~Berawal dari kesal jadi suka~
Senja Aurelia dan Fajar Mahardika, yang memiliki perbandingan mencolok dari sisi ekonomi. Senja hanyalah seorang anak panti, berbeda dengan Fajar yang terlahir di keluarga kaya. Keduanya juga memiliki kesamaan yaitu sama-sama pintar. Semua murid SMA Cempaka pun tau pasti siapa yang akan jadi juara 1. Siapa lagi kalo bukan Senja ya Fajar. Jika yang memperoleh juara 1 Senja, maka yang meraih juara 2 dapat dipastikan adalah Fajar. Begitu pula sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qinaiza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32.
"Ayo kak main itu. Aku bakalan dapetin bonekanya buat kakak." Zian menunjuk ke arah permainan boneka capit.
"Iya ayo" Senja iya-iya aja udah. Diturutin aja mah maunya Zian, yang sudah ia anggap seperti adek sendiri. Biar bocah itu senang.
Berulang kali Zian memasukkan koin karena gagal. Ia belum juga mendapatkan bonekanya untuk diberikan ke Senja. Senja sendiri sudah menyuruh Zian untuk berhenti saja. Tapi bocah itu tetap keras kepala ingin memenangkan sebuah boneka untuknya.
"Coba kalo gue yang main itu, pasti dah menang. Kurang pro sih dia. Ah ya, abis ini gue mau coba ah. Entar kalo dapet boneka, gue kasih ke Senja." Fajar tersenyum senang melihat Zian yang tidak berhasil mendapatkan boneka. Senja dan Zian telah berlalu dari tempat tersebut. Kini gilirannya untuk memenangkan boneka.
Dan yup, hanya 3 kali mencoba, akhirnya dia berhasil juga.
"Gue kan pro, hehehe."
"Ah, anjir... Gue malah lupa buat ngikutin mereka berdua nih."
*
Setelah gagal mendapatkan boneka untuk Senja, Zian mengajak guru privatnya itu ke tempat makan.
"Kak, mampir yuk buat makan. Zian laper nih."
"Iya ayo"
Keduanya segera mencari tempat duduk yang nyaman untuk ditempati. Dilanjutkan dengan memesan makanan.
Mereka berdua makan dengan tenang, sesekali Zian menggoda Senja agar mau menerima suapan darinya.
"Ayo dong kak, aku suapin nih."
"Nggak usah ih Zian. Kamu makan aja, katanya laper."
"Tapi kak... Aku tuh pengen nyuapin kak Senja tau."
"Malu Zian diliatin orang-orang"
"Ih gak papa kok kak. Ayo aaaa..."
Senja akhirnya pasrah dan menuruti keinginan Zian, namun sebelum hal itu terjadi, ada seseorang yang menerima suapan tersebut terlebih dulu.
"Fajar"
"Hm, sayang, kamu gak mau suapin aku juga nih ?"
"Kak, kok dia juga ada di sini ?" belum Senja menjawab perkataan Fajar, Zian sudah menyelanya.
"Emang kenapa, gak boleh ? Lagian gue mau ngikutin pacar gue kemanapun bukan urusan lu kali, bocah." Fajar balik menyahuti Zian dengan menekankan kata bocah.
"Halah, nggak mungkin. Kak, dia bukan pacar kak Senja kan ?"
"Ayo kak, jawab bukan." lanjut Zian dalam batinnya.
"Mm... Iya, dia pacar aku."
Fajar yang mendapat pengakuan dari sang pacar menjulurkan lidahnya senang 🤪. Ia berniat mengejek bocah itu, yang seenaknya saja mendekati Senja. Tak sadar umur, pikir Fajar. Lagipula mana mau Senja sama berondong wkwkwk.
Jawaban yang didengar Zian dari mulut Senja langsung, membuatnya terdiam sejenak.
"Kok nyesek ya" batin Zian
"Masih pacar kan ? Belum tentu juga bisa sampe nikah." Fajar yang mendengar itu sontak saja melotot tak terima.
"Heh bocah, sok tau banget si lo. Pokoknya gue sama Senja bakalan terus bareng sampe nikah, sampe punya anak cucu, sampe maut memisahkan kita berdua, titik. Lagian mana mau Senja sama berondong." ucap Fajar membalas perkataan Zian tadi dengan menggebu-gebu.
"Udah Fajar, kamu yang sabar." Senja mencoba menenangkan pacarnya dengan mengelus bahunya pelan.
...🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺...
Setelah menemani Zian sampai pulang ke rumah, kini tinggal sepasang kekasih di dalam mobil dalam situasi hening.
Gadis bergigi gingsul itu menolehkan kepalanya ke samping. Melihat sang kekasih yang tengah fokus menyetir dengan wajah sangat datar.
"Fajar" panggil Senja
"Hm" sahut Fajar hanya dengan deheman. Hal itu membuat Senja kembali memanggilnya. Tapi lagi-lagi dibalas deheman oleh pacarnya. Apakah kekasihnya itu tengah merajuk, ya ampun. Senja gemas melihatnya.
"Sayang"
Tiba-tiba saja mobil berhenti mendadak membuat Senja kaget dan berakhir kepalanya terbentur dashboard mobil.
"Aduh" erangnya
"Ya ampun sayang maaf" Fajar yang panik melihat Senja mengerang kesakitan segera mendekap gadisnya dan kemudian memberikan kecupan-kecupan pada kepala Senja yang terbentur tadi. Serta tak ketinggalan menggumamkan kata maaf berulang kali pada pacarnya.
Tiba-tiba saja pipi Senja terasa panas. Bagaimana dirinya tidak blushing, sedangkan perlakuan kekasihnya sangat manis.
Senja melepaskan dekapan Fajar padanya. Ia tak mau Fajar mendengar degup jantungnya yang kini berdetak keras.
"Sayang, kamu gak papa kan ?" tanya Fajar karena Senja tiba-tiba melepaskan pelukan keduanya dan kemudian menjauh darinya. Sedangkan pandangan gadis itu mengarah ke depan, seolah menghindari tatapannya.
Tidak ada jawaban dari gadisnya membuat Fajar khawatir. Sontak kedua tangan Fajar menangkup kedua pipi Senja, membuat gadis bergingsul itu menoleh ke arahnya. Dilihatnya kedua pipi Senja yang merah merona.
"Cie kamu blushing ya"
"Ih Fajar, malah diperjelas. Aku malu tau." Senja langsung menutupi kedua pipinya dengan tangannya.
"Lucu banget si pacar aku kalo malu-malu gini." Fajar menarik kedua tangan Senja agar tak menutupi pipinya yang sedang blushing. Kemudian cowok itu mengunyel pipi kekasihnya dengan gemas.
"Fajarrr" seru Senja kesal.
"Iya sayang iya, nggak lagi deh. Lagian kamu tadi juga gitu, tiba-tiba banget manggil sayang aku kan jadi kaget."
"Jadi kamu rem mendadak tadi karena kaget aku panggil sayang ?"
"Iya hehe"
"Ih kamu mah, lain kali jangan gitu. Untung kita gak kenapa-napa. Aku tadi manggil kamu sayang tuh karena kamu dipanggil gak nyaut-nyaut si, terus kamu keliatan ngambek gitu jadi yaudah deh yang terpikirkan cuma cara itu. Emang aku gak boleh ya manggil kamu sayang ?"
"Boleh sayang boleh banget, cuma aku belum siap aja denger kamu manggil aku sayang jadi kaget gitu hehe. Maafin aku ya."
"Iya aku maafin. Oiya, kamu gak perlu khawatir ataupun cemburu sama Zian, kan aku udah bilang ke kamu kalo dia aku anggap sama kayak adek aku sendiri."
"Tapi kan..."
"Apa ?" tanya Senja dengan agak ngegas.
"Ya tetep aja dia tuh suka beneran sama kamu sayang, walaupun kamu udah bilang gak suka. Aku masih ngerasa cemburu dan gak suka kalo ada orang yang suka sama kamu."
"Terserah kamu deh" sudah lah dia maklumi saja, pacarnya yang cemburuan itu.
'Cup' Senja mengecup pipi Fajar sebelah kiri, sedangkan yang dikecup kini tengah mematung.
"Yaudah ayo lanjut jalan, kita pulang."
"Satunya lagi dong sayang, kasian dia cemburu mau dicium juga." pinta Fajar dengan puppy eyes, dan hal itu ampuh bagi Senja.
"Ya ampun, kenapa Fajar jadi begini." batin Senja, walau begitu tak ayal menuruti keinginan sang kekasih.
"Makasih sayang hehehe" raut muka Fajar tampak riang gembira usai pipi sebelah kanannya juga dikecup.
Senja yang melihat Fajar tersenyum senang ikut mengembangkan senyumnya. Hatinya menghangat melihat senyuman Fajar yang menenangkan.
*
Akhirnya mereka berdua sampai juga di panti.
"Oiya sayang aku ada sesuatu buat kamu, nih." Fajar memberikan sebuah boneka yang didapatkannya hasil bermain capit di mall tadi.
"Wah, bonekanya lucu banget, aku suka deh. Makasih sayang." Senja langsung memeluk Fajar erat, sedangkan yang dipeluk tengah deg-deg an.
"Aduh jantung gue" batin Fajar
"Hehehe sama-sama sayang" Fajar balas memeluk Senja sembari mengelus rambut gadisnya.
"Kalo gitu aku masuk ya. Kamu hati-hati pulang nya, dan sekali lagi makasih." dengan cepat Senja mencium kedua pipi Fajar.
Sebelum gadis bergigi gingsul itu turun dari mobil, Fajar mencegahnya dengan menggenggam tangannya.
"Ada apa ? Ada yang ketinggalan kah ?" Fajar mengangguk, lalu mengecup kening Senja agak lama.
"Good night pacar aku yang paling manis sedunia."
"Fajarr" tak bisa dicegah, kini pipi Senja memerah.
"Hahaha" tawa Fajar
Dia paling suka membuat kekasihnya itu blushing. Senja sendiri sudah turun dari mobil, kini ia melambaikan tangannya pada Fajar.
"Bye-bye pacar aku yang paling tampan, hati-hati dijalan."
Setelah mobil Fajar menjauh, Senja melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah. Hatinya benar-benar berbunga-bunga saat ini. Dan dalam perutnya, terasa seperti banyak kupu berterbangan.