Cassandra Magnolia Payton, seorang putri dari kerajaan Payton. Kerajaan di bagian utara atau di negeri Willems yang dikenal dengan kesuburan tanahnya dan kehebatan penyihirnya.
Cassandra, gadis berumur 16 tahun berparas cantik dengan rambut pirangnya yang diturunkan oleh sang ayahanda dan mata sapphiernya yang sejernih lautan. Gadis polos nan keras kepala dengan sejuta misteri.
Dimana kala itu, Cassandra hendak dijodohkan dengan putra mahkota dari kerajaan bagian Timur dan ditolak mentah-mentah olehnya karena ia ingin menikah dengan orang yang dicintainya dan memilih kabur dari penjagaan ketat kerajaan nya dengan menyamar menggunakan penampilan yang berbeda, lalu pergi ke kekerajaan seberang, untuk mencari pekerjaan dan bertemulah dengan Duke tampan yang dingin dan kejam.
Bagaimana perjalanan yang akan Cassandra lalui? Apakah ia akan terjebak selamanya dengan Duke tampan itu atau akan kembali ke kerajaan nya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon marriove, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB IV. Tersiksa
Mendengar bahwa Laviora, salah satu dari pelayan baru yang akan menjadi pelayan pribadi Duke, dapur semakin ricuh. Tatapan sinis, tidak suka, dan mencemooh mengarah kearah satu yaitu bintang yang paling bersinar yaitu Laviora sendiri. Cassa melenggang pergi dari dapur, tidak peduli dengan tatapan menusuk yang selalu mengarah kepadanya.
Kakinya menghentak-hentakkan kecil, sangat kesal karena Duke jelek itu. Alaric terlihat sekali mengibarkan bendera kepadanya, Cassa sudah menebak-nebak apa yang akan direncanakan dengan Alaric. Dengan pasrah, Cassa pergi menuju ke kamar Alaric. Seperti sudah terbiasa, dia mengetuk pintu itu dan diiyakan dari dalam.
*Kriet
Pintu terbuka, harum khas dari Alaric tercium harumnya. Mata Cassa melihat seorang lelaki yang sedang duduk didepan jendela dengan pandangan yang sibuk menatap keluar. Alisnya naik satu, bingung dia ingin melakukan apa.
" Rupanya kau sudah datang, Laviora, " Alaric berpindah untuk duduk di pinggiran ranjangnya, matanya mengisyaratkan agar Cassa mendekat.
" Salam kepada Yang Mulia Duke, semoga langit dan dewa melimpahkan berkah kepada Anda. Mohon beritahu tugas pertama saya untuk menjadi pelayan pribadi anda, Duke. Saya akan dengan senang melayani anda, " Cassa menawarkan dirinya, ingin membangun citra yang bagus walau dirinya sudah dicap dengan gadis lancang dan kurang ajar. Siapa peduli? Tapi sepertinya, tawaran Cassa akan membawakan malapetaka untuk hari libur kali ini.
Benar, hari ini hari libur. Alaric libur sehingga bisa jauh dari tumpukan tugas, jadi dipastikan Alaric terbebas dan akan berdiam diri di kediamannya seharian. Mengistirahatkan tubuhnya setelah seminggu bekerja diharuskan untuk pulang larut setiap harinya.
" Ah, senang ya? Baiklah, aku akan memberikan tugas yang banyak untukmu, " Alaric tersenyum sangat manis, mungkin bagi orang lain mereka akan tersipu hingga wajah mereka seperti tomat, tapi bagi Cassa tentu tidak.
" Haha, Anda sangat pintar bercanda, Duke. Jadi apa yang saya harus lakukan terlebih dahulu?, " tanya Cassa dengan senyuman manis pula, rasanya dia ingin menjadi pelayan biasa saja daripada menjadi pelayan pribadi walau gajinya lebih besar.
" Kau bisa bersihkan kotoran kuda kesayanganku di kediaman belakang, sudah seminggu kuda kesayangan ku tidak dibersihkan, " bagai petir yang menyambar dengan kencang, perintah itu membuat Cassa kaget setengah mati. Ini baru pertama kalinya ia ingin membersihkan kotoran hewan, apalagi sudah tidak dibersihkan selama seminggu lamanya.
" Apa tidak ada yang lain, Duke? Maaf lancang, tidak adakah pekerja khusus untuk membersihkan kandang hewannya?, " tawar Cassa. Mungkin saja, sang Duke bisa mengubah dengan tugas yang lain, pikirnya.
" Kau berani menolak permintaanku?! Kau memang gadis yang begitu pemberani, Laviora. Bahkan tidak takut dengan diriku yang digadang-gadang seorang Duke kejam. Bukankah itu yang sering kau katakan saat kesal denganku? Duke sialan, Duke kejam, " sindir Alaric dengan terang-terangan, mata merahnya menatap tajam gadis didepannya yang sedang menunduk. Mendengar itu semua, Cassa merasakan bulu kuduknya merinding. Merinding dengan tatapan lelaki didepannya.
" Maafkan saya, Duke. Tolong lupakan saja apa yang sudah saya katakan kemarin-kemarin. Saya permisi, Duke. Saya akan mulai membersihkan kandang kuda milik Anda, " Cassa membungkuk 90° kemudian ingin berbalik, tetapi tangan Cassa ditahan. Cassa menoleh, menatap tangan kecilnya yang digenggam begitu erat dengan tangan besar lelaki didepannya.
"Ada apa, Duke?, " tanya Cassa pelan, merasa tidak nyaman dengan genggaman ditangannya.
" Sebelum kau membersihkannya, aku akan memberikanmu tugas yang lain terlebih dahulu, "
Beberapa jam kemudian sudah terlewati, bak kesetanan. Cassa berjalan kesana kemari, memasak makanan aneh, mengepel lantai kamar Alaric hingga terpeleset. Lalu diberikan tugas membersihkan buku sebanyak 10 rak, tidak diperbolehkan ada debu yang tertinggal sama sekali dan terakhir, menyiapkan biskuit lalu dibawa dengan piring biskuit yang diletakkan di atas kepala sehingga Cassa harus berjalan dengan menyeimbangkan tubuhnya agar piring biskuit itu tidak jatuh.
Cassa menarik napas banyak, banyak keringat yang sudah dihabiskan oleh Cassa hari ini. Wajahnya cukup pucat, bayangkan saja melakukan kegiatan itu semua dengan waktu yang terbilang singkat. Alaric yang melihat gadis didepannya seperti itu, tersenyum puas. Alaric merasakan punya mainan dikediamannya saat ini, bahkan sepertinya ia akan betah untuk melihat gadis itu tersiksa.
" Sudah cukup, Duke. Bolehkah saya beristirahat?, " pinta Cassa memelas, energinya sudah cukup terkuras rasanya ingin tidur dikasur selama berjam-jam.
" Tidak, bahkan kau belum membersihkan kandang kuda kesayanganku, " setelah mengatakan itu, Cassa menurut lagi. Cassa ingin menyelesaikan tugasnya dengan cepat hingga tidak tersisa agar dia bisa beristirahat. Saat Cassa ingin kembali kekamarnya setelah selesai membersihkan kandang kuda, matanya seketika menjadi buram. Badannya merasa lemas tidak bertenaga, kakinya pun sudah tidak bisa menahan kakinya untuk berdiri lagi, dan bruk..
"Laviora! " Alaric menangkap Cassa yang ingin terjatuh, matanya menyirat khawatir saat melihat kondisi Cassa yang pingsan.
" Cepat panggilkan tabib!, " Alaric menggendong ala bridal style dan dibawa kekamarnya, membaringkan Cassa dengan lembut hingga menyelimuti tubuh kecil Cassa dengan selimut. Lalu dia duduk disamping Cassa sedang berbaring, tangannya mengelus rambut Cassa dengan perlahan. Dia merasa aneh kenapa dia merasa khawatir dengan pelayan pribadinya, ini menurutnya hal langka yang pernah ia lakukan di kehidupannya.
*Tok tok tok
" Masuk, cepat periksa pelayanku! Kenapa dia bisa pingsan seperti itu?, "
" salam kepada Yang Mulia Duke, semoga langit dan dewa melimpahkan berkah kepada Anda. Baik, Duke. Akan segera saya laksanakan, " seiring Cassa sedang diperiksa oleh Tabib berjenis kelamin, Alaric merasa aneh. Dia tidak suka saat tabib laki-laki menyentuh tangan dan dahi milik Cassa. Seakan ada api yang membakar didalam dadanya, tapi ia langsung tepis pemikiran nyelenehnya.
" Pelayan Anda saat ini sedang kelelahan hingga berujung demam, Duke. Penyebab lainnya karena juga belum makan sejak siang tadi, saya berikan anda obat penurun demam. Pelayan anda bisa meminum obatnya sebelum makan, " tutur Tabib tersebut, kemudian pamit undur diri.
Setelah Tabib itu hilang dari pandangan Alaric, Alaric melirik Cassa dengan tatapan penuh khawatir, begitu lembut namun Alaric sama sekali belum bisa memahami perasaannya saat ini. Masih dibingungkan kenapa perasaannya lebih berbeda semenjak kedatangan Cassa kehidupannya.
" Cepatlah sembuh, Lavie. Aku tidak sabar mengganggumu lagi dan melihat wajah sinismu untukku, "
Alaric berniat mengecek suhu tubuh Cassa, dia mendekatkan wajahnya ke dahi Cassa dan menaruh tangannya. Matanya tidak berhenti untuk menatap Cassa yang sedang terlelap. Tetapi tiba-tiba saja mata yang mempunyai warna hijau emerald itu terbuka, menampilkan mata cantiknya yang sedang menatap Alaric dengan bingung.
Mereka bertatapan sekian detiknya dan diputus oleh Cassa sendiri. Alaric memundurkan tubuhnya dan menatap ke arah Cassa.
" Bagaimana perasaanmu? Apakah sudah baikan?, " tanya Alaric perhatian.
" Anda begitu mengkhawatirkan saya ya, Duke?, "
...— Bersambung —...