia pegang pada Kana.
Kana menerima paper bag pemberian Adnan, mata Kana membola melihat isi paper bag. Sebuah baju pelayan dengan model super seksi sesuai ukuran Kana. "Aku ... pakai ini?"
"Ya. Bukankah itu tugasmu sebagai istri? Cepat, layani aku!"
****
hhmmm Adnan kah yg selalu memantau Kana
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
Adnan apakah sudah sembuh...gimana kabarnya setelah setahun bercerai
semangat terus Kana
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
Bu Erin juga sangat kuat sekarang menyayangi Kana
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
makasih kaak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
buat Adnan semoga bisa yaaa sadar juga klo Rara udah gak ada
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
setuju Kana dg sikap mu hehe
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️
jelaslah Bu Erin yg marah
makasih kak Mizzly up nya 🙏🏻❤️