NovelToon NovelToon
Writer'S Block

Writer'S Block

Status: tamat
Genre:Tamat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Epik Petualangan / Persahabatan / Romansa / Healing
Popularitas:790
Nilai: 5
Nama Author: David Purnama

Dafy Kurniawan seorang penulis fiksi ternama. Karya-karyanya best seller dan berhasil diadaptasi menjadi film yang laris manis.

Setahun belakangan ia mengalami writer’s block. Kondisi dimana seseorang tidak mempunyai gagasan baru sama sekali.

Dafy bepergian melakukan kegiatan diluar kebiasaannya untuk mencari inspirasi dan ide-ide segar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keributan di dalam Angkot

Jam 7:30 pagi.

Dafy segera meninggalkan hotel setelah selesai makan dan mandi.

Kali ini Dafy tidak punya banyak pilihan.

Tanpa membawa kendaraan pribadi ia harus naik jasa angkutan kota yang bersifat umum. Yang artinya harus berbagi dan bersabar dengan penumpang yang lain.

Dari Hotel tempatnya menginap Dafy berjalan kaki menuju halte kemudian memilih tumpangan untuk sampai di titik lokasi selanjutnya. Ia harus melewati titik-titik lainnya sebelum sampai di tempat tujuan pertamanya.

Baru di awal saja aktivitas ini sudah bisa membuat manusia penyendiri itu merasakan kelapangan di dalam hati dan pikirannya. Sebuah permulaan yang positif.

Dafy sampai di sebuah terminal tua. Stasiun pemberhentian bus untuk naik turunnya para penumpang.

Selanjutnya ia akan naik angkot berupa MVP kuno untuk menuju ke suatu wilayah yang akan semakin mendekatkan dirinya kepada titik tujuannya.

Setelah menunggu berjam-jam di bawah terik panas yang menembus atap kendaraan. Akhirnya mobil berwarna biru tua itu mulai bergerak. Resmi berangkat setelah semua tempat duduknya penuh.

“Sampai di sana kira-kira 1 jam”,

Sekitar satu jam lagi. Dafy harus tahan duduk berdesak-desakan dengan para penumpang.

“Mau kemana mas?”, tanya seorang bapak gendut yang duduk menempel tepat sebelah Dafy.

Orang itu membawa sebuah kotak yang terbuat dari plastik. Ukurannya panjang kali lebar 40 cm x 30 cm ada. Tingginya mungkin 25 cm.

Kotak itu ditutup menggunakan kain gelap yang diikatkan dengan badan wadah plastik tersebut. Orang itu menaruhnya di lantai mobil dan diapit menggunakan kedua kakinya.

“Isinya apa itu pak?”, tanya Dafy yang penasaran.

“Mau mengantar pesanan”, jawab bapak itu.

Memang begitulah pembicaraan di dalam kendaraan umum yang sesak penumpang dengan latar belakang yang beragam. Apalagi mobil ini melaju dengan agak ugal-ugalan.

Suara bising mesin tua yang berjuang sekuat tenaga. Jalannya juga dominan menanjak.

Dan tiba-tiba saja. Mobil ini terhentak. Bergoyang kencang dan sedikit melayang.

Angkot ini menerjang gundukan polisi tidur tanpa aba-aba yang sukses membuat beberapa penumpang di dalamnya menjadi terkejut.

Bapak itu sedikit hilang kendali. Kotak bawaannya terlepas. Kain penutupnya lepas.

Wadah plastik itu tumpah. Isi yang berada di dalam kotak itu keluar dan membuat orang-orang di dalam mobil terutama para wanita menjerit panik.

“Tikus”,

“Tikus”,

“Tikus”,

“Tikus”,

“Tenang, tenang. Ini tikus putih tidak bahaya. Tidak gigit”, kata bapak itu yang kemudian menjadi tegang dan bergerak untuk menangkap tikus-tikusnya kembali.

“Aduh tikusnya gigit”, teriak salah seorang penumpang.

“Ayo mas bantu saya”,

“Jangan diam saja”, bapak itu mengajak Dafy.

“Iya pak iya”, kata Dafy.

“Kenapa jadi begini?”, batin Dafy.

Ada satu ekor tikus putih yang benar-benar keterlaluan. Tikus kecil itu masuk ke dalam pakaian seorang ibu-ibu yang baru pulang dari pasar. Ibu itu membawa keranjang belanjaan berisi sayur-sayuran di pangkuannya.

Mungkin maksud tikus itu ingin masuk ke dalam keranjang belanjaan yang penuh sayuran. Tapi ia malah salah masuk ke dalam pakaian ibu itu. Sepertinya langkah tikus itu terpeleset karena terlalu buru-buru sehingga salah lahan.

“Tolong”,

“Tolong”,

Ibu itu tentu saja berteriak histeris minta bantuan karena ada tikus yang masuk ke dalam pakaiannya. Bergerak menggeliat di antara baju dan kulit tubuhnya.

Ibu itu takut dan juga geli. Apalagi ketika si tikus mulai gigit.

Tikus putih itu sendiri sebenarnya juga bingung. Tempat apa ini? Ia salah masuk. Perasaan yang ia lihat tadi adalah sayuran hijau segar. Kenapa jadi gelap dan bau keringat begini?

“Aduh gigit”,

“Permisi bu saya ambil”, kata bapak gendut mencoba menolong.

“Jangan”,

“Jangan”,

Tangan bapak gendut pemilik tikus itu dihalau oleh sang ibu ketika hendak mengambil tikus di dalam pakaiannya.

“Mas nya itu saja”, pinta ibu itu.

Akhirnya tangan Dafy lah yang merogoh masuk ke dalam pakaian ibu itu.

Meski harus bergerilya kesana kemari di dalam pakaiannya dan sempat berkali-kali salah pegang. Akhirnya Dafy bisa menangkap dan mengeluarkan tikus putih kecil tersebut dari dalam pakaian ibu itu.

“Terimakasih mas”, ucap ibu itu malu-malu.

*

Tiba lah Dafy di titik pemberhentian berikutnya.

Ia sekarang berada di lokasi yang merupakan sebuah desa yang terletak paling dekat dengan tempat tujuan pertamanya.

Dafy turun bersamaan dengan bapak gendut yang membawa tikus putih kecil-kecil yang sebelumnya sempat terlepas dan menyusahkan orang-orang di dalam mobil angkutan.

“Ketemu semua pak tikusnya?”, tanya Dafy.

“Lengkap mas 30 ekor”,

“Untung tidak ada yang mati terinjak”,

“Terimakasih mas tadi sudah dibantu”, kata bapak itu pergi berlalu.

Tikus-tikus putih itu hendak ia antarkan untuk sang pembeli. Tikus putih peliharaannya itu adalah pakan bagi ular-ular yang dipelihara di dalam kandang yang indah.

Di sinilah sekarang tempat tujuan Dafy.

Dari sini ia sudah bisa melihat tempat yang hendak didatanginya. Yaitu sebuah bukit yang kental dengan keindahan alam dan cerita yang sudah teramat dikenal.

Dafy sengaja ke sini saat bukan hari libur atau pun akhir pekan. Karena biasanya di hari-hari itu tempat ini akan berubah menjadi lautan manusia.

Ini bukan lah kali pertama Dafy pergi ke bukit yang tidak terlalu tinggi itu. Dahulu sekali ia pernah beberapa kali ke tempat ini dengan orang-orang yang special.

Tidak terasa hari sudah mau sore. Dafy pun bergegas melanjutkan agendanya sebelum berjumpa dengan petang.

Selanjutnya ia pergi ke tempat penyewaan alat-alat untuk berkemah. Dafy yang datang hanya bermodalkan tas punggung yang ringan membutuhkan perlengkapan tambahan lainnya untuk naik ke bukit indah yang tampak sedang sepi itu.

Benar sekali. Di bukit itu Dafy berniat dan berencana untuk bermalam. Maka dari itu ia menyewa peralatan seperti tenda, matras, alat masak dan membeli logistik.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!