Morgan & Emily,
Perjanjian bisnis orang tua Morgan, memmbuat Morgan & Emily harus menikah.
"Walaupun pernikahan kita atas dasar org lain, tapi aku tidak ingin ada org lain dalam rumah tangga ini ketika nanti kita sah menjadi pasangan suami istri". ucap Emily
Menjadi seorang Wanita karir sekaligus seorang istri, Emily selalu berusaha membuat suaminya bahagia dan menjaga rumah tangganya ditengah-tengah kesibukannya mengejar target menjadi kepala rumah sakit dan menyelesaikan proyek pembangunan rumah sakit miliknya sendiri.
"Aku hanya ingin kau fokus dengan Rumah tanggal & kandunganmu Emily, aku tidak meminta kau berhenti bekerja setidaknya kurangi beban pekerjaanmu". ucap Morgan frustasi sambil mengacak-ngacak wajahnya dengan telapak tangannya
Disaat Hubungan dengan Suaminya mulai terbangun sebuah peristiwa mengubah segalanya & membuat Emily keluar dari rumah dan meninggalkan segalanya dalam keadaan mengandung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GRACIA SYLIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Janggal
"Aku berharap ini kejadian pertama & terakhir...kalau besok-besok kita diberi kesempatan bisa memiliki anak lagi aku pengen kamu mengurangi aktivitasmu." ucap Morgan lembut sambil mengelus telapak tangan Emily.
Emily tertegun mendengar permintaan suaminya, banyak hal yang berkeliaran di kepalanya. Kaitannya dengan pekerjaan, 2 tahun kedepan kegiatannya lagi padat-padatnya, ia mengejar jam operasi sebagai syarat untuk kenaikan jabatannya di Rumah sakit, belum lagi proyek pembangunan rumah sakit miliknya, tentu itu permintaan yang sangat sulit untuk Emily kabulkan.
"Pelan-pelan, aku akan belajar dari kejadian ini." ucap Emily tulus pada Morgan berusaha tak memberi jawaban iya juga tak menolak, ia hanya tidak ingin membuat suaminya kecewa dan berharap lebih agara Emily bisa mengurasi aktivitas kerjanya.
Fokus Emily saat ini adalah bagaimana bisa naik jabatan sebagai direktur di Rumah sakit dan proyek pembangunan rumah sakitnya bisa selesai dalam waktu 2 tahun ini, setelah itu akan pindah dan fokus pada rumah sakit miliknya sendiri dengan merekrut dokter-dokter muda dan tentu dokter berpengalaman untuk membantunya selanjutnya sebagai pemilik yayasan tersebut ia hanya akan disibukkan dengan mengecek perkembangan rumah sakit & sesekali ikut dalam praktek rumah sakit.
Bagaimanapun juga ia tidak akan bisa meninggalkan profesi dokternya, baginya itu adalah panggilan hati untuk membantu menolong orang yang membutuhkan pertolongan.
Hari demi hari berlalu meninggalkan bayang-bayang kejadian hari itu, tak ada yang berubah Morgan setiap harinya tetap sama seperti janjinya ketika mengetahui Emily hamil. Meskipun saat ini kandungan Emily telah kosong, Morgan selalu berusaha untuk menjaga & melayani istrinya.
Setiap hari ia akan mengantar istrinya ke Rumah sakit untuk pergi bekerja selebihnya ia meminta supir pada pihak rumah sakit untuk mengantar jemput Emily pada jam kerjanya.
Emily tidak masalah akan hal itu, walaupun menurutnya cukup berlebihan. Ia hanya tidak ingin membuat suaminya khawatir, Morgan juga meminta Keyla sekretaris sekaligus asisten pribadi Emily untuk selalu standbye disetiap kegiatan Emily, Morgan tau betul bagaimana padatnya kerjaan Emily.
"iya bu. Morgan akan berusaha, jangan terlalu mendesak kami. Aku tidak ingin menambah beban pikiran Emily" Ucap Morgan dalam sambungan telepon sambil menggoyang-goyangkan kursi kantornya
"..........."
"iya-iya, Ibu juga juga jaga kesehatan ya. Sebentar lagi Morgan ke rumah sakit untuk menjemput Emily sebelum pulang kerumah". Ucap Morgan
Sambungan telepon terputus. Morgan melirik jam tangannya masih ada waktu 40 menit sebelum jam kantor selesai, ia memutuskan menyelesaikan beberapa dokumen lagi sebelum meninggalkan ruangan kantor & menjemput istrinya.
Saat ini Morgan sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit, ia tak mengabari Emily. Terkadang Morgan menjemput langsung ke ruangan kerja istrinya yang saat itu masih menjabat sebagai Wakil Direktur Pelayan Rumah sakit, Morgan berjalan menyusuri lorong dengan sangat berwibawa sesekali ia melemparkan senyum ketika ia melewati beberapa staf dan dokter dirumah sakit tempat istrinya bekerja.
Semua orang mengenal Morgan bukan hanya suami dari dokter & juga wakil direktur rumah sakit terbesar di Indonesia tapi juga mengenal Morgan sebagai Pebisnis Muda yang memiliki banyak usaha.
Langkah Morgan terhenti, ia merogoh saku jasnya untuk mengambil ponsel yang berdering. Belum sempat ia mengangkatnya panggilan tersebut mati, setelah ia cek yang menelponnya adalah nomor baru yang tidak ia kenali.
Morgan mengerutkan keningnya, mencoba mengacuhkan panggilan tersebut. ia saat ini telah berada di depan pintu ruangan Emily, pintunya tidak tertutup rapat masih ada celah namun tidak terbuka lebar, ia mengambil kesimpulan di dalam ruangan ini ada org lain yang masuk selain Emily.
Bukan maksud menguping, namun suara obrolan org dalam ruangan itu memang yang bisa terdengan meski samar-sama dari luar. Ruang itu adalah ruang praktek Emily, saat hari kerja Emily lebih banyak menghabiskan waktunya didalam ruangan praktek daripada ruang wakil direktur.
"saat kejadian itu...hanya ada aku & keyla Bi". Ucap seseorang dalam ruangan itu.
Morgan hafal dan yakin betul itu adalah suara Emily. "Tapi..tunggu!" Kejadian?"
"Apa yang terjadi & dengan siapa ia berbicara" gumam Morgan mengerutkan keningnya berusaha mencerna. Ia tidak mau gegabah berusaha tetap berada pada posisinya bukan tepat depan pintu tapi disisi pintu.
...****...
