Is This A Perfect Marriage?

Halaman kampus sangat ramai, banyak mahasiswa mahasiswi lalu lalang masuk ke area kampus.

Mobil Azzam terlihat berhenti di area parkir, Adel buru buru ingin keluar. Dia ingin bebas oleh manusia di sebelahnya ini. Berulang kali mencoba membuka handle pintu mobil, belum terbuka juga. Adel kesal sampai dia memukul kaca mobil.

Azzam terlihat santai melihat tingkah laku Adel, seolah olah ini adalah hal yang biasa. Dia mengambil tangan Adel dan mengelus pelan.

"Jangan kasar kasar sayang, lihat tangannya merah"

"Buka pintunya!" bentak Abel tidak sabaran.

"Baiklah, tapi sebelum itu. Kamu harus ingat jangan terlalu dekat dengan cowok. Nanti aku jemput pulangnya" Azzam tersenyum menatap Adel.

Adel yang melihat itu bukannya tersipu, malah merasa takut Azzam terlihat posesif padanya. Dia langsung keluar dalam mobil dan berlari menuju kelas.

Azzam hanya terkekeh, dia merasa Adel sangat lucu. Wajah ketakutannya sangat menyenangkan. Gila memang.

......................

Sampai di kelas, Adel langsung menghempaskan bobot tubuhnya di kursi. Nafasnya berkejaran, dia sangat ketakutan.

Sela yang baru saja tiba, melihat Adel yang ngos-ngosan itu lalu menghampirinya.

"Adel, lo baik baik saja?" melihat Adel yang tak merespon, Sela berusaha mengguncang tubuh Adel.

"Adel kenapa? Gue tadi lihat mobil hitam keluar gerbang, kacanya ngga di tutup sempurna dan ada Azzam di dalam."

"Sel... Aku takut Azzam berulah, dia kelihatan terobsesi sama aku. Bukan lagi sosok yang dulu" nada suara adel terdengar serak.

Sela terdiam sebentar, saat akan menjawab tiba tiba dosen datang, "Kita pikir nanti jalan keluarnya, sekarang lo harus fokus ke mata kuliah hari ini" bisiknya pelan.

...****************...

Cuaca hari ini terlihat cerah, mereka berdua berjalan menuju gerbang. Adel celingukan mencari keberadaan Azzam.

"Dia belum datang."

"Mending lo nginep di rumah gue dulu, Azzam pasti ngga tau alamat gue kan" Adel mengiyakan ajakan Sela, dia mengirim pesan kepada Ibu untuk meminta ijin menginap.

Akhirnya mereka menuju alamat Sela, rumah sederhana berlantai satu namun cukup luas peninggalan orang tua Sela satu satunya.

"Adel, lo jangan kemana mana. Gue mau kerja dulu, nanti malam gue pulang."

Adel hanya berdehem, dia sedang menonton televisi ada cemilan di pangkuannya. Seolah dia aman dari jangkauan siapa pun.

Sela bergegas pergi keluar, tanpa dia sadari ada mobil hitam mengintai rumahnya.

......................

Jam menunjukkan pukul 19.00 malam, Adel yang ketiduran di sofa merasa ada yang mengelus lembut pipinya.

"Sel, diam deh" gumamnya.

Makin lama makin mengganggu, Adel reflek bangun dan akan berteriak,"Sel-hmm"

Mulut Adel di bekap, matanya melebar melihat siapa yang ada di depannya-Azzam. Tiba tiba dia merasakan pandangannya berkunang-kunang, Adel pingsan.

Tubuh Adel di bopong Azzam, di masukkan ke dalam mobil. Lalu pergi keluar pekarangan rumah Sela.

Sedangkan Sela melihat mobil yang sama seperti milik Azzam keluar dari pekarangan rumahnya. Sontak berlari ke dalam.

"Adel!" teriaknya. Dia mencari ke penjuru sudut rumah namun tidak menemukan Adel.

Sela sangat cemas wajahnya terlihat panik. Ingin menghubungi orang tua Adel tidak mungkin, takut mereka khawatir.

Drt drt, gawai di tasnya bergetar. Sela melihat nomor asing menghubunginya.

"Halo"

"Adel aman sama gue, lo ngga usah nyari dia lagi" sang Penelepon.

"Apa-" belum sempat Sela menyelesaikan kalimatnya, telepon sudah di putus sepihak.

Berulang kali Sela menelpon balik, nomornya sudah tidak aktif. Dia mencoba menarik napas dalam, menetralisir rasa panik di dalam hatinya. Sela hanya bisa berdoa semoga tidak ada hal buruk yang terjadi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...