Kiana hanya mencintai Dio selama sembilan tahun lamanya, sejak ia SMA. Ia bahkan rela menjalani pernikahan dengan cinta sepihak selama tiga tahun. Tetap disisi Dio ketika laki-laki itu selalu berlari kepada Rosa, masa lalunya.
Tapi nyatanya, kisah jatuh bangun mencintai sendirian itu akan menemui lelahnya juga.
Seperti hari itu, ketika Kiana yang sedang hamil muda merasakan morning sickness yang parah, meminta Dio untuk tetap di sisinya. Sayangnya, Dio tetap memprioritaskan Rosa. Sampai akhirnya, ketika laki-laki itu sibuk di apartemen Rosa, Kiana mengalami keguguran.
Bagi Kiana, langit sudah runtuh. Kehilangan bayi yang begitu dicintainya, menjadi satu tanda bahwa Dio tetaplah Dio, laki-laki yang tidak akan pernah dicapainya. Sekuat apapun bertahan. Oleh karena itu, Kiana menyerah dan mereka resmi bercerai.
Tapi itu hanya dua tahun setelah keduanya bercerai, ketika takdir mempertemukan mereka lagi. Dan kata pertama yang Dio ucapkan adalah,
"Kia, ayo kita menikah lagi."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana_Noona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
(Selalu perhatikan tanggal yang tertera ya untuk tahu flashback atau tidak)
...01 April 2018...
Dalam sunyi itu, alunan lagu Camila Cabello dengan never be the same-nya menjadi satu-satunya suara yang mengisi mobil Kiana dan Dio. Manusia-manusia di dalamnya, bisu. Pikiran masing-masing berkelana. Enggan memulai sapa sebab anehnya canggung tiba-tiba datang setelah adegan Arshaan memasangkan kacamata pada Kiana.
Kiana tidak cukup percaya diri untuk mengatakan bahwa Dio bisa saja jealous. Mungkin, Dio hanya sedang kesal akibat pekerjaan. Atau mungkin juga karena perempuan yang selalu dikhawatirkannya, Rosa.
"Sejak kapan kamu kenal si brengsek itu?" tanya Dio dengan suara yang tak sedap didengar. Kiana menoleh, mendapati ekspresi Dio tetaplah datar seperti biasanya. Namun Kiana tak bodoh untuk mengerti bahwa suara Dio bercampur amarah, kesal, dan tak tahulah. Kiana tak mengerti Dio.
"Arshaan?" ulang Kiana.
"Hemm."
Kiana nampak berpikir sebentar, "Waktu kamu berantem sama Jenarka."
Dio sekilas menoleh pada Kiana. "Dia keluar dari Dierja?"
Kiana mengangguk. "Kata mama sih begitu." Kiana menghela napasnya pelan. "Kamu kenal Arshaan?"
"Nggak," jawab Dio singkat.
Kiana hendak membuka mulutnya lagi untuk protes, namun Dio sudah menepikan mobilnya karena mereka akhirnya sampai rumah. Dio tidak mengatakan apa-apa lagi selain masuk ke dalam rumah lebih dulu, meninggalkan Kiana di belakang. Perempuan itu hanya merengut seraya terus mengekor di belakang.
"Non, mau makan malam apa hari ini?"
Mbok Dar sudah menyambut Kiana saat perempuan itu sampai di dalam rumah. Sejenak berpikir, Kiana melihat Dio yang sudah masuk ke dalam kamarnya.
"Sebentar ya mbok, aku tanya Dio dulu."
Kiana mendekat kearah kamar Dio, mengetuk pelan. "Dio, mau makan malam apa?"
Tak ada sahutan. Kiana kembali mengetuk, mengulang tanya yang sama sampai tiga kali. Masih sepi, tak ada niat Dio menjawabnya. Kiana menghela napas untuk kemudian berjalan mendekati Mbok Dar.
"Masak ayam serundeng lengkuas aja mbok. Aku kangen masakan mama yang itu," jawab Kiana ceria. Ia menoleh kearah kamar Dio yang masih tertutup, menghela napas untuk kemudian naik ke lantai dua. Tempat yang secara otomatis menjadi kamarnya.
Kiana memilih untuk tidak langsung mandi. Ia merebahkan tubuhnya di tempat tidur, menumpukan pandangan pada langit-langit kamar, melamun setelahnya. Ia terus tertegun tanpa sadar bahwa pintu kamarnya sudah dibuka oleh seseorang.
Dio.
Laki-laki itu masuk ke dalam kamar Kiana tanpa mengetuk, setengah tergesa.
"Kamu jangan dekat-dekat sama laki-laki itu," ujar Dio tegas saat sudah sampai di sisi ranjang Kiana.
Tentu saja, Kiana terperanjat. Ia lantas spontan duduk. "Siapa? Arshaan?"
Dio tidak menjawab, matanya yang bulat hanya terus menatap Kiana.
"Kenapa?" tanya Kiana tidak mengerti.
Kiana tahu, statusnya sebagai isteri Dionata Dierja memang tidak membolehkannya untuk menjalin hubungan dengan lelaki manapun. Tapi hal itu mustahil, Dio juga tahu bahwa Kiana sudah sangat mencintai dirinya hingga sangat tidak mungkin untuk Kiana nyeleweng.
"Kenapa?" ulang Kiana penasaran.
Dio menghela napas berat, "Karena aku nggak suka."
Laki-laki itu hendak berlalu namun tertahan oleh Kiana yang berhasil memegang lengannya. Ia membalikkan tubuhnya menjadi kembali berhadapan dengan Kiana.
"Kenapa nggak suka?" tanya Kiana semakin bingung. "Aku sama Arshaan bukannya making love, cuma ngobrol dan itupun bukan hal yang istimewa," ejek Kiana. Ia tidak habis pikir bagaimana Dio bisa bersikap lebih ketus dari biasanya hanya karena ia dan Arshaan berteman. Meskipun yah Dio memang selalu ketus padanya sih.
"Mak – making love?" Dio menghela napas kasar. "Bisa nggak perumpamaannya yang lain?" Dio semakin ketus.
"Terus kenapa kamu nggak suka?" tanya Kiana ikut kesal juga lama-lama. "You don't love me, kamu sayang sama Rosa. Terus kenapa kamu harus terganggu hanya karena aku berteman dengan Arshaan?"
Dio tidak menjawab. Ia memilih mendekat kearah Kiana hingga membuat perempuan itu terkejut. Sialnya, Dio tidak berhenti. Ia justru semakin mendekat, mengungkung Kiana dengan kedua tangannya yang ia letakkan di tempat tidur. Keadaan Kiana setengah merebah, berusaha menjauhkan wajahnya dari wajah Dio.
Kiana mengalihkan pandangannya kearah lain. Tidak menatap mata Dio. Keadaannya terlalu dekat hingga wangi sampo dari rambut basah Dio menyeruak indera penciumannya. Jantungnya tentu saja berdebar tak keruan. Mungkin sekarang, pipinya sudah menimbulkan semburat merona.
"You are mine. Aku tidak suka orang seperti dia dekat-dekat dengan apa yang aku punya. It hurts my pride." Dio mendekatkan wajahnya pada telinga Kiana, berbisik di sana. "I'll kiss you if you're still chatty."
Kiana menelan ludahnya kasar; gugup. Dio memang laki-laki terkurang ajar yang kiana kenal, meski sayangnya sangat ia gilai juga. Bagaimana laki-laki itu mengatakan soal cium-cium saat ia beberapa hari lalu dengan lantang mengatakan bahwa ia mencintai Rosa di hadapan ayahnya.
Kiana tahu, selain perasaan sakit yang menyusup perlahan, ada rasa kesal juga di sana. Maka, ia tidak ingin kalah dari Dio kali ini. Sekali-kali, Dio yang harus dikerjainya, bukan melulu ia.
Maka Kiana tak lagi memandang kearah lain. Ia menatap mata Dio tepat dikedua matanya, menampilkan senyum yang tak kalah menggoda. Dio tentu saja terkejut mendapati Kiana tak lagi tersipu, justru menantang.
"Kamu lupa, I'm your wife. Just kiss is not enough," bisik Kiana di dekat telinga Dio.
Suara Kiana sangat pelan dan terkesan sigh. Membuat laki-laki di hadapannya segera memundurkan tubuh namun ditahan oleh lengan Kiana. Ia masih belum puas mengerjai Dio.
"Give me a kiss mark for Arshaan to see it," ledek Kiana.
"Are you crazy?" ujar Dio setengah berteriak. Ia dengan cepat menarik tubuhnya dari Kiana dan segera melangkah meninggalkan Kiana yang tergelak.
"Aku bukan barang," teriak Kiana. Perempuan itu yakin bahwa walau Dio beranjak meninggalkan kamarnya, namun laki-laki itu pasti mendengar perkataannya. Lanjutnya, "aku isteri kamu. Jadi kamu boleh cemburu."
Tak ada sahutan dari Dio, laki-laki itu sudah turun ke bawah. Kiana hanya menghela napas panjang mendapati kembali hening ada diantara mereka.
^^^^
Jangan lupa tekan like