"Bagaimana cara mendapatkan mu?"
Yigon yang didesak ayahnya untuk segera menikah pun merasa kebingungan. Tak lama kemudian, dia jatuh cinta dengan seorang gadis SMA yang baru pertama kali di temuinya. Berawal dari rasa penasaran, lama-lama berubah menjadi sebuah obsesi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Balita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Komplikasi
Saat semua anggota keluarga sudah mulai berdamai kembali, seorang kurir lagi-lagi datang membawakan Fairy buket uang lengkap dengan bunga, coklat dan juga boneka mini yang sangat lucu.
"Permisi! Ada kiriman buket atas nama Fairy Doori!" Kata si kurir itu yang membuat banyak mata tertuju kepadanya.
Mereka iri dengan gadis yang bernama Fairy, dia mendapatkan buket uang yang sangat banyak dari seorang yang pastinya sangat mencintai gadis itu.
"Oh, Fairy adalah adikku, ini buket dari siapa?" Tanya Hiden yang menggantikan Fairy menerima buket tersebut.
"Identitas pengirim di rahasiakan, saya minta ijin untuk memotret! Sebagai bukti bahwa kirimannya sudah diterima. Terimakasih!" Kata si kurir yang kemudian pergi begitu buket sudah berada di tangannya Hiden.
Hiden yang tidak mau mencaritahu itu hadiah dari siapa pun langsung mendekati Fairy dan memberikan buket tersebut.
Dia mengira jika buket tersebut diberikan oleh siswa laki-laki yang merasa tertarik dengan Fairy, namun dia malu memberikannya langsung karena disana ada semua anggota keluarganya Fairy.
"Ini untukmu!" Kata Hiden yang memberikan buket tersebut kepada Fairy, lalu menawarkan bantuan untuk memotret dirinya yang sedang membawa buket bunga uang tersebut.
"Wahh, ini dari siapa??" Tanya Fairy.
"Entahlah, kurir yang memberikannya kepadaku." Sahut Hiden sembari mengatur kameranya.
DEG!
Mendengar hal itu, jantung Fairy berdetak sangat kencang, tangannya yang memeluk bunga itu pun gemetar.
Selama ini hadiah buket bunga selalu datang kepadanya, dia sudah terlalu sering membuang hadiah-hadiah dari orang misterius itu, namun kini ia kembali mendapatkan nya.
Tapi, melihat situasi yang berbahagia itu, Fairy tidak mau menceritakan hal itu kepada siapapun, bahkan kepada kakak tersayangnya sekalipun.
Dengan mencoba untuk selalu bersikap sebiasa mungkin, Fairy berpose sambil memeluk buket bunga uang pemberian Yigon di tangannya.
Terlihat Yigon sedang mengawasi Fairy dari jarak yang cukup jauh, dia sangat senang begitu melihat Fairy memeluk buket bunga pemberiannya.
Dimulai dari acara kelulusan ini, tujuan Yigon untuk bisa memiliki Fairy sudah semakin dekat. Yigon sudah tidak sabar dalam menunggu momen yang sudah ia nantikan selama ini.
"Tuan, tidakkah ini terlalu berlebihan? Saya rasa anda harus segera berhenti." Kata Linnon yang merasa kasihan kepada Fairy yang di sukai oleh Yigon.
"Setelah penantian ku yang panjang ini? Aku harus berhenti? Kenapa aku harus berhenti?" Tanya Yigon bebal.
"Anda harus berhenti melakukan hal yang seperti ini, jika anda seorang pria sejati, bukankah anda harus mendekatinya secara langsung tanpa membuat gadis itu merasa ketakutan?" Jelas Linnon, padahal di dalam hatinya dia berharap agar Yigon berhenti menyukai Fairy, gadis malang itu.
"Ah kurasa kau benar Linnon! Aku selama ini tidak berani mendekati nya secara langsung, itu karena dia masihlah seorang pelajar SMA. Aku tidak mau di salah pahami dan di cap sebagai pedofil di mata masyarakat" kata Yigon.
"Kan anda memang pedofil." Gumam Linnon yang nyaris tak di dengar oleh Yigon.
...----------------...
Singkat cerita, ini kali pertama di tahun itu keluarga Doori melakukan makan bersama sekeluarga. Kumpul-kumpul dengan anggota keluarga yang lengkap.
Fairy merasa sangat bahagia, dia merasa semua perhatian keluarganya hanya di tujukan kepadanya di hari itu. Dan dia sudah sangat merindukan rasa masakan ibunya yang sudah sangat lama tidak ia rasakan.
"Adik, adik harus makan yang banyak! Kenapa adik sangat kurus seperti ini? Maafkan mama ya." Kata Aida yang sibuk menyiapkan masakan di bantu oleh bibi Anna yang mempersiapkan alat makan.
Saat makanan sudah tersaji semuanya di atas meja, mereka sekeluarga pun berdoa bersama dan mulai makan bersama-sama. Banyak cerita yang bisa Fairy ceritakan di suasana makan malam keluarga itu.
Canda tawa yang sudah lama tak terdengar kini kembali memenuhi rumah keluarga Doori. Fairy menceritakan semua kisahnya selama bersekolah di SMA, tapi dia tidak menceritakan tentang terror buket bunga yang selalu dia dapatkan setiap minggunya dari orang yang tidak diketahui.
Tak lama setelah acara makan malam keluarga selesai, Hiden yang saat itu libur pun tiba-tiba mendapatkan sebuah panggilan dari seseorang.
Raut wajah Hiden terlihat kesal begitu dia menerima telepon tersebut, Fairy dan orang tuanya pun mengira kalau itu adalah panggilan dari rumah sakit kota tempat Hiden bekerja.
Setelah telepon di putus, dengan kesal Hiden meminta ijin untuk pergi sebentar untuk hal yang mendesak. Tentu saja ayah dan ibunya mengijinkannya, tapi tidak dengan Fairy, dia curiga dengan gelagat aneh kakaknya yang tidak pernah sekalipun ia tunjukan kepadanya.
...----------------...
Setelah sampai di tempat tujuan, Hiden mengetuk pintu rumah orang yang memanggil nya dengan keras dan kasar. Rupanya, orang yang menelpon Hiden tadi adalah seorang wanita yang bernama Kirie.
Begitu pintu dibuka, Hiden langsung mendorong kasar tubuh Kirie hingga terpojok di tembok. Wanita yang cantik dan lemah itu hanya bisa diam tak bergerak begitu Hiden menatapnya dengan tajam.
"Kau sudah tau kalau sekarang adalah hari spesial kelulusan adikku. Kenapa kau malah mengganggu?" Tanya Hiden dengan nada lembut namun sangat menukik.
"Aku tau! Tapi ada suatu hal yang harus kukatakan padamu hari ini! Sangat sulit bertemu denganmu, kau datang dan pergi sesuka hatimu. Sebenarnya kau menganggap ku apa sih?" Teriak Kirie dengan air mata mengalir di pipinya.
Melihat pacarnya yang sepertinya sedang serius, Hiden mengajak Kirie duduk di sofa dan berbicara dengan baik-baik. Dengan lembut Hiden menatap Kirie agar pacarnya itu cepat tenang dan mengatakan sesuatu yang ingin di katakan nya.
"Sekarang tenangkan dirimu, lalu katakan dengan jelas hal apa yang membuatmu menghubungi ku secara mendadak seperti tadi?" Kata Hiden sembari memberikan segelas air kepada Kirie.
Setelah meneguk beberapa teguk air putih, Kirie mulai menenangkan dirinya dan bersiap untuk mengatakannya kepada Hiden.
"Kita kan sudah lama berhubungan seperti ini, tapi sampai sekarang kau masih belum memberikan kepastian. Sebenarnya kapan kau akan menikahi ku?" Tanya Kirie yang membuat Hiden terdiam. Lalu tersenyum dan kemudian menjawab,
"Apa itu yang kau maksud dengan pembicaraan yang sangat penting? Kau kan tau, suatu saat aku pasti akan menikahi mu, kenapa kau terus menanyakan hal yang sama di setiap kali kita bertemu?" Sahut Hiden yang sepertinya tidak ingin membahas tentang pernikahan.
"Kau sudah menjadi seorang dokter, dan aku sudah menjadi guru. Jika kita menikah, kita tidak akan kekurangan di bidang ekonomi. Kita bisa membangun rumah tangga bersama, Hiden!" Kirie memegang erat tangan Hiden yang tidak memakai cincin tunangan yang Kirie berikan kepadanya.
"Katakan saja apa yang sebenarnya ingin kau katakan." Kata Hiden yang mengetahui jika ada hal lain yang ingin Kirie katakan kepadanya.
Menyadari jika Hiden sudah mengetahui maksudnya yang sebenarnya, Kirie menarik nafas panjangnya dan kemudian mulai mengatakan apa yang ingin dia katakan.
"Hiden, aku hamil!" Kata Kirie sembari memperlihatkan testpack miliknya yang bergaris dua.
Hiden tersentak, dia terdiam sembari menatap Kirie dengan perasaan yang gundah. Dia sudah menebak hal yang seperti ini pasti akan terjadi, tapi dia tidak menyangka jika hal itu akan tiba disaat yang tidak Hiden inginkan.