Orang tua yang bercerai, keluarga yang berantakan, cinta yang menyakitkan di masa lalu sampai meninggalkan trauma yang mendalam, membuatnya tumbuh menjadi gadis yang nakal, suka membangkang, sering mabuk-mabukan, dan mengikuti balap liar. Sering kali dia ingin menyerah atas hidupnya, tetapi dia tidak senekat itu untuk mengakhiri nyawanya sendiri.
Marsya hanya sering menyakiti dirinya sendiri seperti menyayat lengannya, hanya untuk menyamarkan rasa sakit di hatinya.
Setelah lelah hidup di lingkungan yang menurutnya berantakan, ia memutuskan untuk pulang ke kota kelahirannya, menempati rumah mendiang neneknya,
akankah setelah merantau kehidupan Marsya akan membaik dan bisa melupakan traumanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rainy_day, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memories
Bau lumpur dari sawah yang mengelilingi rumahnya tercium menusuk hidung, semilir angin khas pedesaan menyapu wajah, menerbangkan helaian rambut panjang Marsya yang saat itu sedang memejamkan matanya bersandar pada sandaran rumah panggungnya.
"tidur di kamar gih kak" ucap Oriza, mungkin dia kasihan melihat kakaknya terkantuk-kantuk sambil duduk, padahal Marsya sendiri bisa tertidur kapan pun dia mau, bahkan saat duduk ataupun saat berdiri. Marsya hanya mengangguk sebagai jawabannya.
"Do gua tinggal tidur ya, lu kalo mau tidur bilang aja ntar minta bantal ke Riza" ucap Marsya di ambang pintu kamarnya.
"siap, gampang, gua ngobrol dulu sama Mama Wulan" Aldo mengacungkan jempol ke arah Marsya.
Didalam kamar, Marsya duduk termenung di sisi tempat tidurnya, ia mengamati kamarnya yang tidak berubah sedikitpun sejak terakhir kali dirinya berkunjung. Dilihatnya satu set kemeja biru elektrik lengkap dengan jasnya, di sampingnya bertengger satu buah foto pria tinggi dan gagah mengenakan pakaian yang sama, lalu beralih menatap boneka teddy bear pink berukuran sedang yang berada di atas tempat tidurnya.
Beberapa bulan yang lalu, Marsya tidak ingat pasti kapan tepatnya perpisahan itu terjadi, yang jelas dia hanya ingin melupakannya, seseorang yang membuatnya trauma menjalin suatu hubungan percintaan.
Saat itu Marsya dan Kalingga mantan tunangannya memang sering berkunjung kerumahnya di desa T. Kalingga juga sering mengajak teman-temannya berkunjung untuk sekalian hiking ke Gunung Geulis, Gunung yang pemandangannya terlihat dari depan rumah panggung Marsya.
Pada saat terakhir mereka berkunjung Kalingga dan teman-temannya hiking ke Gunung geulis, sedangkan Marsya memutuskan untuk tinggal dirumah bersama Mama Wulan, dan Oriza.
Saat itu ponsel Kalingga tertinggal, dan ternyata ada pesan baru yang masuk, melihat pengirimnya, itu adalah sahabat perempuan Kalingga yang Marsya ketahui Kalingga sempat menaruh hati padanya. Isi pesan tersebut adalah ajakan untuk bermain ke tempat wisata di daerah puncak, tetapi dia meminta Kalingga untuk tidak membawa pasangan, hal itu membuat otak kecil Marsya terlalu overthinking.
"Kak aku ikut pulang" ucap Marsya kepada Kalingga, saat dia dan teman-temannya sedang istirahat selepas hiking dan akan pulang.
"aku bilang gausah ya gausah kenapa sih ngeyel banget" jawab Kalingga dengan nada bicara yang tinggi membuat Marsya terjingkat kaget. Padahal Marsya dan Kalingga berbicara di halaman depan rumah, tetapi karena suara Kalingga yang cukup keras membuat teman-temannya menoleh kearahnya.
"lah kenapa sih? Aku masih sekolah kalo kamu lupa, aku ikut pulang ya karena besok aku sekolah gimana sih" jawab Marsya.
"engga pokoknya kamu diem aja disini temenin Mama sama Oriza, gausah pulang, kamu disana tuh pergaulannya ga bener, terlalu bebas, temen-temen kamu aja berandal semua"
"loh, apa hubungannya pergaulan ga bener sama sekolah, itu beda hal, bergaul ya bergaul, sekolah ya sekolah, yang bener aja, gua mau cari ilmu kok di larang, lu biayain sekolah gua gak? Jangankan elu papa Erwin aja gak ngebiayain gua" habis sudah kesabaran Marsya mendengar alasan tak masuk akal dari tunangannya itu.
"ya tetep aja aku ga suka kamu tinggal disana, pergaulan kamu tuh ga bener, jam 1 malem masih di luar, mabok-mabokan sama cowo"
ucap Kalingga sambil berkacak pinggang.
"yang bener aja lu tau gua mabok-mabokan dari mana hah? Lo liat gua mabok-mabokan dimana? Udah deh alesan lu makin gak masuk akal, lu cari-cari kesalahan gua demi bikin gua gak ikut lu pulang kan? biar lu bisa bebas muncak sama si lonte itu kan?" Marsya jujur memang dirinya tidak tau hal seperti itu kecuali merokok, dia baru tau mabok-mabokan setelah dirinya lulus SMK.
"hah? Ng-nggak lah ngapain gua muncak sama dia, nggak kok, gua gamau lu ikut pulang karna pergaulan lu disana tuh emang ga bener, gak baik" jawab Kalingga gugup.
"bullshit, gua udah muak ya sama kelakuan lu dan sahabat-sahabat lu, udah cukup sabar selama ini gua gak di hargain sama semua temen lu, kita udahan aja sekarang" ucap Marsya sambil melemparkan cincin tunangan, dan 2 ponsel pemberian Kalingga, lalu bergegas pergi, mengunci dirinya di dalam kamar.
"Birr, cariin cincin tunangan, ponsel nukieu, sama ponsel BB punya Marsya tolong" ucap Kalingga kepada temannya yang bernama Albiru.
Marsya mengintip dari celah bilik kamarnya, dia kira Kalingga akan menyusul dan membujuknya, ternyata dia salah, alih-alih membujuknya Kalingga malah pamit pulang, dan meninggalkannya di desa T.
'gua dulu ngapain sih? bego banget dah bisa-bisa nya tunangan sama orang kek dia, buang-buang waktu. Siall terlalu banyak jejaknya' Marsya mengedarkan kembali pandangannya dan menemukan kardus bekas mie instan, ia melipat set kemeja dan jas kemudian di jadikan satu dengan boneka teddy bear pink dan foto lalu memasukkannya kedalam kardus.
tok tok tok
"Syaaa gua mao balik" terdengar suara Aldo dari luar.
"balik sekarang? Kagak nginep dimari?" ucap Marsya setelah dia keluar dari kamarnya.
"kagakk, gua harus buka bengkel kan" jawab Aldo sambil merapihkan barang bawaannya, lalu berpamitan kepada Mama Wulan, dan Oriza.
"gua balik ya ces, baek-baek di Bandung nanti, kalo ada apa-apa kabarin oke" ucap Aldo bersalaman ala pria dengan Marsya.
"siappp santuy, hati-hati di jalan lu, salam sama anak-anak" jawab Marsya
"oke, assalamualaikum" ucapnya sambil memakai helm lalu bergegas memacu motornya.
"walaikumsallam" ucap Marsya, Mama Wulan, dan Oriza hampir bersamaan.
*****
Suasana pedesaan makin terasa dengan udara yang semakin sejuk, suara binatang malam dan tonggeret mulai terdengar, dan suara gemericik dari aliran sungai membuat suasana semakin syahdu.
Marsya, Mama Wulan, dan Oriza bergelung di dalam satu selimut di dalam kamar yang sama, sudah di pastikan di tengah hamparan sawah, kebun, sungai, jurang, dan hutan yang ber hektar-hektar ini hanya ada mereka bertiga di dalam rumah bilik kayu, jauh dari tetangga, dan tidak ada sosok lelaki satupun.
"Ma, dipikir-pikir kita kalo cuma bertiga begini, ga ada siapa-siapa lagi serem juga ya" ucap Marsya memecah keheningan.
"iya yaa, tau gini tadi kita berangkat aja langsung gapapa panas-panasan, senyap banget ini... rame tapi senyap ngerti gak si?" jawab Oriza menimpali ucapan kakaknya.
"iyaa yaa, mau gimana lagii udah terlanjur, yaudah sekarang kakak sama adek tidur aja, jangan lupa baca doa, besok pagi banget kita berangkat" ucap Mama Wulan
"iyaaa" jawab Marsya dan Oriza berbarengan.
Mereka pun terpejam, tanpa mereka sadari tak ada satu pun dari mereka yang tertidur, mereka larut dalam pikirannya masing-masing.
jika berkenan mampir juga dikarya baruku trimakasih😊