Mira adalah seorang IRT kere, memiliki suami yang tidak bisa diandalkan, ditambah keluarganya yang hanya jadi beban. Suatu hari, ia terbangun dan mendapati dirinya berada di tubuh wanita lain.
Dalam sekejap saja, hidup Mira berubah seratus delapan puluh derajat.
Mira seorang IRT kere berubah menjadi nyonya sosialita. Tiba-tiba, ia memiliki suami tampan dan kaya raya, lengkap dengan mertua serta ipar yang perhatian.
Hidup yang selama ini ia impikan menjadi nyata. Ia tidak ingin kembali menjadi Mira yang dulu. Tapi...
Sepertinya hidup di keluarga ini tak seindah yang Mira kira, atau bahkan lebih buruk.
Ada seseorang yang sangat menginginkan kematiannya.
Siapakah dia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rina Kartomisastro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
"Jadi dia tidak hamil, Dokter?" Ben kembali memastikan hasil pemeriksaan dari dokter kandungan langganan keluarga Bratadikara.
Dokter itu mengangguk yakin. Namun kemudian ia kaget sendiri melihat sepasang suami istri di hadapannya itu tengah menghela napas bersamaan. Baru kali ini ia tidak melihat sedikit pun sorot kecewa pada pasien suami istri yang didiagnosa negatif.
"Sepertinya itu efek kejadian beberapa hari lalu. Pak Ben bisa buat Ibu Mira lebih rileks dengan berlibur berdua, mungkin?"
"Ya, nanti akan saya jadwalkan untuk itu, Dok."
Setelah berpamitan, Ben berjalan mendahului Mira.
Lelaki itu menyalakan sebatang rokok setelah keluar dari pintu keluar Rumah Sakit Global Internasional. Kemudian menghisapnya dalam-dalam.
Gak miskin, gak kaya, semua laki-laki ngerokok juga, batin Mira saat melihatnya.
"Dari sini aku langsung ke kantor. Nanti aku akan hubungi Ida untuk menjemputmu di sini."
"Baik, Tuan-emm... S-Sayang."
Sekujur tubuh Mira refleks merinding mendengar dirinya menyebut seseorang dengan sebutan 'Sayang'.
Ben tertawa kecil mendengarnya. "Kamu biasa memanggilku Ben."
Mira lega mendengarnya.
"Baik, Ben. Aku akan tunggu di sini."
Ben berbalik begitu saja, sebelum benar-benar meninggalkan Mira sendirian.
Dalam hati Mira sedikit heran. Kadang pria itu bersikap sangat perhatian, kadang seperti masa bodoh dengannya.
Dan lagi, kenapa seorang suami bisa tidak kecewa saat mengetahui istrinya tidak jadi hamil?
Apa semua orang kaya memang sulit dimengerti?
Mira berjalan masuk kembali ke rumah sakit. Wanita itu memilih menunggu jemputan di lobi.
Saat itulah Mira melihat seorang wanita tengah menggandeng anak perempuannya. Tampaknya berusia sekitar 10 tahun, sebaya dengan Lula.
Gimana keadaan Lula sekarang? Apa dia baik-baik aja di asrama? Apa Mas Pram ngurusin Lula dengan baik?
Tiba-tiba saja, rasa rindu pada putri satu-satunya itu memuncah. Andai saat ini Mira membawa uang, mungkin ia sudah pergi ke sekolah Lula. Tapi Mira hanya membawa Galaxy Z Fold 6 yang sampai saat ini belum bisa dibuka karena tidak tahu passwordnya.
Tunggu Ibu ya, Nak. Ibu pasti akan temuin kamu...
Tanpa sadar air mata Mira menetes. Wanita itu hendak mengusap air mata dengan punggung tangannya, namun seseorang mengulurkan sapu tangan lebih dulu.
"Masih bersih, belum saya pake kok."
Suaranya terdengar tidak asing. Mira menoleh.
"Janu?"
Pria blasteran Belanda-Sunda itu tersenyum.
"Halo, Saya Januari. Anda pendengar lagu-lagu saya juga?"
Lagu? Ah iya, dia kan sekarang sudah jadi penyanyi terkenal.
"Iya," sahut Mira sambil menyambut sapu tangannya.
"Wah, saya tersanjung ada orang kaya dengerin lagu saya."
Mira melihat dirinya sendiri dari atas sampai bawah. Semua yang ia kenakan bermerek, tentu saja tubuh wanita ini berbau uang. Berbeda seratus delapan puluh derajat dengan tubuhnya yang dulu berbau utang.
"Lagu apa yang paling anda suka?"
Mati aku. Jangankan tahu judul lagunya, dengerin lagunya aja belum pernah sama sekali.
"C-cintaku Kepincut Janda?"
Janu terbahak mendengarnya. "Yah meski saya duda, sejauh ini belum pernah kepincut janda sih."
Janu cerai?
"Oh iya, anda tahu darimana panggilan Janu? Itu panggilan saya jaman sekolah dulu."
Deg.
"I-itu..."
"Tuan Januari."
Mira menghela napas melihat Janu pamit pergi saat namanya disebut. Ia sampai lupa mengembalikan sapu tangan milik teman SMA-nya itu.
Janu si cowok populer yang dulu pernah menjadi cinta pertama Mira. Ketampanannya tak berkurang sedikit pun di usia 35 tahun.
Andai Janu tahu dirinya adalah Mira, cewek cupu yang selalu ia ganggu di kelas itu, mungkin pertemuan tadi akan menjadi reuni singkat yang menarik.
Mira menatap sapu tangan putih yang diujungnya terdapat bordir kecil bertuliskan JM dengan tanda hati.
***